Me and you

113 10 5
                                    

   Musim dingin yang terasa menerpa tubuh kini mulai terganti oleh rasa hangat. Rasa hangat yang mengantarkanku untuk melihatnya lebih dekat. Aku selalu menyukainya. Aku selalu menyukai matanya yang terlihat misterius untuk aku selami lebih dalam. Namun dengan bodohnya aku selalu malu dan berpaling ketika dia cukup untuk mengetahui bagaimana tatapan yang kulakukan untuknya.

"Hana kenapa belum ke kantin?" Aku menoleh pada temanku yang baru saja kembali dengan urusannya.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Ke kantin. Kamu akan kehabisan susu stoberi kesukaanmu."

"Ah.. Aku tidak begitu ingin hari ini."

"Kok bisa, padahal kamu sangat menyukainya. Apa karena sudah terganti dengan Yoongi?"Aku terkejut melihat temanku itu yang sudah mengetahui akan ketertarikanku dengan cukup lama pada Yoongi yang menjadi teman sekelas kami.

"A-apa yang kamu katakan?"

"Kamu dari tadi lihat Yoongi terus."Jelasnya membuatku membulatkan mataku. Kemudian mencoba memberi isyarat agar temanku  tidak terlalu keras mengatakan apa yang sejak tadi aku lakukan. Dan aku bisa tahu jika temanku tersenyum kecil karena setelah mengetahui aku menyukai Yoongi, dia terkadang menggodaku dengan tak tahu tempat. Tidak, bukan tak tahu tempat, tapi tak tahu kondisi. Terlebih ketika sosok yang bersangkutan berada di dalam jarak yang cukup dekat. Meski sebenarnya, keberadaan Yoongi berada di meja paling belakang.

Walaupun begitu aku masih dengan berani untuk melihatnya kembali yang kini seperti membalas tatapanku sebelumnya.

Benar saja.

Kali ini dia seperti pencuri kelas atas, karena bagaimana bisa hanya dengan tatapannya itu aku ingin menyerahkan rasa cintaku padanya dalam sekejap.

"Aku.. Aku tidak, antar aku ke kantin." Aku beranjak dan dengan cepat menarik lengan temanku untuk segera pergi menemaniku.

Akan malu sekali jika sampai ketahuan.

.
.

  Bahkan di saat keberadaannya membuat jarak denganku. Entah bagaimana aku selalu menemukan dirinya.

Aku hanya bisa tersenyum, sebisa mungkin aku menguatkan diri untuk tidak terlihat malu ataupun gugup di dekatnya. Perpustakaan besar yang berada di tengah kota tempatku tinggal menjadi tujuanku untuk mengambil beberapa buku yang tertata.

Ketika berniat melewatinya yang kini tengah tertuju pada buku di tangannya. Aku merasakan kembali kegugupan yang dengan sekuat tenaga aku sembunyikan.

Mungkinkah dia seorang penyihir yang mampu membuat mantra paling indah? Karena bagaimana bisa dengan menyukainya saja dadaku kembali merasakan debaran hebat dalam hitungan detik?

Terlebih ketika dia mendekat untuk memberikan sekotak susu stoberi di kantung jas seragam sekolah yang masih dia kenakan.

Aku melihatnya tak mengerti. Dan dia menaruh kotak susu stoberi itu di atas beberapa buku yang kebetulan sudah aku bawa.

"Aku dengar kamu tidak mendapatkannya tadi, jadi itu untukmu."

Aku terdiam dan mengerjap bingung melihatnya. Kenapa tiba-tiba dia berlaku seperti ini?

"Terima kasih. Tapi ini punya kamu."

"Iya. Maka dari itu, aku berikan padamu."

"Kenapa?"

"Hanya ingin saja, apa tidak boleh?"

Aku ingin sekali memberitahunya, bukan tidak boleh, tetapi jika berlaku seperti ini. Aku bisa sangat menyukaimu dengan sangat berlebihan.

Me and You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang