Aku menghabiskan waktu seorang diri di Batununggal. Duduk di bawah pohon rindang sembari melihat orang-orang yang bermain sepak bola.
" Ko pengen main bola ya " ucap Nabila lirih.
Akhirnya Nabila berdiri dan menghampiri anak-anak SD-SMP yang tengah bermain di lapang.
" Dek, boleh ikutan gak?" Tanya ku ragu
" Umm boleh kak, coba tanya ke Yoga " ucap anak lelaki yang berisi.
" Yoga, aku boleh ikut main bola ?"
" Boleh atuh kak, kaka setim sama aku aja "
Aku mengangguk dan mengikuti arahan mereka. Aku banyak tertawa kecil ketika bermain sepak bole dengan mereka. Aku seperti lebih bebas menjadi diri sendiri tanpa harus memperhatikan pandangan orang.
" Ye kita menang " ucap tim Fazil lawan main tim Nabila.
Nabila mengulas senyum melihat kebahagiaan mereka yang sangat tertera nyata.
" Makasih ya semuanya, aku duluan ".
_________Setelah bermain bola dengan anak-anak kecil, Nabila merasa senang sekali. Bahkan senyum manis terus mengembang jika ia mengingat hal itu.
" Kamu kenapa sih Nab " tanya Anggis
" Gapapaa, aku lagi seneng banget. Kemaren sore aku ikut anak-anak kecil yang lagi main bola Gis. Seru banget " ucap Nabila dengan riang.
" Serius ? Emang boleh? Boleh sih orang kamu pasti bakalan keliatan sepantaran "
Nabila mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Anggis namun tidak menggantikan senyum Nabila hilang.
" Eh eh kak Rony tuh " ucap Anggis sembari mencolek tangan Nabila.
Nabila mengangkat bahunya tidak peduli.
" Ya terus ? " Tanya Nabila heran
" Ko ya terus bukannya kalian deket ya ? Ko jadi asing gini sih ? "
Nabila tidak menjawab pertanyaan Anggis. Namun Nabila merasa ada dua pasang mata yang tengah memperhatikannya dengan lekat. Nabila melirik sekilas dan ternyata Rony sudah duduk di kursi depan.
" Nab, aku salah apa ?" Tanya Rony dengan suara lembut.
Nabila merasa Rony belum mau jujur kepadanya. Nabila merasa kecewa ketika Rony lebih memilih menjadi Revin bukan dirinya sendiri.
" Emang aku kenapa ?" Tanya Nabila balik
" Kamu jauhin aku Nab. Kamu akhir-akhir ini berubah. "
" Oh ya? Aku ngerasa enggak sih kak. Aku masih Nabila Anasera. Diri aku sendiri " di akhir kata Nabila menekan intonasinya dengan tegas.
Rony merasa tersindir dengan ucapan " diri aku sendiri ". Ia mengulas senyum getir. Dan berucap maaf di dalam hatinya.
" Aku ke kelas dulu ya Nab. Nanti kita ngobrol ya. Jangan jauhin aku "
Nabila tidak menjawab sama sekali lebih memilih melihat jendela. Nabila mendongak saat merasakan sebuah usapan di kepalanya. Mendapati Rony yang tengah menatapnya dengan senyum mata Rony seperti bulan sabit.
" Tolong jangan biarin dan jauhin aku Nab. Banyak hal yang ku takuti. Salah satunya kehilangan untuk membersamai kamu "
________Nabila menggeleng-gelengkan kepalanya ketika perkataan Rony terus terngiang. Terlebih rasa ingin tahu kenapa Revin tidak lagi membersamai nya.
Ia memutuskan untuk mencari makam Revin sendirian. Informasi dari Salma bahwa Revin dimakamkan di Jl. Kenangan cukup jauh memang tapi Nabila tetap ingin sampai di sana.
Tak lupa Nabila membeli bunga dan air. Nabila mencari letak keberadaan makam Revin. Makam yang ia cari akhirnya ketemu.
Nabila duduk di samping makam Revin. Menaburi bunga di atasnya.
" Halo kak Ony. Kak Ony maaf aku belum bisa ingat seutuhnya, tapi aku merasa kamu ada di samping aku Kak. Abang kak Ony alias kak Revan malah aku ingat sebagai kamu kak Rony Revin Parulian. Tapi aku salah, dia bukan kamu kak. Aku banyak lukanya kak. Aku banyak nyakitin diri aku kalo aku sedih, marah, kecewa dan takut. Aku bukan Nabila Anasera yang penuh warna seperti dulu. Aku malah menjadi temaram" ucap Nabila lirih.
Nabila merasa sesak menghinggapinya. Ternyata luka itu masih lekat mengikat. Melihat tangannya yang tremor. Air mata lolos dari mata Nabila.
" Kak Ony tolong aku " ucap Nabila lirih. Namun tak akan bisa karena Ony nya telah abadi di kehidupan selanjutnya.
Nabila memukul dada serta kepalanya bergantian. Mencoba mengalihkan rasa sakit psikis nya dengan menyakiti fisiknya.
Namun sebuah tangan menggenggam tangan Nabila. Nabila menoleh dan mendapati Rony Revandra Parulian yang selama ini ada di sekitarnya tengah mengulas senyum.
" Jangan sakitin fisik kamu Nab. Jangan sampe psikis dan fisik kamu ikut sakit lagi. Kalo bukan diri kamu sendiri siapa yang bisa membersamai sampai sejauh ini ?"
Rony menatap Nabila yang masih menangis. Mengelus tangan Nabila mencoba memberi rasa aman kepada Nabila.
" Aku pernah bilang kan kak, jangan sama aku karena aku banyak lukanya. Banyak hal yang bikin aku takut dan cemas. Banyak hal yang menjadikan aku lebih memilih memendam emosi aku. Dan aku punya kebiasaan self-h*rm. Aku penuh luka kak. Sedang kak Rony penuh warna. "
Rony terkejut saat mendengar Nabila selalu self-h*rm. Namun sebisa mungkin ia tidak menampilkan keterkejutan itu agar Nabila merasa tidak nyaman.
" Selama ini kamu hebat Nab. Kamu sekuat itu. Aku bangga sama kamu. Bukan aku yang memberimu warna tapi kita akan menjadi warna indah jika bersama bukan? Mari bertahan untuk seterusnya ya.. jangan ngerasa sendirian ya Nab. Aku akan selalu berusaha ada untuk kamu "
Rony merangkul Nabila sembari tersenyum lebar mencoba memberi stimulus agar Nabila merespon dengan senyum.
" Kamu selalu hebat dan handal. Buktinya aku terpikat sama kamu Nab "
•
•
•
•Buat kamu yang selalu memendam emosi ayo kita belajar bareng-bareng untuk bisa meregulasi emosi itu ya?
Aku gak mau kamu merasa emosi yang meledak seperti bom waktu. Karena rasanya sesakit itu.
Kamu hebat banget loh. Kalo aku jadi kamu, belum tentu aku masih bisa mengulas senyum dan menikmati kehidupan selanjutnya. Jadii, ayo kita bertahan dan berjuang untuk seterusnya dan selamanya. Mau ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
RONA
ФэнтезиAku tak menyangka bisa jatuh hati. Di yakinkan dengan penuh tenang. Kau dapati ku penuh luka, sedang kau datangiku penuh warna. ~Nabila Anasera Kau selalu berharga, bukan aku yang memberimu warna tapi kita menjadi warna indah jika bersama bukan? ~R...