Rasanya, belum cukup lama aku duduk mematung di sini.
Menatap gumpalan bulu-bulu halus yang sibuk berarak di langit. Tertiup angin lembut yang menggerakkan kelopak-kelopak bunga wisteria ungudan bunga-bunga lainnya yang tumbuh mempesona memenuhi lereng bukit sejauh mataku memandang kini. Mengantarkan keharumannya yang manis. Semanis coklat hangat yang kusesap sesekali sedari tadi.
Rasanya, baru kemarin aku dan dia menghabiskan secangkir coklat ini bersama.
Tanpa sadar aku tersenyum. Mengingat segala hal tentangnya selalu membuatku tersenyum. Terlebih lagi saat kudengar suaranya memanggilku. Membuatku menolehkan kepala dan mendapati sosoknya tengah berlarian menghampiriku. Dengan kedua kaki telanjang di atas rumput tebal yang tampak laksana permadani hijau di bawah pohon ek yang berderet di sepanjang jalan sana dan tatapan mata yang sungguh mati tak pernah bisa kulupakan biar dengan cara apapun juga. Tatapan yang hingga detik ini pun masih membuatku mabuk.
Dan rasanya, tiba-tiba saja pipiku basah....
'***
Aku suka saat-saat seperti ini. Dia duduk di depanku. Aku duduk di hadapannya. Duduk menghabiskan makan malam bersama seraya bertukar cerita-cerita ringan seperti yang biasa kami lakukan. Ditemani dengan sepiring makanan lezat buatannya dan – tentu saja – secangkir coklat hangat kesukaanku.
“Aku tak habis pikir, bagaimana mungkin kau selalu memadukan secangkir coklat hangat dengan semua jenis makan malam-mu, Stan,” protesnya seperti biasa. Sebentar lagi dia pasti akan menambahkan bahwa secangkir coklat hangat akan merusak rasa istimewa dari sepiring daging panggang buatannya. “Kau tahu rasa coklat itu akan membuat rasa daging panggangku jadi tidak istimewa....”
Aku tertawa. Keras. Reaksiku yang biasa. Yang selalu sama ketika mendengar dia mulai mengejek selera makan dan minumku yang tak pernah serasi.
“Kapan kau akan berhenti memprotesku soal itu, Em?” tanyaku. Menatapnya dengan senyum jenaka.
Emma membalas tatapanku dan berucap, “Tidak sampai kau memperbaiki seleramu yang aneh itu.”
Sekali lagi aku tertawa. Suasana ini selalu saja membuatku nyaman. Ralat. Bersama dengan Emma, selalu saja membuatku merasa nyaman. Dalam suasana apapun itu.
.
.
.
.
.
.
.
‘**********************************************************************************************
Ini adalah cuplikan dari cerpen saya yang berjudul Hot Chocolate Memory. Kelanjutan cerpen ini dapat dibaca pada kumcer/novel saya dan kawan2 lainnya (Delia Angela, Liz Lavender, Lily Zhang, dan Catz Link Tristan) yang berjudul BeLOVErage, diterbitkan oleh penerbit Elfbooks dan bisa didapatkan di berbagai toko buku termasuk Gramedia. Dua cerpen saya dalam buku ini adalah Hot Chocolate Memory dan Honey Lime Tea.
Thanx, Guys :p
Best Regards,
Sun_Flowers