44. ʀᴇᴏᴄᴄᴜʀ

1 0 0
                                    

"Ku pikir dunia ini akan hancur, tapi ku rasa.. Hanya aku yang hancur?"

Masih ingat dengan prediksi Atlas waktu di rumah pohon? Dia bilang akan ada peristiwa hujan meteor, mungkin kejadian malam tadi merupakan prediksi yang di maksudnya.

Dan, firasat Atlas kemarin benar, sesuatu yang buruk benar-benar terjadi. Harus nya aku menurutinya untuk tidak ikut ke festival yang mana membawa malapetaka.

Jay menyatakan perasaannya.

Dan, sebuah meteor jatuh. Di desa itu, di tempat kamu tinggal, Atlas.

Waktu itu kamu bilang akan ikut ke festival kembang api itu kan? Tapi lama sudah ku tunggu dan kamu tidak menampakkan diri, kamu dimana, Atlas? Ku harap kamu sedang tidak berada di sana, dan ku harap kamu juga sedang tidak berada di rumah mu.

Karna meteornya, tepat jatuh di daerah itu.

Aku benar-benar takut sesuatu terjadi padamu.

Setelah Jay membawa ku lari dalam gendongannya, ia mengantarkanku dengan selamat sampai rumah, saat aku masih dalam ke adaan setengan sadar. Dia terus meminta maaf kepadaku, bahkan hingga pagi ini dia mengirimi ku pesan perminta maafannya, tapi aku enggan untuk menjawab.

Minggu pagi ini, aku memutus kan untuk pergi ke desa lagi. Mencari mu dan memastikan kamu selamat dari meteor itu.

Sekarang aku sedang berada di hadapan seorang polisi yang berjaga di sekitar terjadinya jatuhnya meteor, ku perhatikan ada banyak sekali korban jiwa yang di angkut menggunakan tandu orange dan warga yang selamat dari peristiwa di evakuasi ke kota, di antar menggunakan mobil besar milik kepolisian.

"Ku mohon, bantu aku mencari temanku"

"Sejauh yang kami temukan tidak ada korban jiwa bernama Atlas, nona" ucap polisi itu sambil mengusap bahuku.

"Mari ku antar ke tenda kepolisian di sana, kita cek nama seluruh warga di desa ini dan setelah menemukan identitas teman mu itu aku akan membantu mu mencari nya" ucapnya seraya menuntun ku menuju tenda yang di maksud.

Setelah menghabiskan waktu lima belas menit aku tak kunjung menemukan nama Atlas di sana, bahkan aku sudah mengulangi dan mencari namanya tiga kali. Namun nihil, nama Atlas tidak ada di sana.

"Apa kau yakin namanya Atlas?"

"Iya, namanya Atlas. Dia sendiri yang bilang bahwa dia tinggal di sini, bahkan dia membuat rumah pohon di taman tersembunyi--yang sekarang sudah hangus terbakar" aku menunduk lesu.

Terdengar hembusan nafas pelan dari pak polisi itu "siapa nama panjang nya?"

Nama panjang Atlas? Aku bahkan tidak tau nama panjangnya' benar-benar sahabat yang bodoh, tunggu, apakah pantas aku di sebut sebagai sahabat?

Tentu saja tidak.

Aku menggeleng lemah, cairan bening mulai keluar dari pelupuk mataku, sekuat apapun aku mencoba menahan tapi tetap saja, aku tidak cukup kuat untuk ini semua.

Ku lirik tiga orang anak kecil yang berlari mengejar tandu jenazah sambil menangis meneriaki nama "Lisaa!!" juga ssorang wanita muda yang terduduk tak berdaya saat beberapa petugas penadam kebakaran mengangkut tandu itu menuju ambulans jenazah. Aku tau, jenazah itu.. Gadis kemarin yang ku temui di taman bersama Atlas.

Universe SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang