Ditengah jalan yang sunyi, gelap, serta banyak suara binatang, seperti lolongan anjing, dan dripan jangkrik, seorang gadis tengah berlari seperti ingin menghindari sesuatu yang sedang mengejarnya.
Gadis itu terus menoleh kebelakang sambil terus berlari, ia takut sesuatu 'itu semakin dekat dengannya. Dia menangis dan merapalkan doa dalam hati berharap ada seseorang yang dikirim oleh tuhan untuk menolongnya.
Karena terlalu fokus berlari, gadis itu tersandung pada kayu yg melintang, ia terjatuh, lututnya mengeluarkan darah. Ia hanya bisa menangis, lagi dan lagi ia hanya bisa berharap.
Berharap bahwa masih ada yg mau menolongnya. Ia terus berharap disaat kondisi yg nyaris tak memungkinkan untuk berharap pada seseorang.
Dengan lutut yg berdarah gadis itu berusaha untuk bersembunyi dibawah pohon besar. akhirnya, gadis dengan langkah terseok seok itu berhasil bersembunyi dibawah pohon besar.
"A-aca... t-takut..," lirihnya begitu pelan. "Aca mau pulang...,siapapun tolong aca," Gadis itu menangis ketakutan dan hanya bisa menyembunyikan kepalanya disela sela kaki putih bersih nan mungil miliknya.
"Aca, ayo pulang." Ucap wanita lanjut usia yg sudah berdiri didepan kaki gadis itu.
Pelan pelan gadis itu mendongakkan kepalanya. Betapa terkejutnya ia bahwa suara wanita yg ia tangkap oleh indra pendengarnya tadi adalah neneknya, orang pertama yg peduli dengannya setelah kakeknya.
Tanpa ragu gadis itu berdiri dari duduknya. Ia mengusap kasar kedua matanya untuk memastikan apakah yg didepannya ini hanyalah halusinasinya semata.
"Nenek...aca takut, aca mau pulang." Lirih gadis itu dan langsung memeluk nenek kesayangannya. Benar, ini nyata, ini bukan mimpi. Batinnya.
"Aca mau pulang? Aca takut disini? Aca juga capek ya disini?." Tanya laki laki lanjut usia disebelah wanita lansia tersebut.
Ketika mendengar suara yg sangat ia kenali, gadis itu melepas pelukan neneknya. Ia lantas beralih menatap pria lanjut usia disebelah neneknya dengan mata sembab penuh air mata yg sangat kentara bahwa ia lelah dengan segalanya.
"Iya kek, aca mau sama kakek dan nenek aja."
Jawabnya tanpa ragu."Aca.." ucap wanita lanjut usia itu dengan suara lembut lagi menghangatkan, yang tak lain nenek dari gadis itu.
Wanita lansia itu membelai penuh kasih sayang rambut milik cucu kesayangannya. Gadis itu kembali menatap neneknya, menunggu neneknya yg ingin mengatakan sesuatu.
"Aca yakin mau ikut nenek dan kakek? Aca siap untuk meninggalkan semua yg ada disini?." Tanya nenek nya dengan penuh hati hati, memberi gadis itu waktu untuk memilih dan berharap bahwa cucu kesayangannya itu tidak menyesal dikemudian hari.
"Aca gak kasian sama mereka yg sedih karena aca ikut nenek?" Lanjut nya lagi.
Gadis itu tampak berpikir keras. Menurutnya, jika ia tidak pergi maka ia yg akan hancur dengan perlahan, tetapi jika ia pergi maka ia akan menyudahi kepedihan dihidupnya.
Namun dia tidak tega membuat beberapa orang yg menyayanginya sedih saat ia pergi.
Sungguh mulia pola pikir gadis itu, dia tetap memikirkan orang lain meski dirinya yg harus hancur untuk bertahan karena mereka."Aca, kami tidak bisa lama, aca mau ikut dengan kami?." Lirihan lembut dari kakeknya tersebut membuat lamunan gadis itu terhentikan.
"A-aca, aca mau disini dulu kek, nek," ucap gadis itu agak terbata bata karena takut ia salah untuk menolak ajakan itu.
"Ya sudah kalau begitu, nenek sama kakek pulang dulu ya." Ucap wanita lansia itu sambil memeluk cucunya dan mengelus punggung gadis itu lembut. Kakek nya pun turut membelai surai lembut cucunya sayang.
Semakin lama pelukan itu melonggar, belaian penuh kasih sayang itu pun turut menghilang. Ia tersadar dan membuka matanya.
"Nenek, kakek?" Gumamnya bingung ketika melihat bayangan kakek serta neneknya yg hampir hilang bak ditelan cahaya.
"NENEK..! KAKEK, JANGAN TINGGALIN ACA." Teriak nya kuat dengan sisa sisa tenaganya. Gadis itu meraung tidak tentu arah.
Ini semua salahnya, seharusnya ia mengikuti ajakan nenek dan kakeknya. Ia sangat merindukan keduanya, ia juga sangat menyayanginya lebih dari apapun, karena hanya mereka berdualah yg mengerti akan dirinya.
"Nek, jangan tinggalin aca.., aca takut disini, aca mau ikut nenek." Tangisan nya semakin pecah ketika rasa takutnya kembali menyeruak.
Ia terduduk lemas ditengah jalan yg sunyi, dan minim akan pencahayaan yg berada ditengah hutan.
"Kek, kakek bohong! Katanya kakek bakal temenin aca selalu," marah gadis itu sambil memejamkan mata. Ia memukul mukul jalan beraspal dengan tangan mungilnya tanpa peduli bahwa tangannya akan terluka.
"Nenek sama kakek jahat, kalian ninggalin aca sendirian disini." lirihnya pelan.
Hancur sudah dunia gadis rapuh tersebut. Tak ada lagi tempat ia tuk bersandar. Sendiri. Sekarang ia benar benar sendiri.
Mereka yang dulu sangat menyayanginya kini meninggalkannya dengan beribu luka tak kasat mata.
Sakit rasanya.
Sakit rasanya ketika mengingat semuanya telah berubah 180 derajat, yang tanpa sengaja tak pernah pula terbesit dalam benaknya bahwa semengerikan ini kehidupannya sekarang.
"Jangan tinggalin aca, please.." teriak gadis malang tersebut.