Nasi sudah menjadi bubur, lagi pula Peta sudah melakukan hal yang benar. Untuk apa semua orang menutup-nutupi penyebab kematian Ean. Bukannya dengan menyembunyikannya justru dapat membuat aku semakin tersakiti? Jadi saat Peta mengatakannya aku berusaha untuk tidak menangis. Aku ingin Zex tahu bahwa aku benar-benar siap mengetahui alasan Ean pergi.
“Lanjutkan,” kataku padanya. Persis semua orang melirik pada Zex sekarang, dan aku harus mengulangi kalimat yang sama agar orang lain juga tidak merasa ragu-ragu dengan keputusanku. Gil menyentuh pundakku, mengatakannya tanpa bicara bahwa aku harus siap dengan jawaban apa saja, dan aku juga mengangguk untuk menjawab kekhawatiran itu.
“Kau serius?” Tanya Zex.
Aku mengangguk.
Kemudian Zex memberi isyarat pada Peta agar melanjutkannya. “Ean meninggal saat— tetapi ada yang lain dari sana, wajah Peta tiba-tiba tidak terbaca, cekung di matanya memperparah ekspresi muram dari arah pintu rumah keluarga Laura. Semua orang terkesiap, begitu juga aku dan Gil.
“Martin?”
Peta memanggilnya begitu, setidaknya aku tahu orang gila mana yang memelukku di tengah jalan sambil bergumam soal kakakku itu. “Siapa dia?” Entahlah, sampai kapan hidupku selalu diselimuti pertanyaan. Bahkan pertanyaan yang sebelumnya belum terjawab, aku sudah dihadapkan dengan banyak pertanyaan lagi.
“Maksudku, Tuan Muda Martin, apa yang kau lakukan di sini? Bagai mana bisa kau datang ke sini?” Wajahnya lebih kaku daripada Peta. Aku meilirik Gil sekilas, aku tahu dia tidak suka meskipun kupikir dia orang yang penting sekaligus misterius.
“Peta, ini organisasimu? Apa aku mengganggumu?”
Rambut sebahunya hampir tertutup salju, sedikit kulit merah muda di bibirnya membiru. Sorot matanya masih menatap Nou, beberapa menit yang lalu laki-laki itu berubah pikiran, dia sangat yakin bahwa gadis yang ditemuinya tadi, pasti ada hubungannya dengan Ean, kekasihnya. Hampir sedikit sekali pendengarannya menangkap nama Ean di sebut-sebut, jadi ia memutuskan masuk tanpa permisi.
“Maaf, semua orang jadi terkejut. Aku tidak yakin, saat aku bertemu dengannya, aku merasa harus tahu sesuatu.” Tangannya masih memegang knop pintu, membuat udara di luar mendorong perapian bergerak kesana-kesini.
“Apa maksudmu!?"
Sekarang giliran Gil, ia sudah tahu bahwa laki-laki ini juga patut dicurigai. Terlebih ia bisa membuntuti dirinya dan Nou dari pusat perbelanjaan sampai ke rumah. “Dasar prnguntit, enyahlah!" Gil berusaha melepaskan tangan Martin dari pintu dan menutupnya, tetapi Peta buru-buru mencegah.
“Dia Putra Mahkota,” sahut Peta, “Kendalikan dirimu.”
“Dengar, aku sama sekali tidak peduli.” Gil mengibaskan tangan di udara. “Aku tidak peduli apakah dia calon perdana menteri, apakah dia anak orang kaya, atau apakah dia anak raja sekalipun, dia sama sekali tidak punya kepentingan di sini, jadi singkirkan tanganmu jika kau memang benar-benar peduli pada kami.”
Ucapan Gil cukup membuat Peta mati kutu, meskipun begitu, Gil sama sekali tidak memengaruhi Martin yang masih setia berdiri di sana. Melihat Gil, ia jadi semakin yakin bahwa keputusannya untuk datang adalah benar.
“Aku tidak tahu apa maksudmu, tapi aku tidak seperti yang kau pikirkan,” ucap Martin.
“Cih, sekarang apa? Kau mampu membaca pikiranku?”
“Cukup!”
Sungguh itu bukan aku, itu suara bibi Wei. Sifat keibuaannya jadi muncul karena anak lelakinya selalu bertengkar dan mencari keributan. Apa dia baru sadar jika anaknya memang punya tempramental aneh?
“Gil, masuk!”
Peta meringis, tapi itu bukan pertanda kemenangan karena sedetik kemudian ia juga meminta Peta untuk masuk ke dalam. Hanya ada dua orang perempuan dewasa di sini, itu termasuk Farah, orang tua Laura. Tetapi Farah bisa dilihat tidak punya kemampuan mengomeli anak laki-laki semacam yang dimiliki bibi.
“Bagaimana denganku?”
“Zex itu urusanmu,” wajah bibi melengos, semua orang diam, terbatuk-batuk sedikit untuk mencairkan suasana, padahal tidak membantu sama sekali.
“Maafkan aku, tapi ini bukan tempatmu.”
Dan keputusan itu menjadi akhir suasana ini, jika seorang anak raja saja bahkan tidak bisa diterima, maka tandanya tetap tidak. Dia tersenyum ke arahku, kecil sekali, karena mungkin hanya aku yang bisa melihatnya begitu. Ketika daun pintu ditutup, aku masih dapat melihat wajahnya.
“Sekarang aku bisa mendapatkan jawabanku?”
Peta sedikit membetulkan bentuk jasnya, aku tahu mengusir anak raja mungkin akan menjadi salah satu masalah untuknya, tapi apa peduliku? “Begini, singkatnya mereka memanipulasi wabah, itu bukan alami terjadi, melainkan buatan. Aku tahu karena aku ada di dalamnya, dan aku juga korban. Orang tuaku meninggal saat wabah itu terjadi.”
“Lalu apa hubungannya dengan Ean?”
“Mereka tidak mau mengotori tangan dihadapan publik atau sesama orang dalam pemerintahaan. Jadi Kelan bergerak sendiri di bawah perintah langsung Raja Andreas yang tidak mau dicuri tahtanya oleh kakakmu. Saat itu, kerajaan Torael dilanda kebingungan dahsyat karena kedatangan kakakmu. Mereka sudah tidak lagi menggunakan cara saling membunuh secara personal karena mereka pikir kelompok kita tidak akan tinggal diam, oleh karena itu Tora akan menghukum berat siapa pun yang bersinggungan dengan kelompok Savior. Dua tahun yang lalu kelompok kita berkurang drastis, ada yang meninggal karena wabah dan sebagian lagi dipenjarakan secara khusus.”
“Jadi itu sama saja pembunuhan. Kan?” Kataku
Zex mendekat ke arahku, “Itulah alasan kenapa aku sama sekali tidak memberitahumu.’" Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku melihat wajah Zex selelah ini, tetapi dibalik itu, dia menyentuh pundakku. Menguatkan aku.
“Aku tidak ingin memenuhi ramalan itu, Nou. Aku sudah tidak ingin lagi merebut apa pun. Kita semua sudah begitu banyak kehilangan, dan aku tidak bisa menerima kehilangan yang lain lagi.”
“Sekarang terserah padamu, Nou. Semua orang akan mengikutimu. Jika kau menginginkan semua orang kembali ke pulau, maka kita akan pulang. Tidak ada seorang pun yang akan memaksamu. Kau mengerti?”
Tidak, aku sama sekali tidak mengerti kenapa dunia ini jahat sekali. Tidak, bukan dunia yang jahat, tetapi orang-orang itu. “Biarkan aku berpikir.” Aku merapatkan mantel bulu lagi, “tolong jangan ada yang mengikutiku, aku ingin sendiri.” Gil mundur lagi beberapa langkah ketika aku bilang begitu. Tidak tahu mau ke mana, yang pasti aku tidak ingin pulang, dan jika aku pergi, maka aku harus melakukan sesuatu.
Belum hampir tengah malam, tetapi jalanan yang sebelumnya kulewati sudah lengang. Hanya ada beberapa petugas menyisir salju yang menghambat trotoar dan beberapa pemilik toko yang hampir selesai menghias toko mereka. Aku menuju taman yang sebelumnya kudatangi, tidak ada siapa-siapa kecuali muda mudi lain yang tidak punya tujuan seperti aku. Bedanya mereka sedang jatuh cinta. Miris sekali.
“Hei.”
“Kau! Dasar penguntit!”
“Tidak-tidak tunggu, aku tidak bermaksud begitu. Sungguh aku bukan orang jahat.”
Martin menyela jalan kaburku, tubuhnya tentu cukup besar untuk melakukannya. Aku tidak bisa mengambil risiko untuk pergi ke arah lain yang tidak aku tahu, semua orang masih berbahaya.
“Hei, tenanglah, sungguh aku hanya ingin bicara denganmu. Kumohon.” Dari mulutnya keluar asap sisa napasnya yang tersenggal, aku tahu dia kedinginan jika hanya dengan setelan jas begitu, dia juga mungkin sudah terlalu lama berada di luar sini.
“Jaga jarak, dua meter, dan bicaralah.”
Dia mundur, tangannya masih berlagak menghadangku agar tidak kabur. Laki-laki aneh.
“Katakan, apa kau benar-benar mengenal Ean, maksudku, kalian sangat mirip. Aku minta maaf karena memelukmu dan mengikutimu, tapi aku tidak bermaksud begitu.”
Alih-alih menjawabnya, aku justru lebih penasaran kenapa dia bisa mengenal kakakku. “Siapa kau?”
“Namaku Martin, dan aku...” dia terdiam mematung diposisinya, wajahnya mendung padahal natal ini cerah. “Aku mencintai Ean sebelum aku mengetahui seberapa besar cinta itu, sekarang aku sudah tidak bisa mengukurnya. Kami bertemu di Peringgi, dan semua terjadi begitu saja. Aku tidak bisa memberitahu dalam jarak begini. Kami bersama untuk beberapa waktu sebelum keluargaku, kau tahu, mereka tidak suka aku punya hubungan dengan orang biasa, terlebih Ean, dia tidak pernah menceritakan padaku tentang dirinya. Dia menghilang ketika wabah A-12 melanda negara ini, aku tidak bisa menemukannya di mana pun, aku tidak bisa menemukannya di mana pun.” Dia mengulang-ngulang kalimatnya sambil menutup sekitaran pelipis dan matanya dengan satu tangan. “Sampai aku berdiri di sini, di depanmu.”
“Dan aku harap kau mengerti mengapa aku bersikap seperti ini.”
Aku tidak bisa menangis, bahkan aku sendiri dipaksa melupakan Ean, karena aku sendiri mengira bahwa aku tidak punya siapa pun, aku bahkan lupa Ean pernah hidup, setidaknya dia mampu mengenang, dia mampu merindukan Ean. Aku tidak bisa.
“Aku adiknya Ean, namaku Nou. Dia dibunuh oleh keluargamu sendiri. Kenapa? Jangan terkejut begitu, kau tidak tahu betapa munafiknya kalian semua?”
Martin membelak, tidak tahu lagi harus berkata apa, sulit untuk tidak percaya pada Nou, jika fisik mereka memang semirip itu, tetapi Martin juga tidak bisa menerima keluarganya disebut-sebut.
“Jangan asal bicara, aku sedang tidak ingin me—“
“Tidak, aku benar-benar tidak berbohong padamu. Kau bahkan bisa melihatnya sendiri tadi di rumah itu, mereka tidak menerimamu karena keluargamu.”
“Aku tidak percaya,” sahutnya pelan, hampir tidak terdengar dengan jarak mereka. Namun, Nou sedikit mendekat, “Bantu aku, aku akan membawamu ke tempat Ean dimakamkan.""Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" Tanya Martin.
"Aku bersumpah atas nama kakakku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tora : The Thief & The Lost Princess
Adventure[Writora : Take Your World 2023] Nou ditemani sahabatnya, Gil. Menjelajahi negara baru setelah terombang-ambing di samudera pasca badai aneh yang menerpa laut bagian selatan pulau Hilang. Zex, si kepala desa kebingungan mencari mereka. Sementara Tor...