Jangan lupa bahagia🩵
Tetap jaga iman dan imun🩵Happy Reading!
***
Naya menghela napas panjang ketika rumahnya menjadi sepi karena semua orang tengah beraktivitas sekarang ini. Sebenarnya, Farah akan menemani putrinya itu di rumah, tetapi ada urusan yang mendadak serta mendesak membuatnya terpaksa meninggalkan Naya.Jika berbicara tentang Raga, tentu saja suaminya sudah mengawali kembali beraktivitas setelah dua Minggu lamanya bersama Naya di rumah. Bahkan, Raga juga sedang berada di Surabaya karena ada seminar yang dihadiri oleh para asisten dosen. Naya menjadi rindu dengan aktivitasnya dulu yang menjadi guru.
"Nayaaaa!" teriak Khafa memasuki rumah sahabatnya tersebut. Tentu saja, wanita itu tidak menyangka akan kehadiran Khafa.
"Kok lo bisa di sini?"
"Disuruh Bang Raga, katanya lo di rumah sendirian. Tapi, gue baru bisa ke sini karena Adhisty baru aja pulang sekolah," ujar Khafa yang mendudukkan balita dua tahun itu di kursi.
"Gue baru inget, Adhisty baru masuk sekolah." Naya menepuk pelan kepala Adhisty sedangkan putrinya Rafa itu tetap anteng karena masih memakan cimol.
"Lo ada butuh bantuan gue nggak?"
"Hm, ada sih."
"Apa?" Khafa bertanya dengan antusias.
"Jadi begini adik ipar ku yang tercinta. Gue tiba-tiba mau dibuatin kue gulung buatan lo." Naya menyengir kuda ketika mengutarakan keinginannya.
"Aelah cuma buat kue gulung. Gue jabanin, tapi titip anak gue, yak. Tolong diliatin, lo tau sendiri kan titisan Rafa ini kayak gimana," ucap Khafa dengan tawa.
"Aman, tapi kayaknya Adhisty ngantuk deh, Fa," kata Naya ketika melihat balita tersebut menguap berulang kali bahkan cimolnya pun tidak dimakannya kembali.
"Hadeh, ini bocil persis banget sama bapaknya. Perut kenyang, langsung tidur. Gue izin bawa Adhisty ke kamar tamu, ya."
Naya tertawa kecil mendengar penuturan dari Khafa. "Iya, bawa lah sana. Nanti aja buatin gue kue gulung," ujarnya.
Khafa pun membawa tubuh mungil Adhisty ke dalam gendongan lalu mengambil sisa cimol putrinya tersebut lalu melangkah pergi ke kamar tamu.
"Gue kalau nantinya punya anak. Semoga aja kelakuannya nggak mirip bapaknya yang datar, kaku plus dingin, tapi soal muka boleh deh dibicarakan," ucap Naya terkekeh geli.
***
Naya membuka pintu ketika bel berbunyi. Untung saja, handle pintunya tidak terlalu tinggi sehingga Naya masih bisa membukanya sendiri karena Khafa masih di dalam kamar. Kursi roda Naya bergerak mundur untuk mempersilakan tamunya masuk. Namun, wajahnya yang cerah mendadak lenyap ketika melihat sosok Amelia."Masih cacat aja lo."
Kalimat pertama yang meluncur dari bibir Amelia. Bahkan, perempuan itu menerobos masuk rumah Naya tanpa bisa dicegah oleh pemiliknya.
"Daripada hidup cacat, lebih baik mati, Nay."
Naya menggeram kesal ketika kalimat Amelia sangat tajam dan menyakitkan. Melihat raut wajah Naya membuat Amelia tersenyum tipis. Ia tahu betul jika Raga pergi makanya Amelia berani untuk datang ke rumah ini. Bukannya tobat ketika diajak kajian kemarin, Amelia malah semakin menjadi-jadi untuk mendapatkan Raga. Mungkin, jika Kyana tahu akan hal ini. Gadis itu akan marah besar terhadap Amelia.
"Katanya udah bisa ngomong lo, kok ucapan gue nggak dibalas? Udah merasa insecure sama gue? Hahaha, lagian gue mau dilihat dari sisi mana pun nggak ada cela, Nay beda sama lo. Udahlah buta sebelah lengkap lumpuh juga. Haduh, apa yang bisa Raga banggain punya istri kayak lo?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Hati Braga (END)
RomanceBraga Pratama Athaya tenggelam dalam jurang patah hati setelah hubungannya dengan Amelia Syakira kandas. Perasaan yang hancur membuatnya mengidap gangguan kecemasan. Di tengah kekelaman itu, hadir sosok Naya Ayura Ningtyas, seorang wanita yang memb...