Part VI: Case Study

41 6 0
                                    

"Hari ini saya minta kalian untuk mengeluarkan smartphone kalian, membuka aplikasi search engine, kemudian cari segala hal tentang inflasi dunia. Seperti yang kalian tahu, saat ini portal berita banyak menayangkan tentang kondisi ekonomi dunia saat ini, dan kata yang paling banyak disebut adalah tentang inflasi. Jadi dalam pertemuan kali ini kalian akan membuat paper dengan tema inflasi yang melanda dunia."

Ini adalah minggu ketiga aku mengajar di kelas ini, tapi melihat ekspresi murid-muridku sekarang, sepertinya mereka masih belum akrab dengan caraku mengajar. Lihat saja lebih dari setengah kelas menatap bingung kearahku, sedangkan yang lainnya berbisik-bisik saling tanya. Hingga satu orang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Paper itu isinya bagaimana ya bu?"

"Apa kalian belum pernah diajarkan tentang paper, sistematika penulisan paper?"

Apa-apaan ini, kenapa mereka kompak menggeleng. Saat ini mereka sudah kelas sepuluh, its mean kelas satu sekolah menengah atas alias senior high school, dan mereka tidak tau tentang penulisan paper. Ini memang belum diajarkan, tidak ada dalam kurikulum, atau mereka yang tidak memperhatikan saat materi tantang penulisan paper ini diajarkan.

"Oke saya jelaskan secara singkat. Paper merupakan tulisan yang membahas topik tertentu dengan didukung data dan argument yang valid dan kuat. Ini seperti kalian membuat ringkasan dari apa yang kalian baca disertai argumen berdasarkan data yang ada. Bisa dipahami?"

"Bisa bu. Tapi untuk lebih jelasnya bisa tolong dikasih contoh?" Alya, siswi yang sejak hari pertama aku mengajar menjadi siswi yang paling vokal. Dia berani bertanya, banyak menjawab, punya kepercayaan diri yang bagus. Tentu saja ditunjang dengan dia yang berpredikat sebagai siswa berprestasi. Dia punya motivasi belajar yang aku acungi jempol.

"Disini saya tidak akan membuat aturan baku dalam penulisannya, kalian bebas menuliskan apapun, karena ini juga pertama kalinya kalian menulis paper. Contoh gampangnya, kalian bisa mulai dengan pengertian inflasi, latar belakangnya, penyebabnya, membandingkan inflasi tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, atau prediksi kalian tentang inflasi kedepannya berdasarkan analisis data yang kalian lakukan. Tulis saja apapun yang menarik perhatian kalian, lalu gali lebih dalam. Saat kalian sudah terbiasa menulis paper, ini akan jadi hal yang mudah."

"Kita harus menulis berapa halaman bu?"

"Satu halaman HVS." Aku mengangkat setumpuk kertas HVS yang sudah aku siapkan diatas meja, kemudian mulai membagikannya ke meja-meja paling depan. "Boleh kurang, tapi tidak boleh lebih. Sejujurnya saya juga muak jika harus membaca terlalu banyak, apalagi tulisan kalian tidak semuanya mudah dibaca. Jadi tolong mudahkan pekerjaan saya. Terutama kamu Firli, nulisnya niat dikit ya."

Seisi kelas mulai berteriak heboh dan menyuarakan persetujuannya ketika aku sengaja menyebut nama Firli, murid laki-laki yang selalu bertingkah keren, berbanding terbalik dengan tulisannya yang bahkan tidak lebih baik dari cekeran ayam.

"Emang parah bu tulisan tangannya Firli."

"Heran juga saya bu, kok bisa dia lulus SD."

"Dia ngikut style rambutnya itu bu, tulisan gaya mohawk."

"Berani beraninya menghina tulisan calon presiden lu pada." Firli yang sebelumnya terlihat acuh meletakkan kepalanya diatas meja saat aku menjelaskan tugas mereka hari ini, sekarang dengan bangganya memamerkan tulisan tangannya dan balik mengejek temannya yang lain.

Ah tapi masih ada satu anak yang betah meletakkan kepalanya diatas meja, bertumpu pada satu tangannya, tetap acuh dengan suasana kelas yang mendadak ramai. Sejak awal aku masuk ke kalas ini, dia, murid perempuan bernama Dina, cukup menarik perhatianku. Dina orang pertama yang akan berdiri dan mengumpulkan tugasnya dimeja guru, kemudian langsung ijin keluar kelas dengan alasan ingin ke toilet.

Okay, We're Married on JulyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang