Adnan masih mengingat dengan jelas hari itu hujan turun cukup deras. Dia saat itu mencari sebuah toko buku bekas yang berada di daerah belakang kampusnya. Adnan pikir karena berada di belakang kampus, tempat toko itu tidak jauh. Namun, karena dia belum pernah ke daerah itu dan ke sana hanya mengandalkan arahan dari temannya, Adnan tersesat.
Adnan ingin menelepon temannya, tapi dia baru sadar kalau ponselnya mati. Kacamatanya yang berembun terkena hawa dingin hujan pun sama sekali tidak membantu. Pria itu mengedarkan pandangannya. Hanya ada gang sempit dan rumah tinggi berpagar di sekitarnya. Dia tidak melihat satu pun manusia untuk bisa ditanyai.
Hingga seorang gadis dengan kemeja merah hitam kotak-kotak muncul dari belokan gang depannya. Gadis itu setengah berlari dengan dua telapak tangan di atas kepalanya, mencoba menghalau air huran.
Perempuan itu melihat sepatu Adnan terlebih dahulu, lalu mendongakkan kepalanya. Gadis itu berambut ikal hitam yang diikat ekor kuda dengan setengah wajah tertutup masker berdiri di sana. Pandangan mereka bertemu hanya sepersekian detik sampai dia mengalihkan wajahnya, tapi Adnan sedikit terkejut pada tatapan tajam gadis itu.
Dari dulu teman-teman Adnan selalu mengeluh padanya karena kebiasaannya yang sering menatap tajam ketika sedang berpikir. Adnan tidak begitu mengerti apa yang mereka maksudkan karena menurutnya dia hanya menatap dengan cara yang biasa-biasa saja. Namun, setelah melihat gadis itu, Adnan mulai sedikit mengerti.
Gadis itu baru saja melewati bahu Adnan ketika Adnan berkata, "permisi."
Gadis itu menghentikan langkah kakinya dan membalikkan bahunya. Karena embun di kacamatanya, Adnan tidak benar-benar bisa melihat wajahnya dengan seksama. "Ya? Kenapa?" Adnan mendengarnya berkata. Suaranya pelan dan jika Adnan tidak begitu memperhatikan, suara hujan mungkin akan menenggelamkan suaranya.
"Aku mau tanya, toko buku Surya ada di mana, yah?"
"Kamu kamu ke toko buku Surya juga?" Gadis itu balik bertanya. Begitu dia mendapatkan anggukan iya dari Adnan, dia kembali berkata, "aku juga mau ke sana. Bareng aja."
Keberuntungan datang.
Adnan lantas berjalan bersisian dengan gadis itu dan membagi payungnya. Dari sudut matanya, Adnan melihat puncak kepala dan bahu gadis itu basah. Jadi dia semakin mengarahkan payungnya ke gadis itu.
Gadis itu sepertinya juga bukan tipe orang yang suka bicara. Keduanya sama sekali tidak mengatakan apa-apa, meski bahu mereka sesekali bertabrakan.
Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan mereka. Toko buku itu berada di ujung gang. Lebar toko buku itu tidak lebih dari tiga meter. Dari luar, Adnan bisa melihat kondisi di dalam melalui jendela lebar dengan stiker bertuliskan TOKO BUKU SURYA di sana.
Sebelum masuk di toko buku bekas, Adnan membersihkan sepatunya yang basah dan becek di kardus yang tersedia di teras toko, lalu melipat di depan pintu karena dia tidak ingin tetesan air dari payungnya tidak senagaja membasahi buku-buku yang ada di dalam.
Adnan mengedarkan pandangan dan menyadari tidak banyak orang di dalam toko buku itu. Mungkin karena hujan, batin pria itu. Sambil melap kacamatanya dengan ujung kemeja, kaki Adnan melangkah ke bagian novel misteri, sementara gadis tadi pergi ke bagian novel terjemahan.
Selama beberapa menit melihat-lihat, perhatian Adnan tertuju pada novel terjemahan dengan judul The Stolen Coast.
"Jangan habiskan waktumu untuk membaca novel itu."
Adnan berbalik dan mendapati gadis berambut ikal tadi berbicara kepadanya. Untuk sesaat, Adnan terpaku pada bola mata coklat gadis itu yang menatapnya. Dan setelah melihat wajah gadis itu baik-baik, gadis itu memiliki alis tebal dengan mata almond yang selalu terlihat tajam.
"Memangnya kenapa?" tanya Adnan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Penulisan terjemahannya kaku. Karakternya gak ada yang menarik. Jalan ceritanya pasaran. Kalau kamu suka cerita misteri dengan plot twist ending, buku ini bakal ngecewain kamu."
"Memang kamu sudah baca?"
Gadis itu mengangkat bahunya. "Well, illegally."
Kening Adnan berkerut, tidak paham maksud gadis itu. Namun, sebelum bertanya lagi, gadis itu malah menyerahkan satu buku pada Adnan. "Baca ini aja. Aku berani jamin kamu bakal suka." Lalu memperlihatkan senyumnya. Dia kemudian melihat jam tangannya dan segera pergi dari situ seakan dia sedang tergesa-gesa menuju suatu tempat.
Adnan melihat punggung gadis itu menjauh dan menghilang keluar dari pintu toko. Dia baru menyadari kalau gadis itu pergi tanpa membeli satu buku apa pun. Adnan mengerutkan keningnya, lalu membolak-balikkan dan membaca judul buku yang gadis itu berikan; Shadow Face. Meski tidak yakin, Adnan berakhir dengan mempercayai gadis asing itu dan membeli buku itu.
Dan seperti yang gadis itu katakan, Adnan menyukai novelnya. Dia sampai tidak sadar kalau dia hanya butuh dua hari di hari liburnya untuk selesai membaca buku itu.
Satu minggu kemudian, di hari dan jam yang sama, Adnan kembali mendatangi toko buku Surya, berharap dia bisa bertemu kembali dengan gadis ikal itu. Dia ingin mengatakan kalau dia menyukai buku rekomendasinya dan ingin minta rekomendasi buku lainnya.
Namun, gadis itu tidak muncul.
Adnan kembali datang besok harinya dan berakhir sama seperti kemarin.
Tidak berniat menyerah, Adnan kembali datang di jam yang sama selama beberapa hari ke depan. Dan tetap berakhir sama seperti hari-hari sebelumnya.
Di hari ke sembilan, di perjalanan ketika Adnan berniat untuk mendatangi toko buku bekas itu, hujan kembali turun. Sebuah intuisi muncul di benaknya yang mengatakan kalau dia akan bertemu gadis itu lagi.
Dan benar saja, intuisinya terbukti.
Namun, bukannya di toko buku, Adnan melihat gadis itu tiba-tiba saja muncul dari lorong yang ada di depannya ketika Adnan baru saja ingin pergi ke toko buku. Meski sekali lihat, Adnan bisa mengenali rambut hitam ikal miliknya dan tas selempang coklat beserta gantungan merah dari karakter dengan kepala berbentu hati yang sering dia lihat di internet yang dia pakai ketika Adnan pertama kali bertemu dengannya.
Gadis itu berlari sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangan dari tetesan air hujan. Lagi-lagi tanpa payung.
Adnan ingin memanggilnya, tapi dia sadar kalau dia tidak tahu nama gadis itu.
Hingga gadis itu tiba-tiba menghentikan larinya dan menoleh ke sisi kirinya di mana hanya ada ilalang tinggi yang tidak terawat. Dia menunduk dan masuk ke ilalang sana dengan raut wajah seakan mencari sesuatu.
Adnan yang memperhatikan gadis itu dari jauh mengerutkan kening. Kepalanya bertanya-tanya apa yang dia lakukan di sana. Detik kemudian dia sudah mendapatkan jawabannya. Gadis itu muncul dengan seekor anak kucing digendongannya.
Gadis itu membawa anak kucing itu ke bawah gazebo yang tidak jauh dari sana untuk melindunginya dari hujan. Dia juga melepaskan kemeja biru hitam kotak-kotaknya dan menyisakan kaos hitam yang dia kenakan untuk mengeringkan anak kucing yang dia bawa.
Adnan berjalan mendekat pada gazebo itu.
Namun, sekali lagi pergi sebelum Adnan bahkan sampai ke gazebo itu. Dia meninggalkan anak kucing yang belum kering dengan kemejanya yang menjadi selimut anak kucing itu.
Besoknya, Adnan kembali ke toko buku bekas itu bahkan setelah beberapa hari setelahnya. Namun, dia tidak lagi bertemu dengan gadis berambut ikal itu sekali pun.
Waktu pun berjalan. Adnan mulai disibuki dengan kegiatan magangnya. Dia tidak lagi punya waktu untuk mengunjungi toko buku bekas itu.
Lalu, perlahan-lahan, gadis itu pun hilang dari benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wheel of Fortune [Wonwoo's AU]
FanfictionKaianna Putri Adhisti sama seperti mahasiswa akhir lainnya yang dipusingi oleh perkara skripsi yang tidak ada habisnya. Namun di sela-sela kesibukannya itu, dia memutuskan untuk menulis sebuah novel misteri dan mewawancarai seorang pria berkacamata...