BAB 25: Prank

19 3 0
                                    

Abidzar memacu motornya dengan kecepatan tinggi melintasi jalanan yang lumayan sepi sore ini.

Pemuda itu baru saja mengantar pulang kekasih barunya.

Lelaki itu salah fokus ke sebuah motor CBR biru yang terus mengikutinya sedari tadi.

Tuh motor ngikutin gue gak sih? Abidzar membatin.

Lelaki itu masuk ke jalur yang banyak kendaraan nya. Dan benar saja, penguntit itu mengikutinya.

Abidzar tersenyum di balik helm nya.

Abidzar membelokkan motornya memasuki area mall dan masuk ke area parkir yang ada di basemen.

Abidzar memarkirkan motornya lalu bersembunyi di balik sebuah mobil.

Matanya memperhatikan pintu masuk, menunggu penguntit itu mendatanginya.

Beberapa detik kemudian terdengar deru mesin motor memasuki area tersebut dan berhenti tepat di belakang motor Abidzar.

"Siapa lo?" Monolog Abidzar dengan suara rendah.

Pengendara motor itu menatap sekitar lalu melepaskan helmnya.

Mata Abidzar membulat sempurna saat mengetahui penguntit itu adalah Vania.

"Shit! Kemana tuh cowok pergi?!" Vania menggeram kesal.

"Kenapa lo nyari gue?"

Abidzar keluar dari persembunyiannya. Keduanya langsung beradu tatap sebelum akhirnya Vania turun dari motornya dan menghampiri Abidzar tanpa rasa takut sedikitpun.

"Gue peringat kan agar secepatnya minta maaf ke Bella." Vania to the point.

Jujur saja, Vania paling tidak suka lelaki yang menghina perempuan.

Abidzar berdecak sambil bersedikap dada. Lelaki itu tersenyum remeh sambil menatap Vania.

"Kalau gue gak mau, gimana?"

"Gue gak mau tau, secepatnya lo harus minta maaf ke Bella." Tegas Vania.

"Lo gak nyadar, kata-kata lo bisa bikin orang sakit hati. Dan bukan cuma ke Bella. Kata-kata nyelekit lo itu udah nyakitin banyak orang, termasuk gue." Sambung Vania. Suaranya datar, begitu juga dengan ekspresinya.

"Thanks infonya." Abidzar berbalik badan.

Bugh!

Vania melemparkan helmnya dan mengenai bagian belakang kepala Abidzar karena marah.

Abidzar memegangi bagian belakang kepalanya yang terasa sakit sambil berbalik badan untuk menatap Vania.

"Apa-apaan lo?! Mulai berani sama gue huh?!" Abidzar membentak Vania.

Vania tersenyum miring sambil bersedikap dada. "Sejak kapan gue takut sama lo?"

Melihat senyuman terpampang nyata di wajah Vania berhasil menyulut emosi Abidzar.

Lelaki itu maju beberapa langkah lalu menarik lengan Vania secara kasar. Menyeretnya lalu melemparkannya ke sebuah mobil yang terparkir di belakang mereka.

Vania ingin memberontak, tapi Abidzar terlebih dahulu mencekiknya.

"Abi--"

"Apa bego?!" Sekali lagi lelaki itu membentuk Vania.

Di tengah rasa sakitnya Vania tersenyum. "Cukup brengsek aja, Zar. Gak usah bermulut pedas."

"Bacot!"

"Abidzar, stop!"

Abidzar dan Vania sontak menoleh saat seseorang meneriki nama lelaki itu.

Dita setengah berlari menghampiri kedua anak muda itu.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang