Chapter 74 [NSFW]

3.7K 102 23
                                    

Kurasa aku tidak berlama-lama tinggal di ruang santai lama-lama, tapi ternyata sudah 20 menit. Tetap saja, dengan hati-hati aku membuka pintu dan masuk, berpikir pria itu masih belum bangun. Tapi aku berhenti sebelum masuk. Angin kecil berhembus. Tidak ada jendela yang terbuka sewaktu aku keluar. Itu artinya...

Aku bergerak dari tempatku berhenti. Di ruang tamu yang besar di ujung lorong pendek, si orgil sedang bersandar ke jendela. Dia kelihatan seperti berdiri memunggungi tempat kosong karena jendela sandarannya semuanya kaca. Mungkin karena pemandangan yang terbuka, namun itu mengingatkanku pada kali pertama aku melihatnya di atap Dream.

Aku tidak menyangka si orgil bakal menungguku di kamar hotel hanya memakai jubah. Ah, mata yang marah itu sama seperti dulu, sialan. Aku berusaha mengabaikan tatapan yang dia berikan padaku dan berjalan ke sofa lalu duduk. Dan aku langsung ke inti pembicaraan.

"Aku tidak kabur."

"Aku tahu."

Jadi kenapa moodnya mengerikan? Dia hanya berjalan perlahan dan mendekatiku, tapi rasanya seperti sedang melihat pembunuh yang mendekat di film horor sambil menahan napas. Aku baru mau berkata, "Aku cuma keluar mengambil kaus," tapi kemudian aku melihat rokok putih di jarinya.

"Bukannya disini tidak boleh merokok?"

"Aku tahu, makanya aku memegangnya."

Cemoohan menyebar di bibir pria yang berbicara. Rasanya agak aneh, jadi aku memiringkan kepala.

"Kenapa?"

"Aku penasaran sejak kapan kau jadi patuh aturan?"

"Aku selalu pandai mengikuti hal-hal seperti itu."

"Kau memegang pisau di leher pengutang, tapi malah taat dengan aturan area dilarang merokok?"

Yah, tidak taat juga. Saat aku memikirkannya, rasanya seperti aku baru saja merokok. Tapi ketika dia terang-terangan tertawa padaku, aku kesal.

"Sekarang aku menaatinya dengan baik jadi tidak ada masalah."

"Tidak, itu masalah."

"Apa?"

"Alasan kau menaati aturan-aturan sepele bukan karena kau orang yang patuh. Tapi karena apa pun yang membelenggumu adalah hukuman, pidana, atau yang lainnya, jadi hanya itulah alasan kau mematuhinya."

Ada saat-saat ketika aku berpikir ejekannya terlalu kejam. Tapi dia benar. Aku memang tidak menjadi orang yang lebih patuh. Aku hanya menekannya.

"Jadi sekarang kau mau aku merokok disini?"

"Aku lebih suka kau melakukannya. Karena kau yang melanggar aturan mungkin menganggapnya menyenangkan."

Dia menjawab dengan dingin, tanpa senyuman. Dan dia memutar rokok putih di sela-sela jarinya seolah memutar pena. Pemandangan itu tidak asing. Dia memegangnya disana seolah untuk menekan keinginannya untuk merokok. Apa dia pernah makan permen? Dan kalau dia begitu patuh aturan, kenapa dia berdebat denganku? Apakah karena aku mengendap-endap keluar saat dini hari... Sial, dia sengaja memulai pertengkaran. Aku nyaris tidak bisa menelan rasa frustasiku dan memelototinya.

"Kalau kau segitu sukanya dengan melanggar aturan, merokok saja sendiri. Aku bakal mengumpulkan orang-orang dan memberi tontonan untuk mereka."

"Apa ada orang di hotel ini yang bisa kau panggil?"

Karena Cha Jungwoo yang tadi kutemui, aku ragu-ragu menjawab pertanyaannya. Dia menatapku dan bertanya santai.

"Apa? Kau harus bertemu Cha Jungwoo diam-diam, jadi itu tidak mungkin?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang