10. BLoom

103 17 4
                                    

"Ngapain lo yang nangis lah dodol, gue yang dijodohin malah elu yang nangis."Steven berusaha melepaskan tangan Lea yang memeluknya.

Gadis tinggi semampai itu menangis tersedu-sedu dipelukan kakak laki-lakinya. "Gue kasihannn."

"Lah ngapa lo kasihan Le, gue aja gak papa."

"Gue kasihan sama kak Adelia! kok bisa-bisanya dia dijodohin sama kutu busuk kayak lo ah sebel banget gue!"

"Oasu, emang lo gak pernah menuhin ekspetasi gue."

"Emang lo berharap gue nangisin lo gitu? sorry bro i leave this conversation."

Lea meninggalkan Steven yang cengo menatap punggungnya yang semakin menjauh dari pandangan. Steven mengindikkan bahu lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang, Adelia.

"Li, gimana?"

"Gak ada yang mau dengerin gue, mereka semua ngira kita emang beneran pacaran."

Steven memijit pangkal hidungnya, pusing dengan yang terjadi saat ini. Bagaimana cara meyakinkan orang tua mereka bahwa keduanya tidak memiliki perasaan lebih banyak dari sekedar teman.

"Ketemu di luar aja, kita perlu bicara berdua li. Lo mau ketemu dimana?"

"Green caffecino, setengah jam lagi."

"Oke, jangan sampai ada yang tau."

"Hmm, see you there."

......

"Jadinya gimana dong anjir? emang lo mau?"

"Gue bahkan gak kepikiran buat pacaran sama lo ah, ngeselin banget."

Steven memijat kedua pelipisnya pusing, yang awal-awalnya hanya berencana untuk mengusir Jenda dari kehidupan Adelia dan mengalihkan Steven dari rasa sukanya dengan Renata malah terjerumus kedalam perjodohan oleh para orang tua mereka.

"Lo tau yang papi bilang ke gue? dia bilang ini tuh janji mereka dari lama banget, apalagi mereka ngira kita pacaran, kalau kita nolak ini berarti kita penghianat. Gue gak tau korelasi nolak perjodohan ini sama penghianat apaan, tapi intinya papi bilang begitu."jelas Steven.

Laki-laki Dikta itu kemudian menyesap capuccino yang ia pesan sembari menatap Adelia yang juga sama pasrahnya dengan dirinya. Apa tidak bisakah ia menolak perjodohan ini, ia merasa tidak enak jika memiliki hubungan dengan Adelia. Tapi, orang tua mereka mengira kedua remaja itu memiliki hubungan spesial.

"Papa juga, dia bilang terima aja, katanya ini juga gak merugikan gue karena kita udah pacaran. Padahal kenyataannya kita nggak pacaran Steve, aishhhhh! mana papa seneng lagi ngira lo jadi pacar gue."ujar Adelia dengan nada kesal.

"Bjir, papa Sevan tau aja orang ganteng."

"Gak usah narsis, lo jelek."

Steven mendecak pelan mendengar penyangkalan dari Adelia. Padahal faktanya Steven memang ganteng, cuma akhlaknya gak bisa dikondisikan.

"Btw mami juga girang banget elo jadi calon mantunya."ujar Steven.

"Orang tua kita semua seneng denger kabar perjodohan ini, Om tante Park dan Alaska juga sama bahagianya. Lo yakin nolak perjodohan ini?"tanya Steven yang entah kenapa tiba-tiba goyah untuk membatalkan perjodohan diantara mereka.

Mengingat kebahagiaan yang terpancar dari orang tuanya dan orang-orang terdekat, membuat Steven tidak ingin merenggutnya. Ditambah lagi laki-laki itu belum pernah membuat orang tuanya bangga, tidak pernah ada yang bisa mereka banggakan dari dirinya.

"Sebenarnya gue juga gak mau buat Papa Mama kecewa."

Sama, Adelia juga merasa tidak enak jika merenggut kebahagiaan yang dirasakan orang-orang terdekatnya. Kebahagiaan yang terlihat murni itu, Adelia tidak mungkin bisa menjadi monster yang menghancurkan dalam sekejap mata.

Bloom Bloom || SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang