002

15 0 3
                                    

Pagi yang begitu cerah, mentari bersinar penuh semangat. Cakrawala biru tampak anggun sekali.

Khaelin keluar dari kamarnya menuju ruang tamu, yang dimana disitu ada sebuah telepon rumah yang tengah duduk manis menunggu ia digunakan.

Khaelin lalu mengangkat gagang teleponnya dan mulai menekan beberapa angka. Tak lupa ia menekan tombol telepon agar telepon itu dapat tersambung

Dan benar saja, tak lama kemudian gagang telepon itu mengeluarkan suara seorang gadis remaja

"Selamat anda adalah orang yang beruntung karena anda adalah penelpon ke 1000 pada hari ini!"

Mendengar itu Khaelin sontak terkejut dan langsung memastikan nomor yang ia ketik tadi adalah nomor yang benar. Dan ya, Khaelin sudah mengetik nomor yang tepat

"Berhenti bermain main 'Shae" balas Khaelin dengan nada yang datar

"Hahaha iya deh Chubby. So, tumben banget nelpon pagi-pagi. Kangen ya?"

Khaelin menghela nafas lelah dan tentu saja terdengar oleh Shae yang masih setia ditelpon

"Kok diem? Bener y? Anjas slebew gw bener! Recall recall in dulu g sih!? Slebew!!"

"Heh serius lah! Hadeh cape!"

"Kalo cape y, istirahat ngapain nelpon gw?"

Khaelin menarik nafas dalam-dalam "Y karna gw mau nanya lu datang ke asrama kapan?"

"Hah? Sejak kapan kita ada asrama?"

Mendengar jawaban Shae ditelpon membuat Khaelin semakin lelah

"Kemarin wahai sahabat ku Shae yang dulunya anak EMO"

"Oh"

Khaelin benar benar geram dengan jawaban Shae daritadi. Rasanya ia ingin membanting telepon yang saat ini berada di genggaman nya, namun dia ingat kalau itu adalah telepon rumahnya. Bisa bisa Khaelin bakal ditabok emaknya menggunakan panci legend dari zaman nenek moyang. Jadi ia hanya bisa bersabar

"Jam 10 aj, ntar sekalian gw nebeng ama Rakha"

"Y serah lu" Khaelin langsung menutup telponnya karena lelah dengan Shae, namun ia tentu saja tidak bisa membenci besti nya itu.

Setelah itu Khaelin bergegas memeriksa apakah ada barang yang ketinggalan lalu langsung pamit ke orang tuanya.

Karena asrama dekat dengan sekolah membuat Khaelin tersenyum senang.

Gimana gak senang coba? Setiap harinya ia harus berjalan dari rumah ke sekolah yang jaraknya cukup jauh. Dan sekarang hanya tinggal berjalan beberapa langkah tentu akan langsung sampai

Saat sudah sampai khaelin mengedarkan pandangannya dan melihat dengan seksama asrama yang akan ia tempati

Asrama memiliki 4 lantai, berwarna abu abu terang banyak tanaman hijau menghias

"Not bad..." ucap Khaelin lalu langsung masuk dan menuju meja dimana tempat pengambilan kunci

"Permisi bu Rahma" panggil Khaelin, seorang wanita paruh baya yang tengah duduk santai menoleh kearah Khaelin "Ya nak Khaelin?"
"Saya mau ambil kunci nomor 25 lantai 3 bu" ucap Khaelin sopan, ibu Rahma menyunggingkan bibirnya "Oh iya...sebentar ya" ucap ibu itu beranjak mengambil kunci ruangan

Tak lama kemudian ibu Rahma membawa kunci ruangan dengan tag name nya

"Kamar no 25 lantai 3"

Khaelin lalu berterima kasih dan langsung naik tangga menuju lantai 3 dan membuat ibu Rahma yang tengah berjaga bingung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seeing is BelievingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang