Jaehan itu walaupun sedang hamil tapi masih mau untuk bergerak. Memang terkadang ia merasa lelah dan payah, namun itu hanya terjadi di saat-saat tertentu. Beruntung kali ini ia mempunyai tenaga dan semangat yang sama besarnya.
Bukan tanpa alasan, ini semua karena rasa cinta dan juga curiga yang begitu mengganggu.
Semalam Yechan memang berkata pulang sesuai janji, dirinya lah yang tak menunggu karena kantuk dan lelah yang tak menoleransi.
Sekarang Yechan pamit pergi, ia bertanya apakah itu ke kantor atau florist, tapi Yechan berkata belum tahu. Jika kantor sudah aman, maka Yechan akan ke florist untuk membantu. Diberi tahu hal itu, bagaimana bisa Jaehan tidak menaruh cemburu?
Jaehan juga tidak mengerti kenapa bisa securiga ini dengan kekasihnya sendiri. Padahal dari gelagat Yechan pun tidak ada yang aneh sama sekali.
Bisa jadi ini memang hanya kekhawatiran dan ketakutannya yang tak beralasan.
Jaehan kembali menatap gedung kantor Yechan dari seberang jalan. Ada seorang penjual makanan jalanan di sana dan tanpa sungkan Jaehan bertanya apakah ia boleh duduk meski tidak membeli?
Penjual baik hati itu mempersilakan dan karena kebaikannya, Jaehan justru membeli banyak hanya untuk dibagikan kepada siapa saja yang lewat, karena ia sendiri tidak diperbolehkan makan makanan yang terlalu pedas.
Lama menunggu, akhirnya keluar juga pria yang sedari tadi ia tunggu. Yechan dengan mobilnya melaju ke arah yang ia tahu benar ke mana itu.
Jaehan pun bergegas mengikuti dengan taksi. Tak lupa ia berterima kasih pada bibi penjual makanan itu sebelum pergi.
Mengikuti Yechan yang benar saja, ia mendapati laki-laki itu berhenti di depan florist.
Saat itu Jaehan bimbang, antara masuk atau menunggu. Namun, yang Yechan tahu adalah dia sedang berbaring di rumah pagi tadi karena beralasan tidak enak badan.
Apa jadinya jika Yechan tahu bahwa alih-alih istirahat dia malah mengikuti kemanapun pria itu pergi?
Yechan bisa marah nanti.
Membayangkan Yechan marah -walaupun belum pernah, membuat ciut nyali Jaehan.
Menimbang cukup lama, akhirnya Jaehan menyerah. Ia hanya duduk di dalam taksi, menatap dari jauh bangunan berdinding kaca itu dan berharap akan terlihat sesuatu dari tempatnya saat ini.
Namun, meski ia menunggu, tetap tidak terjadi sesuatu. Pelanggan datang dan pergi. Nuna yang biasa berjaga masih tampak sibuk mengatur ulang tata letak bunga-bunga yang baru datang. Karyawan baru itu pun sibuk memilih bunga yang layu untuk diganti dengan yang baru.
Yechan terlihat duduk di depan meja kasir seperti biasa. Seperti yang selalu pria itu lakukan sebelumnya.
Jaehan menghela, tidak tahu harus merasa lega, atau bagaimana.
Memangnya apa yang sebenarnya ia harapkan?
Ingin mendapati Yechan yang benar-benar berselingkuh darinya?
Jaehan menggelengkan kepala. Merasa lelah, ia pun memutuskan untuk pulang saja.
*
*
*
Dalam kekalutan, Jaehan pun tumbang. Sesampainya di rumah ia merasakan tubuhnya lemas seakan tenaganya habis terkuras. Meraba dahi, Jaehan tahu ada yang salah dengan dirinya kali ini.
Tak ingin melakukan apapun, Jaehan pun memilih untuk berbaring, tak lama ia pun tertidur juga.
"Jaehanie hyung ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair✅
FanfictionHangyeom adalah pria baik, namun sayangnya naif. Sementara Jaehan merasa Hangyeom tak cukup memberi sesuatu yang ia cari. Sesuatu yang Yechan miliki dan mampu pria itu beri.