Biasakan memberi vote sebelum membaca!
Happy reading!
🍒🍒🍒
Mata Dinda membola saat netranya bertemu dengan senyum manis seorang Dirga yang menatapnya seakan penuh cinta. Ia tau Dirga sedang bersandiwara dan gadis itu amat bersyukur pria tersebut datang di saat yang tepat karena bisa menyelamatkannya dari cercaan teman-temannya.
Sayangnya debaran dua kali lebih cepat yang bersumber dari organ di dada sebelah kirinya akibat sandiwara tersebut membuat rasa lega di dalam hatinya berubah menjadi ketakutan tersendiri.
Aish! Jangan baper, Din! Jangan baper!
Ia takut jika Dirga terus-terusan bersikap manis seperti ini akan membuat pertahanan hatinya bisa roboh kapan saja.
"Siapa, Din?" tanya Meta, sosok yang lebih dahulu sadar dari keterpakuan akan wajah tampan pria yang memanggil Dinda dengan sebutan sayang.
"Oah,, ini yang mu--"
"Saya suami Dinda," sahut Dirga cepat hingga tak memberi kesempatan pada Dinda meneruskan ucapannya.
Empat pasang mata -termasuk mata Dinda- terbelalak mendengar pengakuan tak terduga keluar dari bibir pria yang memiliki bentangan senyum menawan itu.
"Jadi benar kata Windi kalau lo sudah menikah?" Masih nampak shock, Linda terlebih dahulu bertanya pada Dinda.
"Apa menurut anda saat ini kami sedang bersandiwara, Nona?" Dirga membalik pertanyaan sehingga membuat gadis sombong itu gelagapan.
Tatapan tajam Dirga yang mengintimidasi berhasil membuat tiga mulut yang tadinya lancar sekali mencecar Dinda dengan kalimat meremehkan kini hanya bisa terdiam.
"Hai, Din! Thank you sudah meluangkan waktu untuk datang." Sosok Windi yang Dinda cari sejak tadi tampak mendekati tempat mereka berdiri. "Makan dulu gih," ucap Windi mempersilahkan.
"Nggak papa, Win. Gue nggak lapar," jawab Dinda sambil mengulurkan kotak hadiah pada teman baiknya itu.
"Apa ini?"
"Selamat ulang tahun ya! Semoga diberi Allah umur yang berkah dan bermanfaat bagi banyak orang," ucap Dinda tulus pada teman kuliah yang selalu membantunya kala tengah kesulitan keuangan tersebut.
"Thank you cewek setrong kesayangan gue!" Windi memeluk erat Dinda penuh haru. Walau menjadi mahasiswi populer di kampus dan memiliki banyak teman-teman yang selevel seperti Meta, Dian dan Linda nyatanya Windi tak pernah merasa turun kasta bergaul dengan gadis sederhana seperti Dinda. Karena dari gadis cerdas itu ia banyak belajar tentang kesabaran, rasa syukur dan sikap pantang menyerah.
"It was nothing! Gue permisi dulu," ucap Dinda setelah melirik jam di pergelangan tangannya yang masih Dirga genggam dan langsung faham kenapa pria bergigi kelinci itu memutuskan untuk masuk ke dalam menyusulnya.
"Eh kok buru-buru? Makan dulu lah!" pinta Windi yang merasa waktunya bertemu dengan Dinda baru sebentar.
"Gue beneran nggak lapar, Win," geleng Dinda khawatir nanti Dirga akan mengoceh panjang ala Rapper seperti biasa karena waktu 20 menit yang Dinda janjikan sebelumnya sudah terlewat.
"Tapi aku lapar..." Terdengar suara lebih mirip rengekan yang Dinda tau berasal dari mana.
"Tuh kasian suami lo kelaparan," sahut Windi yang mau tak mau membuat Dinda mengurungkan langkahnya untuk pergi.
"Mas beneran mau makan dulu?" Dinda menatap Dirga dengan ekspresi bingung.
"Hmm..." angguk Dirga. "Bolehkan, Sayang?" tanyanya terdengar manja-manja menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Agreement
Literatura FemininaKehidupan damai dan tentram seorang gadis biasa bernama Adinda Sabila mendadak kacau setelah memutuskan untuk menerima pinangan seorang pria bernama Dirgantara Mumtaza Ahmad. Sosok pria bermulut tajam yang selalu memandang rendah dirinya tersebut...