1. KEBETULAN
Pada suatu hari Abu Nawas sedang mengendarai keledai yang larinya cukup kencang, ketika melintasi sebuah tikungan, keledainya menabrak seorang nenek yang hendak menyeberang. Si nenek jatuh tersungkur. Abu Nawas menghentikan keledainya. Kemudian dia turun dan menghampiri si nenek itu, Abu Nawas kaget, karena si nenek itu ternyata salah satu pasiennya yang datang berobat dua hari yang lalu kepadanya.
"Nah, apa aku bilang, seharusnya kamu belum boleh keluar rumah. Beginilah akibatnya kalau kamu bandel" kata Abu Nawas.
2. IBU SEJATI
Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda. Entah sudah beberapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya sulit memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.
Karena kasus berlarut, maka terpaksa hakim menghadap raja untuk meminta bantuan. Raja pun turun tangan dengan menggunakan taktik rayuan yang sangat halus, agar salah satu dari wanita itu mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan baginda raja justru membuat kedua perempuan itu terus-terusan mengaku, bahwa bayi itu adalah anaknya.
Raja kemudian memanggil Abu Nawas. Abu Nawas pun hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau memberikan keputusan secepatnya, melainkan menunda keesok harinya. Semua yang hadir yakin, bahwa Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti biasa ia lakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada ditempat.
Keesokan hari, sidang dilanjutkan kembali. Abu Nawas memanggil algojo dengan pedang ditangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan diatas meja.
"Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?" kata kedua perempuan itu dengan saling memandang, kemudian Abu Nawas melakukan dialog.
"Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia untuk mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?"
"Tidak, bayi itu adalah anakku" kata kedua perempuan itu serentak.
"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah, maka saya terpaksa membelah bayi ini menjadi dua." kata Abu Nawas mengancam.
Wanita yang pertama sangat senang sekali, sedangkan wanita yang kedua menjerit histeris. "Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu diserahkan kepada wanita itu." kata wanita kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang kedok mereka berdua terbuka. Abu Nawas kemudian mengambil bayi itu dan diserahkannya kepada wanita yang kedua.
Abu Nawas meminta agar wanita pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya, karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi didepan mata. Raja merasa puas dengan keputusan Abu Nawas. Raja kemudian menawari Abu Nawas menjadi penasehak hakim, tetapi Abu Nawas menolak. Ia lebih senang menjadi rakyat biasa. >>>
by: Andi Muhammad Ali
Blog: http://bloguntuksemua.mywapblog.com