16

240 32 8
                                    

Cinta?

Hal itu bukanlah apa yang akan keluar dari bibirnya.

Lihat Jaehan ...

Yechan tahu jika pria itu mencintai Hangyeom, tapi tetap saja Jaehan berpaling padanya.

Jadi, apa sebenarnya itu cinta?

Bagi Yechan, kata itu hanyalah sebuah omong kosong belaka.

*

*

*

Perselingkuhan.

Hubungan ibarat lingkaran setan.

Semua tertuju pada satu kata ...

Nafsu.

"Gyeom hyung, bagaimana perkembangan kasus perceraianmu dengan Jaehan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gyeom hyung, bagaimana perkembangan kasus perceraianmu dengan Jaehan?

Di dalam ruangan tempat Jehyun bekerja, Hangyeom menatap data mengenai kehamilan istrinya. Tidak tahu mengapa ia masih mencari tahu tentang itu. Mungkin masih terselip rasa rindu?

Hanya dia yang tahu ...

Bayi dalam perut Jaehan ia ketahui bahwa itu sehat. Hangyeom otomatis tersenyum saat melihat. Memandangi jabang bayi membuat Hangyeom merasakan hangat di hatinya. Namun, keputusan sudah dibuat, bolehkah ia meralat?

Jujur dalam hati, ia tak menginginkan ini. Pernikahannya bahkan baru seumur jagung. Namun, ia juga tak bisa memaksakan kehendaknya sendiri. Ia tahu bahagia Jaehan mungkin ada pada Yechan, bukan dirinya lagi.

Dalam lamunan, Hangyeom bertanya pada dirinya sendiri kira-kira bagaimana keadaan Jaehan sekarang ini.

Hangyeom hanya berharap Yechan menjaganya dengan baik.

"Kami akan melakukan proses mediasi. Namun, sepertinya harus menunggu sampai Jaehan melahirkan terlebih dahulu."

"Begitukah? Kenapa lama sekali?"

Hangyeom hanya mengangguk, tanpa menjelaskan apa yang dimaksud.

Memang, sejak berpisah dengan Jaehan, Hangyeom banyak berubah. Pria itu jadi lebih pendiam, tak banyak bicara, dan lebih sering melamun saja.

Jehyun mendekat, "Hyung, Jaehan sudah bahagia bersama Yechan," sengaja menyiram minyak ke dalam api. "Apa kau tidak berniat mencari pengganti?" tanpa tahu bahwa baranya sudah mati.

Padam ... teredam ....

Hangyeom tak lagi menaruh kemarahan, apalagi kebencian. Ia juga tak pernah berniat untuk membuka hati untuk orang lain lagi. Setidaknya saat ini.

Ia sibuk membenahi diri, siapa tahu Jaehan kembali.

"Tidak. Belum ... entahlah, Jehyun-ah."

Jehyun mengusap pelan bahu yang sedikit turun karena pengkhianatan. "Tak apa, Hyung. Pelan-pelan saja. Jangan lupa, kita sudah lama berteman. Kau bisa menceritakan apapun padaku."

Affair✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang