10. Orang Tersayang

137 24 2
                                    

Pagi-pagi sekali Magara sudah berada di sekolah dengan alasan ingin menyambut kedatangan Yerin di gerbang.

Kekanak-kanakan memang, namun apa salahnya jika hal itu membuat hati bahagia?

Beruntungnya Magara dan satpam penjaga sekolah bisa dibilang akrab, oleh karena itu Magara tak bosan-bosan berdiri di sisi gerbang karena asik mengobrol bersama satpam.

"Pak, kalau misalnya suatu hari Yerin terlambat sekolah, tolong izinin masuk ya?" Ucap Magara.

Satpam itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kan kamu tau sendiri peraturannya gimana..."

"Sekali atau dua kali aja gitu pak, lagian Yerin gak bakal pernah terlambat sih kayaknya."

"Bapak kasih izin kalau wanita itu terlambatnya sama kamu."

Magara terkekeh, "Kayaknya bapak sayang banget ya sama Gara?" Tanya pemuda itu yang dibalas senyuman.

"Kamu tau sendiri kalau bapak ini dari dulu pengen punya anak laki-laki, tapi mau bagaimana lagi dikasihnya anak cewek semua sama Allah, tapi bapak tetep bersyukur karena dikarunia anak-anak yang baik."

Setiap orang pasti punya keinginan yang belum bisa tercapai, tetapi itu bukan berarti Tuhan tidak adil, namun karena Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.

Lagi pula pada dasarnya semua yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan semata dari Tuhan yang bisa diambil kembali kapan saja.

"Angkat aja Gara jadi anaknya bapak, Gara juga pengen punya kakak perempuan."

"Yaudah kalo itu mau-"

"Bapak, itu Yerin udah datang!" Suara Magara yang lumayan kencang mengehentikan ucapan pria paruh baya itu.

Satpam yang dikenal bernama Fatih tersebut hanya bisa tersenyum senang melihat Magara yang tampak sangat antusias.

"Hallo, pagi pacarnya gue- eh aku!" Sapa Yerin setelah sampai di hadapan Magara sembari melambaikan tangan kanannya.

"Sejujurnya Gara gak mau jadi pacar Yerin." Bukannya membalas sapaan dari Yerin, Magara malah membuat wanita itu bingung.

Bohong jika Yerin tidak merasa sedikit senang mendengar hal itu, tapi dia yakin bahwa perkataan Magara hanya candaan.

"Kenapa?" Tanya Yerin menanggapi.

"Karena lebih pengen Yerin jadi jodohnya Gara aja daripada cuman-"

"Kak Jiraga!" Panggil Yerin pada seorang pria dengan keras.

Yang merasa terpanggil pun langsung menghampiri. Tak dapat dipungkiri bahwa penampilan seorang Jiraga saat ini terlihat sangat tampan dengan seragam yang sengaja tidak dimasukan kedalam celana, memberikan kesan yang keren.

"Ada apa?" Tanya Jiraga.

Yerin tersenyum sebelum bertanya, "Udah sarapan?"

"Udah." Jawab Magara seadanya.

"Makan apa-"

"Gara, kenapa tadi gak sarapan?!" Jiraga sengaja menanyakan itu pada adiknya karena ingin mengalihkan pembicaraan dengan Yerin.

"Gara cuman pengen cepet ke sekolah aja, bang." Jawab si empu.

"Gue tau walaupun lo pinter, tapi lo gak pernah serajin itu, bahkan lo sering males sekolah."

"Pasti alesannya karena pengen ketemu Yerin, kan?"

Magara tak menjawab sama sekali dan hal itu membuat Jiraga hanya bisa menghela nafas.

"Lain kali gak boleh gitu, Gara. Gak baik, emangnya mau punya penyakit mag?" Bukan Jiraga yang berucap, melainkan Yerin.

Magara senang karena perhatian Yerin barusan, dia lagi dan lagi tersenyum.

Magara and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang