45. Trauma

68 12 0
                                    

Sudah tengah malam saat Deon dan Sherin akhirnya sampai di unit apartemen Sherin. Sejak tadi di jalan, Sherin benar-benar diam tanpa suara. Seperti dia sedang mencerna sebuah kejadian di saat keadaannya pun tidak bisa dikatakan baik.

"Makasih, Kak. Kamu pulang aja" ujar Sherin lemas begitu Deon menutup pintu unit

"Aku di sini dulu ya malam ini, biar ada yang ngawasin kamu" balas Deon

Sherin menggeleng, "Besok aja kamu ke sini lagi, aku nggak apa-apa kok"

Deon menghela nafas berat, "Aku nggak bisa, Ra. Aku di sini ya, kita tidur pisah deh, tapi please jangan suruh aku pulang!"

Sherin akhirnya mengangguk singkat, lalu lanjutkan langkah ke kamarnya, meninggalkan Deon yang masih memaku.

Sejatinya Sherin butuh waktu, sekarang Kaniya sudah tahu, apakah semuanya akan tetap baik-baik saja setelah ini? Apakah dia akan tetap aman dan selalu menjadi pemenang seperti yang dia sombongkan pada Jihan hari itu?

Sherin hanya takut, takut jika Deon akhirnya akan luluh, dia lihat sendiri bagaimana usaha Kaniya yang tak kunjung padam. Sherin takut jika nantinya Kaniya akan nekat menjebak Deon dan membuat laki-laki itu terpaksa membuat keputusan. Intinya, Sherin takut kehilangan Deon.

Di kamar, Sherin menghapus riasan di wajahnya yang sebenarnya juga sudah berantakan. Lalu, dia berganti baju tidur, mencuci muka, dan sikat gigi. Setelahnya, dia merebahkan diri di kasur, dan langsung terlelap.

Tak jauh berbeda dari Deon, bedanya laki-laki itu memutuskan mandi di kamar seberang. Mengganti pakaiannya dengan yang seadanya di mobil, lalu perlahan merebahkan diri di kasur.

Deon lakukan semua itu setelah dia pastikan Sherin sudah lelap. Tadi sebelum ke kamar itu, Deon sempat mengunjungi kamar Sherin dan ternyata gadis kesayangannya itu sudah terlelap nyenyak.

Di ambang antara sadar dan tidak, samar-samar Deon dengar suara perempuan menangis gelisah. Dia akhirnya membuka mata dan ternyata benar, itu bukan hanya halunya. Dia dengar Auroranya menangis.

Segera Deon bangkit dan datangi kamar satunya, ternyata Sherin mengigau. Badannya panas sekali dengan keringat membasahi tubuh, bibirnya terus merengek menggumamkan nama Deon dengan embel-embel 'jangan pergi'.

"Ra, bangun!"

"Kak Deon, jangan... Nggak mau... Aku nggak mau... Jangan tinggalin aku..."

"Sayang, bangun! Hei, bangun dulu!" semakin gencar Deon mengguncang tubuh Sherin karena gadis itu tak kunjung bangun

"Nggak mau... Jangan pergi..."

"Nggak pergi, Ra. Aku di sini, buka dulu matanya!"

Seketika mata Sherin terbuka, gadis itu sejenak menyapu pandangan, dan tiba-tiba bangkit duduk untuk memeluk Deon begitu erat. Deon menghela nafas, dia balas pelukan itu tak kalah erat.

"Jangan pergi, Kak. Nggak mau, aku nggak mau sendirian lagi" isakan Sherin terdengar jelas begitu memilukan

"Nggak, Ra. Siapa yang mau pergi sih? Aku di sini kok" balas Deon menenangkan

Seumur-umur Deon mengenal Sherin, baru ini dia melihat gadis itu begitu pilu menangis sambil memohon, bahkan sampai terbawa mimpi dan mengigau. Deon pernah dengar istilah trauma, apakah benar ini yang disebut trauma ditinggal orang tersayang?

"Jangan pergi!" Sherin masih terisak sambil menenggelamkan wajahnya di pundak Deon

"Nggak pergi, sayang. Aku nggak akan pergi, kamu nggak usah takut. Aku di sini terus, sama kamu, nggak akan kemana-mana"

[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang