[1.8] Fever - Omake

639 60 9
                                    

Fever. Omake vers.


-oOo-


Seperti yang sudah Jihoon duga, pagi ini ia terbangun sendirian di atas kasur.

Kamarnya bersih dan rapi—sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau semalam ada orang lain di kamarnya.

Dua tangannya mengepal kuat. Ia sudah begitu baik semalam tapi kenapa masih saja ditinggalkan begini?

“Kim Junkyu itu... awas aja,” Jihoon mendengus kasar, sedikit menendang selimut di sekitar kakinya. “Kalau dapat—gak bakal gue lepas dengan mudah.”

Ia tersenyum. Untungnya semalam ia berhasil, tepatnya sedikit memaksa Junkyu, untuk saling bertukar kontak.


-oOo-



Hari ini Junkyu cukup sibuk, dia punya tiga sampai empat kelas yang harus disambangi tapi sejak menginjakkan kaki di area kampus Junkyu sama sekali tidak bisa tenang.

Tapi yang namanya Junkyu itu pandai berakting—tidak peduli segelisah apa pun pikirannya, wajah yang dia pasang akan selalu datar dan cuek.

“Semalam lo tidur sama siapa?” tanya Noa to the point.

Kedatangan si pemuda Jepang sukses menyentak Junkyu hingga nyaris terjun ke lantai. “Brengsek! Lo ngagetin aja!” sungut Junkyu.

Dengan santai Noa mengindikkan bahu acuh, melihat sahabatnya itu lekat. “Lagian ngapain lo ngendap-ngendap gitu kaya maling?” sebelah alisnya terangkat. “Jawab dulu, semalam lo tidur sama siapa?”

“Gak mungkin langsung balik—lo gak ada di apart waktu tempat tinggal lo gue sambangi.” imbuhan Noa barusan menghancurkan alibi klasik Junkyu.

Hal lain yang membuat Noa yakin kalau sahabatnya ini kembali melakukan rutinitas buruknya adalah pakaian Junkyu yang cenderung longgar. Sangat berbeda dengan Junkyu yang biasanya memilih memakai pakaian ketat guna memamerkan tubuh indahnya—itu sih kata Junkyu, bukan menurut Noa.

“Jawab dong, jangan diem kaya orang gagu.” sahut Noa, gregetan.

“Apasih!” Junkyu melengos setelah membayar minumannya, memilih beranjak dengan mengabaikan Noa begitu saja.

“Lo dengerin kata gue kan, Kyu? Lo gak tidur sama Park Jihoon—”

“Sayangnya itu benar,” suara lain menginterupsi. Menyela dan menarik atensi Noa juga Junkyu.

Kalau Noa menatap sosok itu dengan tatapan bingung lain lagi dengan Junkyu yang diam-diam menarik diri, bersembunyi di belakang badan Noa yang jauh lebih menjulang.

“Kalian semalem tidur bareng?” Noa bertanya dengan nada sebal, melirik Junkyu ogah-ogahan.

“Iya tidur bareng—”

“Enggak!” Junkyu menyela keras.

Park Jihoon yang berdiri di hadapan dua orang itu mendelik, “oh, perlu bukti?”

Si Park hanya mengerling biasa tapi Junkyu gemetar sampai gak sadar megangin ujung kemeja Noa.

“Hah,” seakan sadar jadi orang ketiga yang tidak seharusnya ada di sana Noa menarik diri. “Gue cabut kalo gitu, gak ada urusan sama kalian.”

Junkyu pikir dia bisa dengan mudah angkat kaki dari sana, seperti yang dilakukan Noa, tapi kenyataannya tidak semudah itu.

Lengannya dicekal, genggaman tangan Jihoon erat sekali, seakan tidak membiarkan lepas gitu aja.

“Omongan gue semalam dan chat gue pagi tadi, belum jelas ya?” tanya Jihoon.

“Lepas—lo pasti tahu kan!” karena sama-sama laki-laki, tentu sedikit mengerahkan tenaganya Junkyu berhasil menarik lepas tangannya. “Gue gak mau terikat sama patner one night stand one! Apa yang terjadi semalam gak ada hubungannya sama gue hari ini, so lupain aja!”

“Gak semudah itu, Kim Junkyu.” Jihoon di sana, mengejar langkah kaki Junkyu dengan langkah mundur mencoba mempertahankan posisi agar keduanya saling berhadapan.

“Lo berurusan sama orang yang salah kali ini,” lelah melangkah mundur Jihoon memutuskan menahan pundak lebar Junkyu dengan dua tangan. “Lo gak bisa tinggalin gue gitu aja.”

“Minggir.”

“Gak.”

“Minggir brengsek—”

“Lo yang brengsek,” selak Jihoon. “Bisa-bisanya setelah dapat apa yang lo mau, pergi gitu aja. Lo ngerti konsep sebab-akibat gak sih? Tahu yang namanya tanggungjawab?”

Sebelah alis Junkyu terangkat, kesal. “Kalau mau ngoceh jangan sama gue, minggir!”

Agak lelah dengan Junkyu yang selalu berhasil lolos dari cekalannya, Jihoon kehabisan cara. Dengan sangat amat terpaksa menggunakan cara di luar nalar.

Junkyu ditarik; tepatnya dipaksa duduk di atas salah satu meja kantin, belum sempat protes, bibirnya sudah ditawan.

Park Jihoon mencium bibirnya.

Di lingkungan kantin kampus, yang notabenenya adalah tempat umum.

Demi Tuhan, MEREKA JADI TONTONAN MAHASISWA LAIN!!

“Lo—”

“Suka gak suka, mulai hari ini lo gak bisa jauh-jauh dari gue, Kim Sayang Junkyu.” dengan seulas senyum tipis Jihoon mengusap bibir bawah Junkyu, sebelum akhirnya kembali mencecap rasa manis di sana.




-oOo-



“Noa... tolongin gue—”

“Gak.  Gue udah kasih peringatan di awal, Park Jihoon bukan orang sesimple itu.”

“Aarggghhhhh!!! Lo kan tahu sendiri gue gak suka terikat!”

“Sekarang lo paham kan, kenapa dia berbahaya buat lo?”

“Diem.”

“Jihoon itu tipe orang setia, he's too kind buat cowok brengsek kaya lo—tapi gue pikir mungkin dia bisa bawa lo ke jalan yang benar.”

“Maksud lo apa?! Gue ada di jalan yang gak bener gitu hah?!!”

“Iyalah, dari dulu lu ngikutin jalan setan. Terimakasih sana sama Tuhan—lewat Jihoon lo dikasih karma.”

“Fuck up!!”

“Mau kemana? Tuh 'cowok lo' datang, gak usah drama lah gua capek liat kalian drama.”

“Bacot.”







ryoudesune note : republished.











Recyle : JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang