"I miss you so much, Bi."
Gue pelukan sama Biru karena gue beneran se-kangen itu sama Biru. Kita udah enam bulan gak ketemu karena Biru sibuk di Bali.
"I miss you more, Tari."
"Mana pie susu titipan gue?" Tanya gue sambil menyodorkan tangan gue.
"Kebiasaan, gue baru sampe yang ditanyain pertama malah makanan." Katanya.
Gue ketawa dan langsung peluk Biru lagi. "Kangen banget, Bi. Mau pindah ke Bali aja supaya bisa ketemu setiap hari."
Biru ketawa sambil mengeratkan pelukannya, "Gue juga kangen banget sama lo."
Gue lepasin pelukan kita dan kembali menyodorkan tangan, "Sekarang udah boleh minta pie susu gue?"
Bukannya kasih apa yang gue mau, Biru malah genggam tangan. "Kita makan dulu, nanti sampe rumah baru gue kasih."
Gue ngangguk semangat, "Beneran, ya?"
"Iya, Tari."
Gue seneng banget, akhirnya gue bisa ketemu Biru lagi setelah sekian lama kita cuma komunikasi lewat video call. Gue se-happy itu ketemu dan dipeluk sama Biru, rasanya nyaman banget. Rasanya kayak lo habis pergi jauh terus pulang ke rumah, semua capeknya hilang.
__
"Stop makan manis, Tari. Lo udah habisin satu kotak pie susu sendirian."
Gue lagi nonton drakor di tv sambil makan pie susu yang Biru bawain dari Bali. Pagi ini Biru udah dateng ke rumah karena kita mau pergi, cuma mau jalan-jalan aja sih ke mall. Semalem gue anter Biru pulang ke rumah orang tuanya.
"Pelit."
"Nanti lo sakit, gue gak suka liat lo sakit." Katanya.
Biru masukin kotak pie susu yang dia ambil dari gue ke dalem kulkas. "Sana mandi, kita mau sarapan di luar atau gue masakin?"
"Sarapan di luar aja, lo masak buat nanti malem, gimana?"
Biru ngangguk setuju. "Sana cepet mandi, pilih baju yang nyaman ya, Tari. Lo cantik pakai apapun, jadi jangan menyusahkan diri sendiri."
Apa gue ajak balikan aja ya Si Biru ini?
__
"Bi, mau itu."
"Nanti batuk, Tari."
"Sekali ini aja, please."
Biru menghela nafas pasrah. "Choco Mint?"
Gue ngangguk semangat habis itu Biru langsung pesenin ice cream yang gue mau.
Gue udah lama gak kayak gini, biasanya gue selalu melakukan apapun sendiri tapi kalo sama Biru gue bisa berubah jadi kayak anak kecil. Biru juga gak pernah ngeluh atau marah gue manja kayak gini ke dia, katanya kalo ada dia gue gak boleh melakukan semua hal sendirian, harus sama Biru.
"Nih." Biru kasih gue ice cream yang gue mau.
"Makasih ya, Biru."
"Sama-sama, Tari." Katanya sambil ngusap rambut gue, dia senyum ngeliat gue yang happy banget dapet ice cream.
"Hari ini stop dulu makan ice cream nya ya, ini terakhir." Katanya.