Prolog

4 0 0
                                    

'Permainan takdir yang mengejutkan'

𓍼 ִֶָ  Camella Veronika𓂃 ‧₊



Prang!

Bugh!

Suara benturan nyaring terdengar menggema didalam Apartemen. Ruangan yang tadinya rapih. Sekarang hancur bahkan semua kaca dan  barang-barang lainnya sudah hancur dan pecah.

Camella Diam dengan raut wajah takut. Keningnya sudah meneteskan darah karena lemparan vas bunga. Wajahnya sudah dipenuhi air mata. Ia menatap Ayah tirinya yang sedang berbicara dengan seseorang melalu ponselnya.

"Cepat kemari dan tidak perlu menyiapkan keperluan nya karena saya tidak akan pernah sudi memberikan sepeserpun harta untuknya. Bahkan sehelai baju sekalipun!"

"..."

"Ya! Kamu hanya perlu menyiapkan untuk keberangkatan kalian kesana."

"..."

"Hati-hati jangan sampai istriku mendengarnya."

Pria tua itu yang tak lain adalah ayah tiri Camella menutup telepon nya.

Ia menatap gadis kecil yang sedang meringkuk takut di dekat sofa. Lalu berjongkok dihadapan nya.

"Saya sudah berbaik hati untuk membiarkan mu tinggal dengan saya dan istriku selama ini. Bahkan sampai kamu menyelesaikan sekolah mu. Sekarang waktunya kamu pergi, jangan pernah mengganggu saya dan istriku. Saya sangat membencimu. Pergi lah dan cari Ayah kandungmu di sana dasar ANAK HARAM!"

Plak!

Camella menoleh kesamping akibat tamparan kencang dari Ayah tirinya itu. Sudut Bibirnya sudah mengeluarkan darah. Matanya berkaca-kaca.

Rasanya sakit. Tapi tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya atas kebenaran yang tidak ia duga selama ini.

Ternyata ia bukan lah anak Edgar, Ia hanya Anak yang terlahir dari inisident Ibunya bersama dengan Pria luar yang bahkan Dirinya dan ibunya pun tidak tahu siapa.

"Camel sayang ayah Edgar, walaupun Camel bukan anak kandung Ayah. Camel tetap sayang Ayah. Maafin Camel udah hadir di antara Bunda dan Ayah. Makasih udah mau jadi Ayah Camel sejauh ini. Walaupun Camel tau, selama ini Ayah gak nganggep Camel anak ayah." Ucap Camella dengan isakannya.

Edgar membuang wajahnya kesamping, Ia benci di saat-saat seperti ini. Rasa bencinya lebih besar dibanding Rasa sayang Dirinya terhadap Camella.

"Saya tidak butuh kata-kata busuk mu itu. Ingat sekali lagi. Jangan pernah hadir diantara Saya dan Sabrina, atau kamu akan melihat apa yang akan saya lakukan selanjutnya." Ucap Edgar dingin seraya melangkah pergi meninggalkan Camella seorang diri di apartemen.

Camella memeluk lutut nya sendiri, ini terlalu sakit. Bagaimana bisa ia Pergi ke Negara Asing itu untuk mencari Ayah kandungnya? Bahkan ia tidak tahu harus pergi kemana disana dan dengan siapa ia akan meminta bantuan.

"AHKKKKK-!!!!!" Jerit Camella meremas rambutnya.

"Kakek bantu Camel kek.. Ini terlalu sakit. Camel harus gimana? Camel bingung kek.." lirihnya dengan masih di iringi isakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AariCamellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang