Mungkin dia hanya mabuk. – Ezra
Melihat Heinrich yang bicara ngalor-ngidul membuat Ezra semakin yakin kalau si Mata Biru memang mabuk. Ia bicara tentang keinginan menyiksa Ezra sampai berpikir kalau mencintai Ezra bisa membuatnya semakin dekat dengan mendiang Kenny. Gila memang.
“Aku enggak mabuk,” ujar Heinrich seolah mendengar semua pikiran Ezra. “Aku hanya bersedih. Aku tak bisa berpikir jernih. Aku pikir dengan pura-pura membuatmu jatuh cinta kemudian mencampakkan kamu, membuatmu menderita bisa membayar sakit hati Kenny.”
“Kenapa kau ingin menyakiti aku secara langsung jika kau bisa bongkar rahasia itu di depan keluarga Kenny? Kau pegang semua kartu untuk mempermalukan aku, kenapa tidak lakukan itu saja?”
“Aku ingin menyiksamu lahir batin.”
“Kau mengerikan,” celetuk Ezra.
“Kita harus menikah. Lalu melakukan surogasi, kita beri nama anak kita Kenneth.”
“Aku ingin menikah jika memang aku mencintaimu. Bukan karena terpaksa ikut keinginanmu.”
“Begitu, ya.” Heinrich terlihat kecewa. “Kenapa aku harus terjebak denganmu?”
“Heh! Aku tidak menjebakmu!” seru Ezra. “Kita hanya dua orang yang pernah mencintai orang yang sama, dan patah hati karena orang yang sama. Kau tahu, kan? Widi dan Kenny?”
“Tentu saja. Mungkin kalau kita saling mencintai satu sama lain itu akan mengobati luka hati.”
“Aku enggak mau, sih.” Ezra meletakkan gelas wiskinya. Ia beranjak dari sofa. “Terima kasih atas undangannya.”
Tatapan mata Heinrich menampakkan kekecewaan. Dalam pikirannya berkecamuk badai yang tak dapat dimengerti. Hingga akhirnya ia berlari cepat menuju pintu, menghadang Ezra yang akan pergi. Ezra memutar bola matanya, sambil berkacak pinggang ia menanyai pria pirang itu.
“Mau apa lagi?”
“Tak bisakah kita mencobanya? Mungkin tinggal bersama selama sebulan bisa kita coba sebagai pendekatan. Ayolah, Ezra.”
Pendekatan sirahmu bolong! – Ezra
Ezra terlihat sangat menahan diri. Sebenarnya ia ingin baku hantam. Tapi menghadapi orang ngawur seperti ini pasti akan buang-buang energi dan waktu. Ia meletakkan satu tangan di bahu Heinrich.
“Kau ingin kita saling mencintai?” tanya Ezra yang dijawab anggukan kepala Heinrich. “Jangan jadikan orang lain sebagai alasannya. Aku ingin jika kau jatuh cinta ya karena aku saja. Dan tujuanmu hanya untuk aku saja. Bukan karena Kenny dan untuk Kenny. Bisa?”
Heinrich terdiam cukup lama. Ezra berdecih. Ia menggeser perlahan pria itu sampai bisa membuka pintu dan pergi dari sana. Heinrich tak menahannya. Ia terus menatap kepergian Ezra yang sama sekali tidak berniat membalikkan badan untuk kembali padanya.
*
William dan Sarah berbelanja ke supermarket Asia. Saat Sarah sedang memilih susu, William berada di rak mi instan untuk memilih beberapa mi berlogo halal. Sayangnya produk itu tinggal satu bal dan kini sudah berada di tangan Ezra. William kalah cepat untuk meraihnya.
Tuyulnya Widi. – Ezra
Tatapan kesal William membuat Ezra harus tersenyum manis demi mendapatkan hatinya. Ia menyodorkan mi pada William.
“Untukmu saja,” kata Ezra.
“Terima kasih,” sahut William. Ada rasa bersalah dalam hati William saat melihat Ezra. Menghancurkan hidup seseorang ternyata tidak selalu menyenangkan. “Apa kabar?”
KAMU SEDANG MEMBACA
His Love 3 🌈
RomanceApakah kau akan terus mencintai seseorang yang punya masa lalu sangat buruk?