karena tidak ingin si ayah tambah marah, vera memutuskan untuk pulang saja, ia tidak peduli lagi dengan tas yang sedang ia incar.
vera bimbang, ia takut untuk masuk rumah, vera tau gimana marahnya si ayah, vera belum siap, vera menggigit kukunya.
TOK...TOK...TOK
Suara ketukan diluar berhasil membuat vera tersadar, vara yang mengambil gelar sebagai kakak. "ngapain lo diam lama lama disana? cepat keluar, ayah dah nungguin."
vera memutuskan keluar saja, vera juga sudah siap di cecer banyak oleh ayahnya "yee si tolol pucat bener muka lu." vara meledek si adek.
-
didalam sudah jelas aura dingin menyeruak, vera menciut "senang banget yang abis belanja, buat ayah ada?" sudah jelas ini sindiran dari si ayah buat vera.
vera menunduk "kalo ayah bicara berarti yang lain harus?" bukan hanya vera, vara dan juga bunda ikut ketakutan, semuanya menjawab "harus menjawab dengan jujur." ketiganya berbicara barengan.
"coba ayah tanya sama kamu vera, vera udah keluar banyak uang, gak kecil loh nominalnya, ayah tidak masalah vera banyak belanja, tapi kalo sudah mencapai batas, vera harus berhenti. ayah yakin, kamu cuma sekedar beli, bukan keinginan. vera, ayah tahu keluarga kita banyak rezeki, tapi jangan hambur hamburkan rezeki itu dengan sesuatu yang tidak berguna, ayah gak ajarin kamu buat jadi manusia tidak tahu diri. ayah marah loh sama kamu, vera."
ini yang ayah lakukan jika salah satu dari anaknya yang melewati batas, walaupun kesal dan marah, si ayah tidak akan berani bentak anaknya.