Kembali

7 1 0
                                    

Nou terpukau dengan sepuluh lampu kecil pada satu lampu gantung besar yang ada di ruang makan. Bagaimana batu-batu itu memancarkan cahaya putih menjadi biru dan kemerahan seperti pembiasan pada pelangi. Mereka sudah di ruang makan dengan meja yang masih kosong. Han bilang sebentar lagi Martin akan menyusul karena dia harus menjemput seseorang, jadi mereka menunggu.

"Gil, kau baik-baik saja?"

"Tentu saja, aku hanya gugup."

Kemudian beberapa pelayan datang untuk memberitahukan bahwa Raja Andreas dan keluarganya akan datang. Nou duduk lebih tegap, begitu pula dengan Gil. Martin masuk lebih dulu dan mengangguk, mengatakan dengan diam bahwa semua akan baik-baik saja. Nou berkedip dan tersenyum sedikit untuk menjawabnya.

"Ayah, mereka teman-temanku Ken dan Lui," ucap Martin.

Gil dan Nou bangkit dari tempat duduk. Gil lagi-lagi menggunakan pose hormat pelayan seperti yang sudah dilihatnya sebelumnya, sedangkan Nou melipat tangannya di bawah perut sambil membungkukkan badan. "Senang bertemu dengan Anda, yang mulia."

Di belakangnya Ratu Sybl ikut tersenyum di tambah satu anak perempuan yang usianya tidak jauh dengan Nou. "Putraku hampir tidak pernah membawa temannya ke rumah. Ya, kau tahu aku ayah yang payah dan sibuk." Para keluarga kerajaan mengambil tempat duduk masing-masing, Raja berada di ujung meja sedang istri dan anak perempuannya berada di seberang Gil dan Nou. Martin menduduki posisi yang sama dengan ayahnya di sisi lain.

"Aku tersanjung kalian mau menerima kami untuk datang," sahut Nou. "Maaf jika kami mengganggu waktu sibuk kalian semua, Martin selalu menceritakan keluarganya saat kami bersama, jadi aku mengatakan padanya bahwa aku ingin bertemu kalian, aku tidak menyangka jika Martin akan mengabulkan permintaan aneh ini."

Andreas tertawa disusul dengan tawa isterinya. "Kami khawatir Martin tidak pandai bersosialisasi dan akan menjodohkannya secepat mungkin jika ia tidak segera menemukan pasangan, kami tidak tahu jika Martin punya teman dekat." sahut Sybl.

"Kalian tahu, kukira dia penyuka sesama jenis."

Nou bergidik mendengarnya, tetapi Gil menyikutnya dengan cepat dan mengangguk bahwa itu adalah hal biasa, jadi Nou tertawa sumbang."Tidak mungkin, dia tampan, pasti banyak perempuan yang menyukainya."

"Bagaimana denganmu, anak? Apa kau sudah punya pacar? Dari mana keluargamu berasal?"

Martin segera menghentikan kebiasaan interogasi ibunya yang tidak bisa sembuh. Terlebih adiknya yang suka bicara terang-terangan. "Cukup, kita tidak harus membuat tamu kita kelaparan."

"Lihat?" Andreas menunjuk putranya, "putraku sangat berwibawa, hahaha. Baiklah ayo kita makan." Kemudian setelah Andreas menepuk tangan tiga kali, enam pelayan datang dengan hidangan yang sama yang mereka katakan sebagai hidangan pembuka.

Itu sup labu kuning yang menggugah selera, aku melihatnya dengan seribu persen rasa lapar. Beberapa waktu belakangan ini, aku tidak makan dengan baik. Jadi ketika aku akan meninggalkan Tora setidaknya ada hal menyenangkan yang dapat kuingat, lalu aku akan meminta Zex menghapus ingatanku lagi seperti dia menghapus soal Ean.

Benar begitu, aku akan melakukannya seperti itu. Jadi, aku kan menikmatinya sekarang.

"Enak sekali,"

"Nikmatilah."

***

Semua orang menunggu kami di rumah Laura. Termasuk Peta juga berada di sana. Aku terpaksa membawa Martin ke rumah untuk melunasi hutang janjiku. Zex hampir saja murka jika Gil tidak menjelaskannya. "Zex tenanglah. Kami tidak melakukan kesalahan apa pun selain membawa orang itu kemari. Tapi ini adalah kesepakatan, Nou—tidak maksudnya kita semua akan pulang, dan dia akan ikut kita ke pulau untuk mengunjungi makam Ean, setelah itu dia akan kembali dengan tenang tanpa mengatakan apa pun. Dia sudah bersumpah, imbalannya, dia akan menjamin Nou agar keberadaannya tidak dicurigai oleh pemerintah maupun kerajaan Tora."

Peta berdiri,"apakah benar begitu Tuan Muda? Kau benar-benar dapat menjamin kita semua?"

"Aku sama sekali tidak tertarik dengan apa pun kecuali keberadaan Ean. Jika benar kalian semua adalah keluarganya, maka aku berjanji akan menjaga kalian dengan nyawaku."

"Bagaimana bisa aku percaya padamu, kau tidak bisa menjaga Ean ketika dia berada di sini, bagaimana aku bisa memercayakan keluargaku lagi padamu, " Zex dengan segera mengusir Martin."Zex dia sudah berjanji padaku, percayalah." aku mendorong dada Zex untuk mundur, yang lain seperti sudah bersedia untuk sebuah pertempuran jika saja aku tidak pulang ke rumah malam ini.

"Percayalah padaku, Zex."

"Sungguh percayalah padaku."

Napasnya masih memburu ketika Zed mulai mengambil alih. Pria tua itu masih membawa cawan perunggunya ke mana-mana. Ia meminta Zex untuk tenang sementara waktu, setelahnya meminta semua orang untuk membentuk sebuah lingkaran kecil. "Apa yang akan kau lakukan?" Sahut Peta.

"Mari kita lihat apakah orang ini bisa dipercaya atau tidak."

Entah mengapa Peta gusar, berkali-kali ia membujuk Martin agar memikirkan hal ini dengan baik. Jika sampai ada yang membocorkan ini ke luar, bukan hanya Savior yang berada dalam bahaya, tetapi kariernya sebagai calon menteri juga akan ikut terseret.

"Aku bersumpah demi nama Tuhan. Bunuh aku jika aku berkhianat."

Mendengar itu semua orang terdiam. Aku meyakinkan Zex untuk memercayai Martin. "semua ini akan segera berakhir ketika kita pulang. Kau mengatakannya padaku begitu kan?"

"Nou, apa dia tidak tahu ramal—"

"Aku tahu," jawab Martin cepat.

"Aku tahu siapa kalian, aku tahu siapa Nou dan siapa Ean. Namun itu bukan alasan untukku. Jika ayahku bersalah, maka dia memang harus menuai apa yang telah ia tabur. Aku hanya ingin melihat Ean untuk yang terakhir kali, perasaan bersalah ini menyiksaku, kematian bahkan terasa lebih baik sekarang."

Lama sekali Zex diam tanpa mengatakan apa pun. Martin dibiarkan duduk di sofa sambil menunggu Zex berubah pikiran. "Baiklah, hanya untuk kali ini saja."

Sudah bulat. Zex menerima Martin dengan berbagai syarat yang diajukan. Malam itu, dia menginap di rumah Laura. Karena keterbatasan kamar, Gil jadi harus mengalah. Aku tidak keberatan jika harus satu kamar dengan Gil malam ini, dia tidak akan melakukan apa pun padaku, lagi pula dia tidur di lantai dengan dua selimut. Dia tidak akan mati kedinginan.

"Gil kau sudah tidur?"

"Belum, kau tidak bisa tidur?"

"Entahlah, rasanya aku tetap ingin terjaga sampai besok."

"Nou, dengar. Ada yang ingin aku katakan padamu."

"Apa?"

"Apa kau pernah menyesal?"

"Kupikir pernah, tetapi jika kuingat kembali, penyesalan hanya alasan manusia untuk tidak menerima kenyataan."

"Bagaimana maksudmu?"

"Aku tidak pernah menyesal datang ke sini, meski terlalu banyak hal buruk yang kita lalui. Karena dengan begitu, aku bisa mengetahui tentang Ean. Kalau kau? Apa kau pernah menyesal?"

"Entahlah, aku belum memikirkannya. Apa sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku menyesal?" 

Tora : The Thief & The Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang