"Masa sih Kak Senja gak punya pacar?" tanya Harun sambil memainkan pulpennya.
"Kamu gak percaya?"
"Bukan gitu." Harun diam sesaat sebelum melanjutkan ucapannya. Dia terlihat bingung bagaimana mengatakannya. "Ya, masa gitu orang secantik dan masya allah kayak Kak Senja gak punya pacar."
"Cieee, Harun! Kiw kiw!" Beberapa teman laki-lakinya bersorak begitu mendengar ucapan Harun.
"Kalau gitu kamu daftar aja jadi pacarnya dia, Run!" Arfan menjentikkan jari.
"Jangan ngaco kamu, Fan. Emang Kak Senja mau sama cowok usil kayak, Harun?" sanggah Ivan.
Harun memicingkan mata saat mendengar perkataan sahabatnya. "Kamu ngeledek?"
Ivan menepuk jidat dan menyesali ucapannya. Tapi Harun bukanlah orang yang mudah marah.
"Bercanda kali, Run." Ivan mendorong pelan pundak Harun.
"Terus Zaidan gimana?" Harun tak memedulikan Ivan dan beralih menatapku.
"Hah?" Aku diam membeku ketika Harun menyebutkan nama itu.
"Oh iyaa, Kak Senja dulunya deket sama Kak Zaidan kan,"
"Emang gak jadian atau gimana sih?"
"Padahal Kak Zaidan ganteng, pinter, sholeh. Kenapa gak balikan aja?"
Aku bingung menanggapi ucapan para siswi yang mengetahui kisahku dan Zaidan dulu. Gosipnya memang menyebar. Bahkan keamanan pondok sampai menuduhku ada hubungan dengan Zaidan. Karena aku sempat memberi sesuatu pada adik kelas idolaku itu.
Aku memberikan sarung pada Zaidan saat hari ulang tahunnya. Aku memberikannya di sekolah dan saat itu belum ada siswa yang datang. Jadi tak ada siapapun yang melihat aku yang memberi kado untuk Zaidan. Mengingat hal itu aku jadi malu sendiri.
"Cieee yang gagal move on! Kiw kiw!" ledek Harun.
"Balikan lagi aja, Kak. Nanti sama Harun di comblangin deh," ceplos Arfan dengan melirik Harun yang mengangguk pelan.
"Gak yakin ah!" candaku.
"Gak yakin kenapa? Aku sih yakin Kak Zaidan tuh sebenernya suka sama Kak Senja," ucap Livia.
"Itu kan cerita masa lalu, jadi kayaknya gak mungkin bisa diulang lagi,"
"Bisa lah, asal Kakaknya mau aja," sahut Harun.
"Emang aku bilang mau?"
"Wajah orang gagal move on itu ketebak kali." Harun kembali meledek.
"Hmm,"
"Cieee, gagal move on!"
"Enggak!"
"Gagal move on nih yee!"
"Berisik ah!"
"Ngaku aja deh,"
"Enggak!"
Harun semakin berisik dan terus meledekku dan rasanya aku ingin menghilang saja dari muka bumi ini. Tak hanya Harun, para cewek pun ikut menyoraki dan membuat kelas menjadi ribut. Dalam hati aku mengutuk Harun yang sudah membuka kisah masa laluku dan membuat seisi kelas tahu.
"Korban gagal move on cieee! Bilangin ke Zaidan nih!" Harun memasang ekspresi wajah sok seriusnya.
"Diem kamu, Harun!!" Tanpa sengaja aku menggertak sambil menggebrak meja. Seisi kelas pun mendadak hening.
***
Mungkin benar apa yang dikatakan Harun tadi. Aku gagal move on dan sedikitnya masih berharap pada Zaidan. Padahal tiga tahun sudah berlalu. Aku benar-benar sudah melupakan perasaanku pada Zaidan. Tapi rasa itu muncul kembali ketika aku magang dan ditempatkan di sekolah lama. Terkadang aku juga merasa yakin, suatu saat aku dan Zaidan akan bertemu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu
Teen Fiction⚠️Wajib follow sebelum baca ⚠️ Jangan lupa tinggalkan jejak, minimal vote *** "Senja selalu membuatku terus menyukainya. Karena dia selalu memberiku kehangatan dan ketenangan di saat dunia memberiku banyak masalah." -Harun. "Jika aku bukan senja yan...