.....
Pintu besar berbahan kayu oak putih itu berderit panjang saat didorong dari luar. Begitu memasuki ruangan yang sepi, Dave Lando malah kebingungan. Hanya ada beberapa jejak sepatu tanpa pemilik yang jelas. Belum juga menemukan sosok yang dicari, Dave memutuskan untuk melanjutkan penelusurannya.
Skenario-skenario mengerikan mulai dirancang kepala Dave. Kebiasaan yang selalu ia lakukan guna meningkatkan kewaspadaan. "Dari luar memang terlihat rapi. Namun, area dalam seperti tidak pernah huni," komentarnya saat memeriksa satu per satu ruangan.
Saat tiba di pintu berikutnya, badan Dave sontak membeku menyaksikan sebuah teror mengerikan yang terpampang nyata di depan mata. Dave menemukan genangan darah, masih dalam kondisi segar membanjiri lantai. "D-darah siapa ini?" bisik Dave dengan nada gemetar, hatinya berdebar keras dalam ketidakpastian.
Merasakan adanya tanda-tanda bahaya, pria itu segera berlari ke arah pintu keluar. Dave menarik gagang pintu tersebut, tapi berhenti tak lama kemudian. Alih-alih meneruskan tarikan, ia justru menggebraknya. "Bajingan! Pintunya dikunci."
Di sela keputusasaannya itu, telinga Dave menangkap suara derap kaki yang semakin lama semakin mendekat. Suara itu sukses membangunkan insting bertahan hidupnya. Dan benar saja, ketika Dave membalikkan badan, tiga sosok manusia dengan penutup wajah siap menyerangnya dengan sebilah belati.
.....
Salju kembali turun sore itu. Perjalanan pulang bertambah sulit karena medan yang rusak. Rombongan Koa bahkan harus berhenti beberapa kali sebab roda kereta mereka terjebak lumpur dari salju yang mencair.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Koa pada Yona yang ketahuan melamun di sampingnya.
Gadis itu mengerjapkan mata, lalu memaksakan senyum ketika melihat Koa menatapnya. Namun, senyumannya segera memudar ketika kereta mereka melintasi sebuah pohon tua besar yang tumbuh di sisi kiri jalan. "Sejak meninggalkan villa Lady Raspe, rasanya seperti ada yang mengikuti kita, Lady."
"Diikuti?" ulang Koa tidak mengerti.
"Sebenarnya saya sendiri masih belum begitu yakin, tapi ekor mata saya seperti menangkap bayangan manusia setiap kali melihat ke arah luar. Maaf jika ucapan saya membuat Anda merasa tidak aman."
Koa terdiam, hening memikirkan sesuatu yang berat. "Aku akan menanyakan masalah ini pada yang lain. Mungkin saja salah satu dari mereka ada yang tahu jawabannya." Wanita itu meraih kenop pintu, berencana membuka jendela. Namun, teriakan Rafael Cato menghentikan aksinya.
"LINDUNGI LADY DORIAN!"
Yona refleks menarik tubuh Koa menjauhi pintu. Detik berikutnya, kendaraan yang mereka naiki terguncang hebat. Sorakan histeris meluncur dari bibir keduanya. Di bagian kemudi, sopir berjuang mati-matian untuk mengendalikan kuda yang panik. Segerombolan manusia berpenutup wajah tiba-tiba muncul, menghadang jalan mereka.
"Siapa kalian? Apa tujuan kalian menghalangi jalan kami?" Rafael dengan gagah maju ke depan, membentengi kereta menggunakan badannya, sementara Ivan mengeluarkan pedangnya dan melakukan ancang-ancang dengan lincah, siap merespons segala serangan yang mungkin datang.
Gerombolan manusia berpenutup wajah berjumlah delapan orang itu mengabaikan pertanyaan Rafael. Menyadari jika mereka kalah jumlah, Rafael hanya bisa mengeratkan cengkeraman tangannya pada tali kekang juda. Meski keduanya ksatria terlatih, Rafael dan Ivan akui, bertarung sambil melindungi orang lain adalah pekerjaan yang berat.
"Tuan, saya kesulitan memundurkan kereta ini. Sepertinya roda kereta tenggelam ke dalam lumpur lagi!" seru kusir menambah kepanikan.
Dari dalam kereta, setelah berhasil menenangkan diri, Koa diam-diam mengintip ke luar. Raut ketakutan menghiasi wajah pucat wanita itu ketika menyaksikan orang-orang yang menghadang mereka mengacungkan senjata. 'Persentase kemenangan kami sangat kecil, bahkan mungkin mustahil. Aku pun tidak yakin Sir Ethan dan Sir Lando bisa menyusul kami dalam waktu dekat,' batinnya pesimis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy(SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan berakhi...