(18). Salah Satu Luka

31 19 0
                                    

🌻🌻🌻

Kadang, tak apa untuk menceritakan luka, bukan untuk merasakan kembali sakitnya, tapi untuk mengingat kalau kamu hebat sudah melewatinya dengan baik.

-Krisan Putih-

¤¤¤

Pagi itu, aroma masakan dari dapur menguar seperti biasa, bercampur dengan aroma dari secangkir teh yang tidak terlalu pekat milik Ayah.

Narayan baru saja menuntaskan suapan terakhir nasi gorengnya dengan lahap, lalu meminum segelas susu yang diikuti beberapa teguk air putih.

"Yah, bu Narayan berangkat kuliah dulu ya. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumussalam, hati-hati ya nak", jawab sang Ibu, diikuti Ayah.

Tak lama kemudian Ayahnya pun juga pamit berangkat kerja, hanya menyisakan Jenaka dan Ibunya seperti biasa dirumah.

Dulu, sebelum ada Jidan, Ibunya akan ada di toko bunga juga hampir seharian, tapi sekarang paling hanya mengecek sebentar, lalu kembali kerumah.

"Bu, aku buka toko dulu ya sekalian bersih-bersih"

"Ga sarapan dulu ?"

"Nanti kalau Jidan udah dateng, Jena pulang buat makan, sekarang belum laper Bu"

"Yaudah kalau gitu, gapapa"

"Pagi kak", sapa Jidan setelah memarkir sepedanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi kak", sapa Jidan setelah memarkir sepedanya.

Anak itu tampak ceria seperti biasa, tak heran kadang banyak anak-anak SMA yang ramai datang berkunjung, sekadar membeli 1 atau 2 tangkai bunga.

"Kak, bunga tulip putih habis ya ?", ucapnya setelah memasuki toko.

"Oh iya ?"

"Iya, ini cuma sisa beberapa, biar aku aja yang ambil di belakang ya"

"Sekalian apa ini, mawar merah, krisan putih sama lyly juga", gumamnya sendiri.

Jenaka hanya mengangguk pelan, lalu melanjutkan kembali kegiatannya yang tengah mengelap kaca.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KRISAN PUTIH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang