BAB 23: Lily

19 4 0
                                    

Bella menatap kosong ke arah jendela ruang rawatnya. Malam begitu tenang, tapi tidak dengan pikirannya.

Entah masalah apa lagi yang datang karena berhubungan dengan Daniel, si seleb sekolah.

Jangan sampai karena olimpiade ini kejadian satu tahun lalu terulang lagi.

Kini Bella hanya punya dua pilihan. Lanjut dengan membentengi dirinya atau berhenti untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

"Kok belum tidur?" Anindya memasuki kamar rawat Bella dan mendapati Bella tengah melamun di tengah malam seperti ini.

"Gak ngantuk." Jawab gadis itu.

"Mama kenapa gak pulang? Kasian Papa sendirian jaga rumah." Sambung gadis itu.

"Malam ini Mama nemenin kamu di sini." Jawab Anindya sembari duduk di bangku yang ada di samping bed Bella.

"Jangan, Ma. Nanti Mama masuk angin. Mending Kak Alyssa aja yang jaga di sini." Usul Bella. Cukup dirinya saja yang sakit.

"Iya. Tapi kalau laper makan buah ya." Anindya meletakkan buah-buahan yang entah kapan dibawa oleh wanita itu. Bella tak menyadarinya.

"Dari siang kamu susah banget kalau disuruh makan. Mama jadi khawatir, takut kamu tambah kurus." Anindya mengoceh.

"Ma, Bella lagi sakit. Jangan diceramahi lah." Protes Alyssa yang baru saja masuk.

"Nggak. Mama nggak ceramah, cuma mengungkapkan isi hati aja." Kilah Anindya.

"Ayo, Ma, Alyssa antar pulang. Habis itu Alyssa balik lagi ke sini." Ujar si sulung.

"Jangan ke mana-mana. Kalau ada apa-apa langsung telpon Mama."

Bella mengangguk lalu memandang punggung ibu dan kakaknya yang menghilang dari balik pintu.

Bella kembali menghela nafas. Gadis itu duduk menyender di atas bed.

"Semakin gue menjauh, gue semakin terjebak."

Hari ini Bella sadar, saking bencinya Daniel padanya, lelaki itu sampai tak memperdulikannya. Bahkan untuk sekedar mengirim pesan untuk menanyakan keadaan nya saja tidak.

Wajar Daniel membencinya, tapi Bella punya alasan untuk kejadian itu. Tapi Bella tak akan meminta pembelaan dari sisi manapun. Dia salah dan akan tetap salah.

Tapi yang membuat Bella sakit hati adalah separah-parahnya kondisinya, Daniel tak memperdulikannya lagi.

Bahkan lelaki itu dengan santainya mengatakan tak peduli pagi tadi.

Jauh dalam lubuk hati Bella, Bella masih berharap. Namun hari ini secara tidak langsung Daniel menyuruh nya untuk berhenti. Berhenti mengejar, berharap dan berhenti ada di hidup lelaki itu.

Bella ingin pergi, tapi dia terjebak. Apa yang harus dia lakukan sekarang?

Mungkin gue harus mengundurkan diri dan nyari masalah biar bisa balik ke kelas IPA 3. Putus Bella dalam hati.

Pintu terbuka secara tiba-tiba. "Kok ce--"

Mata Bella melebar saat melihat seorang lelaki berhoodie hitam serta masker hitam masuk ke kamar rawatnya.

Reflek Bella beringsur mundur, tapi punggungnya sudah terlebih dahulu menempel di sandaran bed.

"Sial!"

Lelaki itu membawa bucket bunga Lily putih. Apakah itu tandanya lelaki itu bukan orang jahat? Tapi siapa dia?

Tatapan keduanya bertemu.

"Daniel?" Dari tatapan matanya saja Bella sudah tau siapa orangnya.

Daniel melepaskan tudung hoodie nya juga maskernya. Lelaki itu melangkah mendekati Bella lalu duduk di tempat Anindya duduk tadi.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang