Kak Keenan membantuku memasukkan barang bawaanku ke bagasi mobil, sedang aku, hanya berdiri di belakangnya memandangi punggungnya. Entah apa yang menggerakkan diriku, pada akhirnya aku tak bisa lagi menahan diriku, rasa sesak di dada ini mendesak untuk kulampiaskan.
"kak Keenan." aku memeluknya dari belakang sambil terisak. "Alden kangen." Sayangnya, aku tak berani mengucapkan itu, kalimat itu hanya berbisik di dalam hatiku.
Kak Keenan tak bergerak, ia membiarkanku tetap memeluknya hingga aku merasa tenang, rinduku telah terobati.
"yah, kok nangis." Kak Keenan berbalik, mengusap air mataku yang masih menempel di pipi. "jangan nangis, entar manisnya ilang." Lanjutnya yang membuatku tersipu malu. Aku tertunduk, menggeleng-gelengkan kepala layaknya anak kecil. But I'm really happy, akhirnya rasa rindu ini terobati dan bisa bertemu dengan kak Keenan lagi.
"jalan yuk." Ajaknya menuntunku masuk ke dalam mobil, tak lupa ia membukakan pintu untukku bahkan memakaikan safety belt untukku sebelum ia masuk dari arah pintu berlawanan.
Dug...
Aduh, hatiku yang lembwek ini, luluh seluluh-luluhnya. Senyumku tak bisa lagi ku sembunyikan.
"gimana liburannya di kampung?" tanya kak Keenan saat ia pun telah berada di dalam mobil. Mesin mobil telah ia nyalakan kemudian menancap gas meninggalkan tempat parkir bandara itu.
"yah...." Keluhku mengangkat bahu. Aku tak bisa bilang liburanku menyenangkan padahal aku sebenarnya tertekan, I'm not happy.
"kak Keenan kapan baliknya?" tanyaku penasaran.
"kemarin." Jawabnya singkat tetap fokus dengan pandangnya ke depan. Sesekali ia melirik ke arahku. Dan tau gak sih, aku tuh kayak gak bisa memalingkan pandangku dari Kak Keenan. entah karena aku masih rindu, ataukah aku terlalu terpesona padanya.
"aku emang secakep itu yah, sampai tuh bola mata kek mau keluar." Candanya.
"eng...enggak." Balasku langsung membuang muka.
"cihh..." kak Keenan tersenyum melihat aku yang salah tingkah, kemudian menjulurkan tangan kokohnya mengusap rambutku.
Duh kak, jangan! Jantung Alden gak kuat. Boleh teriak gak sih?
"emang panas yah?" tanyanya, entah karena apa dia bertanya seperti itu. iya sih, diluar panas, udah lama banget gak hujan, tapi rasanya di dalam mobil adem-adem aja.
Aku kemudian menyadarinya, kulihat wajahku di dalam kaca, ternyata pipiku semerona itu. kak, jangan ngeledek dong. Ini semua juga karena Kak Keenan.
"oh iya Alden, kita mampir di tempat teman kakak dulu yah." Ucapnya yang untunglah gak ngebahas kebloomingan aku lagi.
"sebenarnya hari ini aku ada photoshoot..." lanjutnya yang langsung kupotong.
"photoshoot? Kak Keenan model?" tanyaku penasaran. Yah gimana lagi, walau dia kakak aku, kami belum tahu each other as well.
"bukaaan. Cuman bantuin teman doang. Dia mau launching brandnya besok dan kakak diminta jadi modelnya." Jelasnya. Oh, jadi ini toh alasan kak Keenan berdandan berlebihan seperti itu, ternyata bukan karena Alden tapi keperluan photoshoot.
"bisa kan? Gak lama kok." Tanyanya kembali.
"bisa kak." Jawabku menyanggupi dan kemudian Kak Keenan mengarah ke tempat temannya, sebuah kompleks perkantoran di pusat kota.
Aku sempat pangling saat bertemu dengan teman kak Keenan, dia cantik banget. Sumpah, walaupun aku gay tapi kalo sama dia, mungkin aku bisa jadi straight. Eh gak jadi deh, dia kan udah tante-tante itungannya kalo disandingin sama Alden.
"Hi, Keenan..." wanita itu menyapa Kak Keenan, sepertinya mereka sangat dekat. "ini adik lo?" tanyanya menunjukku.
"iya." Jawab Kak Keenan.
"Hi kak! Kenalin, aku Alden." aku menyapa wanita cantik itu, apalagi dia punya lesung pipi yang membuatnya makin cantik dan manis dan ternyata dia juga sangat ramah.
Namanya kak Citra, dia mungkin seumuran dengan kak Keenan. dari apa yang dilihat mataku, interaksi keduanya membuatku bertanya-tanya, masa sih mereka hanya sekedar temenan?
Aku kemudian kembali menghubungkan segala kemungkinan yang ada, mungkin saja, ini adalah alasan mengapa Kak Keenan kembali ke tanah air. Dia ingin memberikan support untuk kak Citra.
"thanks ya Keen." Ucap kak Citra setelah pemotretan itu selesai. aku ikut mengikuti proses pemotretan itu dan sumpah, Kak Keenan kece banget. Auranya tumpah-tumpah banget, apalagi saat pemotretan yang ketiga itu. ia hanya memakai kolor, memakai kemeja yang dibiarkan terbuka hingga mengekspos auratnya, kemudian memakai jaket softball. sumpah keren dan seksi banget sampe aku gak bisa mengedipkan mata. kurasa cewek-cewek disana juga gitu.
Kak Keenan sebenarnya tidak memiliki otot sekeren Abi, but I don't know, somehow aku merasa kak Keenan lebih seksi dari Abi. Mungkin karena sorot matanya yang terkesan dingin, tapi kak Keenan bukan orang yang dingin kok.
"oke Cit, kita balik dulu yah. Kasihan nih anak kayaknya masih jetlag banget." Ucap kak Keenan dan kemudian kami cabut dari lokasi itu. tujuan kami tidak langsung ke apartemen, aku meminta kak Keenan untuk mengantarku ke rumah dulu. I mean, rumah ayah-ibu kami.
"Kak, kita mampir ke rumah dulu yah." Ucapku. Aku harus menyampaikan kiriman tante Rani untuk tante Farah. Seharusnya ini adalah makanan yang mungkin akan basi jika tak segera dibawakan hari ini.
"oke." Ucapnya memakai safety beltnya lalu tancap gak menuju kediaman ayah ibu kami. Aku yang duduk di sampingnya, sebenarnya masih melting setelah apa yang kak Keenan lakukan tadi. ia bukakan pintu untukku, yang tak lupa memakaikan safety belt untukku.
"kamu istimewa banget Alden yah." Ucapnya yang membuatku mengerutkan kening
"hah?"
"iya, aku heran kenapa semua orang sayang sama kamu." Jelasnya yang tak segampang itu ku mengerti. Kupikir itu sarkas yang mengarah ke kejadian pagi itu yang sempat aja membuat jantungku berdebar-debar. Tetapi saat kulihat wajahnya, sepertinya bukan sarkas, ini pujian.
"ba-bagaimana dengan kak Keenan?" tanyaku tersipu malu sambil mengatuk-atukkan jari telunjukku.
"engg....?" Yakinnya menoleh kearahku seakan ia tak dengar apa yang baru saja kutanyakan.
"eng..enggak." jawabku memalingkan wajahku keluar jendela. Entah mengapa, aku langsung kecewa.
"menurut Alden, kak Keenan bukan orang?" ucapnya yang membuat pandangan ini langsung berpaling kearahnya. Pandangan kita bertemu dan kulihat senyuman itu yang menghiasi wajahnya.
"kak Keenan itu sayang Alden." ucapnya kemudian tangannya terulur mengacak-acak rambutku. Ini mungkin habit Kak Keenan yang membuat jantungku tak aman lagi.
Aku butuh MRI, jantung Alden gak aman lagi, ARGHHH..... inikah namanya salting brutal? Makin brutal saat ia menyodorkan tangannya yang terbuka, meminta untuk ku genggam.
No, Alden gak kuat kak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
Romansafrom step father to step brother. ini bukan lagi cerita yang manis