"Di minum ya jus nya. Ini tante sengaja buatin jus jeruk buat kalian. Kalo mau makan, ambil aja di dapur ya. Pokoknya anggap aja rumah sendiri. Tante sama Om mau keluar sebentar."
Syela menghampiri Alana, Zayn dan Regan yang tengah mengerjakan tugas sekolah tadi siang karena hukuman. Sebenarnya hanya Alana dan Regan yang mengerjakan tugas. Zayn hanya memantau dan sesekali mengajarkan apa yang tidak mereka pahami.
Disusul bibi dari belakang dengan 3 gelas jus di atas nampan. Seketika mata Regan berbinar. Panas-panas begini kan enaknya yang dingin-dingin.
"Wah tante. Makasih banyak ya. Padahal gak usah repot-repot." ujar Regan, namun tak ayal satu tangannya langsung menyambar satu gelas jus dari nampan dan meneguknya sampai tak tersisa.
Seyla hanya menggeleng seraya tersenyum tipis. Ada-ada saja memang kelakuan Regan ini. Sedangkan Alana mendengus pelan melihat kelakuan cowok itu.
"Sini bi,"
Setelah menghabiskan minumannya, Regan mengambil alih dua gelas jus itu dan menaruhnya satu-satu di atas meja yang di gunakan untuk mereka belajar.
"Alana, mommy brangkat dulu ya. Daddy udah nunggu di depan. Kami pulang malam, jadi tidur duluan aja, oke?!"
"Oke mommy." sahut Alana dengan lantang.
"Makasih tante, hati-hati." Zayn mengeluarkan suara. Dan di balas anggukan serta senyuman tipis oleh Seyla.
Setelah kepergian Seyla, ketiga remaja itu kembali pada posisi duduknya masing-masing. Regan duduk di satu sisi meja, sedangkan Alana dan Zayn duduk berdempetan di sisi meja lain. Lebih tepatnya Alana yang mepet-mepet pada Zayn sembari modus.
Regan berdecak. "Sakit mata gue," lirik sinis Regan saat melihat Alana semakin mencari cara untuk modus pada Zayn.
"Sirik aja lo." gerutu gadis itu.
"Zayn, gue ini cantik loh. Emang lo gak mau jadi pacar primadona sekolah kayak gue?" ucap Alana secara tiba-tiba.
"Saking cantiknya, mirip kayak orang utan yang lepas dari kandang." Bukan Zayn yang menyahut melainkan Regan. Cowok itu sudah muak melihat Alana yang terus-terusan genit pada Zayn.
Bukan karena cemburu. Jujur saja kepala cowok itu dari tadi sudah sangat pusing, dan pemandangan di depannya ini semakin membuat kepalanya sakit saja.
"Diem lo gembel," balas Alana tak mau kalah.
Regan hanya mampu menghela nafas sabar. Cewek itu memang tidak mau kalah sama sekali. Apapun ejekannya, Alana pasti mempunyai seribu macam cara yang dapat membungkam mulutnya.
***
Setelah menyelesaikan tugas dari guru Matematika, Regan bergegas mengemasi buku-buku miliknya. Tubuhnya benar-benar lelah hari ini.
Ia butuh merebahkan diri di atas kasur, menyetel lagu-lagu kesukaannya, dan beristirahat sampai besok pagi.
"Mau ke mana lo?" tanya Alana begitu melihat Regan berdiri dari duduknya seraya menenteng tas.
"Balik lah." sahut Regan seadanya.
Cowok itu melanjutkan langkahnya sebelum perkataan Alana membuat kakinya berhenti.
"Kenapa gak sekalian sama Zayn? Kalian kan serumah. Adik kakak harus akur dong!" ujar Alana tanpa memperhatikan ucapannya. Sejujurnya Alana tahu bahwa Regan masih belum bisa menerima Zayn sebagai kakaknya. Tapi apa salahnya ia mencoba mendekatkan keduanya supaya akur.
"Dia bukan kakak gue!" sahutnya penuh penekanan lalu pergi tanpa mau berbalik menatap lawan bicaranya.
Zayn hanha mampu menghela nafas panjang seraya memasukkan buku-buku miliknya ke dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGANTARA
Fiksi RemajaSpin off Zaviar and His Struggle Ellgar bagi Regan adalah seorang pahlawan. Ayah yang sangat Regan banggakan dan sayangi. Semuanya berjalan dengan semestinya sampai ia mengetahui fakta bahwa orang yang ia anggap adalah ayahnya bukanlah ayah kandungn...