Fuji POV
Roda kehidupan tidak melulu di atas, ada kalanya berada di bawah. Tapi tidak bagiku, semesta bertindak tidak adil padaku. Apakah tidak cukup keluargaku yang berbuat jahat? Mengapa kini semua kejahatan mereka, aku yang menanggungnya? Namun, ketika aku hidup sendiri, sepertinya semesta mulai melihat diriku.
Fuji, namaku. Memang betul itu namaku, tidak memiliki nama belakang, haha. Mereka membuangku. Hidup sendiri di kota yang memiliki tingkat kriminal yang tinggi. Inilah aku, memiliki kehidupan yang jauh dari kata 'aman'.
Salah satu kebahagiaanku adalah berkuliah di salah satu kampus negeri dan mendapatkan beasiswa full. Meskipun bukan kampus terkenal dan berada jauh dari tempat tinggal, itu tidak masalah bagiku. Aku menyembunyikan kehidupan asliku dan menjadi pemuda yang menyalurkan kebahagiaan saat berada di kampus.
Mendapat banyak teman belum tentu benar-benar teman. Berbeda dengan Allan, dia tulus berteman denganku. Walau berasal dari kalangan atas, dia tidak memandang kasta dalam berteman. Kedekatanku dengannya membuat orang-orang mengira aku memanfaatkannya, tentu mereka tahu bahwa aku anak beasiswa.
Menjadi mahasiswa baru yang aktif membuatku dikenal oleh banyak orang dan tentunya tidak sedikit orang menatap benci padaku, tapi beruntungnya di jurusanku mereka semua menerimaku dengan hangat. Pendidikan Matematika, jurusanku.
Semester pertama berjalan dengan lancar. Kegiatan belajarku tidak terganggu, para penagih masih bersikap baik karena aku selalu membayarnya tepat waktu. Semester kedua, aku mulai disibukkan dengan menambah pekerjaanku.
Dan kini, aku sedang menghadapi pertarungan terakhir yaitu ujian akhir semester yang ditutup oleh kalkulus.
Fuji POV end
Author POV
"Lan!!!" teriak Fuji dari kejauhan, karena baru selesai ujian.
Allan yang dari tadi menunggu di kantin hanya melambaikan tangannya dengan lesu. Ya, mereka tidak mendapatkan sesi yang sama, karena dosen mereka mengurutkannya sesuai NIM dengan isi satu kelas 20 orang.
"Kenapa? Kalkulus tadi aman?"
"Gak, Fu! Astaga mau nangis aja gue."
Mendengar jawaban dari temannya itu, Fuji tertawa gemas. Padahal tidak sesusah itu menurut Fuji. "Yaudah, gue beli makan dulu ya!" Ucapnya, lalu pergi.
"Kenapa gue masuk matem sih? Pendidikan lagi? Arghh!"
"Ya salah lu sendiri masuk sana, pake asal pilih jurusan ae." Celetuk Wisnu yang baru datang sambil bawa mie kuahnya.
"Ya kan-" Allan berhenti, sudah lelah. Energinya sudah terkuras habis oleh ujian yang baginya hanya bisa berdoa kepada Tuhan mengenai hasilnya.
"Loh, Nu? Dah beres?" Tanya Fuji yang baru saja kembali membeli makan, "Nih." Satu gelas jus mangga dan sepiring mochi diletakkan di depan Allan, membuat Allan kembali sumringah.
"Daritadi sih, cuma ngaso dulu di sekre." Jawab Wisnu.
Wisnu, dia adalah salah satu teman Fuji dan Allan. Berteman sejak ospek hingga sekarang. Diantara mereka bertiga, hanya dia yang berbeda jurusan, di pendidikan Bahasa Indonesia sekaligus salah satu anggota himpunan.
Tring!
Suara notif chat terdengar.
"Noh, gue ngirim link." Ucap Wisnu.
"Bukan bkp kan?" Tanya Allan pelan, memastikan.
"Bukan lah, gila lu! Itu pertunjukan drama kating gue." Wisnu menjawab dengan kesal, ada-ada saja temannya ini.
"Tapi... tanggal segitu gue kerja..." Ucap Fuji pelan.
"Tenang, ntar gue bilangin ke sepupu gue buat kasih lu libur 2 hari dan juga ini gratis ya." Ujar Wisnu sesekali menepuk pundak Fuji.
"Hah? 2 hari?"
"Iya, nanggung amat lu cuma nonton sehari. Ayolah kapan lagi, ikut ya~"
Wisnu berusaha buat ngebujuk kedua temannya sampai mengeluarkan sifat imutnya yang bagi Allan itu menjijikan.
"Oke-oke, Fuji juga ikut." Ujar Allan, sikunya menyenggol Fuji untuk berbicara.
Mengerti akan kode tersebut, Fuji pun mengangguk, "Ah, iya. Kita dateng kok, Nu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me「Gemini x Fourth」
Fanfiction[ON GOING] "Ya Tuhan, pengen nikah!" -Fuji "Nikah sama gue, gaada penolakan" -Genta Mahardika Catatan: - Bxb - Lokal © aapriky, 2024.