Bagian 5.3

40 2 0
                                    

Malam adalah sebuah waktu dimana bagian bumi yang sedang kita pijaki tidak terkena sinar matahari. Dimana kegelapan datang, para hewan malam bermunculan, dan keindahan datang. Dengan penerangan yang minim, beribu Bintang yang menghiasi langit dan ditambah cahaya lampu bohlam kuning di sepanjang jalan, membuatku takjub kepada sang pencipta.

Aku sedang berada di jok belakang motor bebek Kai. Setelah menyelesaikan makan malam dengan diam, dia langsung mengantarkan ku ke rumah Nenek May. Mungkin dia sudah mendengar gosipku dari orang orang. Seharusnya.

Motor ini berhenti di pekarangan rumah Nenek May. Kami sudah di sambut oleh Nenek May di depan rumah. Mungkin beliau khawatir karena ini sudah menjelang jam sepuluh malam, padahal aku hanya pamit sampai jam setengah sembilan.

Aku turun dari motor dengan perlahan. Di sampingku, Kai juga turun dari motornya dan mengantarkanku sampai teras rumah. Kami langsung di suruh duduk oleh Nenek May begitu masuk rumah.

Suasananya mencekam sekali. Baik aku dan Kai tidak memulai berbicara satupun. Hingga akhirnya Nenek May datang membawa segelas teh hangat di nampan untuk Kai.

"Jadi... kau culik kemana cucuku?"

Aku mendesah pelan mendengar pertanyaan konyol Nenek May yang memang fakta. "nek... "

"Kami makan sate di warung Mang Udin Nek" jawab Kai. Pria itu duduk tegap, tapi kelihatan sekali sedang menahan gugup.

Nenek May menanggapi dengan mengangguk anggukkan kepalanya. "Ya sudah... habiskan tehnya lalu pulanglah. Sudah malam" ucap Nenek May, mengusir secara halus.

Seperti yang dikatakan Nenek May tadi, Kai tahu kalau keberadaanya tidak boleh terlalu lama. Meskipun tehnya masih sedikit panas, dia minum sampai habis. Aku menahan ngeri melihat Kai menahan lidahnya yang terbakar.

"Saya pamit Nek. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" ucapku dan Nenek.

Setelah motor Kai benar benar menghilang. Nenek May menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Mungkinkah aku akan di sidang?

"Kamu ikut Nenek ke kamar. Ada yang perlu Nenek bicarakan"

Aku mengangguk. "Iya nek"

Dengan wajah tertunduk, aku mengikuti langkah kaki Nenek May yang menuju kamarnya. Ini adalah kali pertama aku masuk ke kamar Nenek May. Tidak ada yang begitu menarik. Hanya berisi lemari dan ranjang tidur saja.

Karena aku bingung duduk dimana, aku memutuskan untuk berdiri saja. Namun, Nenek menepuk kasur yang dia duduki bermaksud menyuruhku untuk duduk di sebelahnya. Aku hanya pasrah mengikuti kemauan Nenek.

"Tolong jawab jujur ya Anne" kata Nenek. Aku yang mendengarnya mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"Kenapa kau bisa mengenal Kai?"

Aku terdiam. Rahasia yang selama ini aku jaga, harus tetap terjaga. Aku tidak mau melibatkan siapapun. Cukup aku dan Kai yang tau siapa anak yang dalam kandunganku.

Tiba tiba Nenek May menggenggam tanganku. "Anne... Kai bukan orang yang kau kira baik"

Ya. Aku tahu.

Nenek May menghela nafas panjang "Kai adalah seorang yatim piatu. Itu yang nenek dengar dulu. Dia adalah pindahan desa lain."

"......."

"Ibu Kai tidak pernah terlihat. Kabarnya dia masih hidup. Tapi ayahnya, sudah meninggal. Karena di bunuh anaknya sendiri, Kai"

Apa?

Fakta yang baru aku tahu kali ini membuatku merinding. Aku sangat terkejut mendengar cerita ini. Bagaimana mungkin seorang anak tega membunuh orang tuanya sendiri?

Kopi SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang