[1.8] Now I Know

164 6 0
                                    

PS. semua yang ada di cerita ini dari tokoh hingga alur hanya karangan author. maaf jika ada kalimat menyinggung suatu pihak.

Warn! mengandung kata atau scene vulgar. yang berusia di bawah 17 tahun harap dilarang membaca.

"kamu kesini lagi?"

Lami melirik kearah suara, Jisung berdiri tak jauh darinya membawa sebuah cemilan. Entah kenapa Jisung ingin meminum bir dan memakan makanan yang tidak biasa dia makan. Lami tak luput diajak bergabung dan menerima bir dari pria itu sebagai tanda bergabung.

"aku tidak bisa minum bir-", Lami menaruh kembali cup di tangannya memilih duduk tenang tanpa memegang apapun.

"maaf aku lupa".

Jisung memberikan Lami susu kotak rasa stroberi. Tidak ada respon apapun dari wanita cantik itu. Dirinya begitu terkejut ketika Jisung bilang dirinya lupa dan memberikan Lami sekotak susu yang paling dia suka.

Lami dan Jisung memang tidak banyak mengobrol namun dia memahami batasan ketika bertemu kembali. Jisung bukan pria yang memiliki semangat menggebu macam dirinya, dia tidak mau membuat pria yang disukai selama ini merasa geli dengan sikap menggebu-gebu.

"Lami. benarkan?", tanya Jisung tanpa melihat Lami.

Lami hanya mengangguk. Jisung melihat betapa imutnya tingkah wanita di sampingnya. Tapi rasa sukanya pada Giselle membuatnya tidak berpikir nama wanita lain selainnya.

"kita berada di sekolah yang sama. sejak itu aku selalu melihatmu karena-"

"jangan menyukaiku". Jisung berdiri dari tempatnya duduk.

Lami terkejut. "y-ya?". Hatinya serasa sakit mendengar permintaan itu. Dia sudah memendam lama rasa sukanya pada Jisung selama hampir 7 tahun lamanya.

Kepindahannya di kosan ini tidak terduga sama sekali. Jisung yang dia temui 7 tahun lalu berbeda dengan yang dia lihat sekarang. Tak bisa membendung rasa sedihnya membuat Lami berdiri meninggalkan Jisuny seorang diri di atap kosan.

Antara bodoh dan egois, sikap dia membuat semua wanita mulai menjauhi Jisung perlahan meskipun lebih banyak yang memperjuangkannya seperti Lami.

Jisung menatap lantai bawah dari atap begitupun Lami menatap tepat ke arah pandang Jisung kemudian berjalan sedikit cepat masuk ke dalam kosan.

"ah sial. aku gagal berkencan dengan Senior tapi malah seorang wanita menyatakan cintanya padaku". kesal Jisung menendang kaleng bir yang dibelinya.

"kalau senior memintaku jangan menyukainya, kenapa dia malah meminta pria bernama Mark itu untuk mencintainya?".

Giselle tertidur lebih dulu membuat Jisung bosan sehingga mengitari ruangan yang kecil itu merasa kesepian. Ekor matanya menangkap betapa rapih dan mandiri senior di hadapannya.

Jarang sekali dia menemukan kosan wanita serapih ini. Tidak ada sampai sebersih ini sebab tidak ada debu sama sekali ketika jari panjang Jisung menyentuh permukaan meja. Hidup mandiri tidak mungkin sebahagia ini.

Bahagia dalam artian semisal Giselle bisa satu atap dengannya dan tidak perlu mengeluarkan motor untuk mengunjunginya. Membayangkannya saja sudah membuat Jisung terkekeh.

"nghh".

Giselle menggeliat dalam tidurnya. Jisung kembali duduk di samping Giselle memainkan rambut wanita itu tanpa izin. Menatap seolah wanita di hadapan dia adalah miliknya.

"senior-".

"Mark...".

Nama itu keluar begitu saja. Jisung menghentikan aktivitas nya menatap datar Giselle yang melindurkan nama Mark di sela mimpi indahnya. Sadar jika dirinya cemburu membuat Jisung memilih duduk di sofa terus menatap Giselle.

(TO BE CONTINUED) AMARANTH | MARKSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang