.
.
.Sebulan telah berlalu, Joong selalu setia mendampingi Dunk dirumah sakit. Pria cantik itu masih terbaring dengan kepala yang sedikit dinaikkan. Sebuah pipa transparan sebesar jari berada didalam mulutnya dan terhubung dengan ventilator, sebuah alat bantu pernafasan yang akan memastikan okesigen masuk ke paru-parunya.
Dunk masih belum menunjukkan tanda-tanda akan membuka matanya. Joong memasuki ruang ICU dengan mengenakan baju khusus agar tetap steril. Ia duduk di sebuah kursi di samping tubuh ringkih istrinya yang masih terbaring diranjang, ia menjaga jarak karena Dunk tidak boleh sembarangan di sentuh. Banyak sekali alat yang menusuk tubuh Dunk, Joong tersenyum miris. Kejadian itu masih di selidiki oleh pihak kepolisian, namun hasilnya masih nihil. Polisi belum dapat mengungkap siapa pelaku yang telah menabrak tubuh Dunk.
Joong mendengar suara monitor yang menunjukkan pergerakan detak jantung Dunk yang lemah namun tetap stabil. Ia memberikan senyuman pada Dunk. Dokter bilang, walaupun dalam keadaan koma, pasien masih bisa mendengar suara disekelilingnya. Jadi tidak apa-apa jika dia ingin mengajak Dunk berbicara, walapun tidak mendapat respons apapun darinya.
"Hei, apakabar? Tidakkah kau ingin bangun? Bayi kita sudah sudah mulai mengalami peningkatan. Tubuhnya semakin hari semakin naik berat badannya, dia bahkan sudah bisa tersenyum padaku. Kau harus lihat saat dia menghisap jari-jari mungilnya, benar-benar terlihat menggemaskan."
Joong miris melihat tubuh Dunk yang semakin lama semakin kurus, dia hanya mendapatkan nutrisi dari cairan yang mengalir dari NGT yang selangnya di pasang melalui hidungnya yang langsung terhubung kelambung. Itu pasti sakit sekali.
"Hey, aku sudah rindu masakanmu. Apakah kau tidak rindu denganku? Beberapa bulan lagi Fourth diperbolehkan pulang jika seluruh organnya telah tumbuh dengan sempurna. Kau harus melihatnya Dunk, dia benar-benar sangat cantik sepertimu. " Joong tidak mampu menahan kristal bening yang mengalir deras di pipinya.
Joong kembali meneruskan bercerita panjang lebar pada Dunk. Sejak dia di nyatakan koma, Joong memiliki kegiatan rutin sekarang. Setiap hari Joong akan duduk disini, menceritakan pengalamannya sehari-hari. Ia ingin Dunk tahu semua hal yang terjadi padanya, pada bayi mereka juga. Joong berharap Dunk tidak akan kebingungan lagi setelah ia bangun nantinya. Walaupun ia tidak tahu pasti, kapan Dunk akan bangun dari tidur panjangnya. Dan apakah semua ceritanya akan berakhir sia-sia? Joong tidak berani membayangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk, ia selalu berharap dan akan terus berharap Dunk kembali bangun.
.
.
.Joong memutar video bayinya yang tengah menguap dan memasukan jari-jemarinya kedalam mulutnya yang mungil. Joong tertawa kecil, kulit anaknya sangat putih dan bibirnya semerah bibir Dunk. Ia jadi tidak sabar menunggu anaknya yang sebentar lagi bisa dia bawa pulang. Joong berjanji akan terus menjaga bayinya dengan baik.
Ia mengalihkan pandangannya ke pigura yang ada diatas meja kerjanya, potret dirinya bersama Dunk yang masih setia berada disana. Joong tersenyum hangat, ia ingin segera menggantinya dengan potret bertiga dengan putranya. Hati Joong berdesir hangat, perlahan bayinya mulai menunjukan kemajuan. Ia tidak pernah melewatkan satu haripun untuk menjenguk Dunk dan anaknya dirumah sakit. Setiap pulang kerja, Joong selalu mendatangi mereka berdua. Seringkali ia tidak rela ketika harus pulang dan berpisah dengan istri dan anaknya.
"Jika kau sudah bangun, kau pasti akan sangat bahagia melihatnya Dunk." ucapnya seraya mengelus pelan bingkai kaca itu.
Drrrt..Drrrt....Drrtt
KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy Love (JoongDunk story)
FanfictionBagaimana jika akhirnya kamu bisa kembali ke masa lalu? Apa yang akan kau lakukan? Tentu saja merbaiki kesalahan bukan? Itulah yang terjadi pada Dunk Natachai Boonprasert, pria manis dan lemah lembut ini harus mengalami kepahitan dalam kehidupan per...