Pernikahan

39 6 0
                                    

Kalau kita berpikir bahwa menikah adalah untuk bahagia maka selamat datang di dunia think yang penuh dengan penderitaan katanya. Pahami bahwa segala sesuatu yang terjadi dunia ini sudah ada yang mengatur yakni Allah. Pada dasarnya manusia itu baik dan fitrahnya baik. Pahami bahwa pasangan yang sudah Allah kasih untuk kita itu adalah pasangan terbaik yang Allah pilihkan.

"Mas, aku mau izin untuk pulang ke rumah Bunda. Aku kangen Bunda." ucap Arsy dengan mata yang berkaca-kaca. Bukan, bukan karena Arsy menderita akan pernikahan nya dengan Nabhan. Selama ini Nabhan menjalani perannya dengan baik sebagai suami, membimbing Arsy dengan sabarnya. Arsy hanya sedang merasa lelah, ternyata menjadi istri itu tidak mudah. Segala sesuatu nya biasa disiapkan oleh sang Ibunda, tetapi kini ia harus mengurusi seorang suami. Ia begitu merasakan betapa lelahnya sang Ibunda saat harus menjalani peran sebagai istri sekaligus ibu untuk anak-anaknya. Arsy merasa belum banyak membalas jasa sang Ibunda dengan baik.

"Boleh sayang, tapi weekend ya? Biar Mas bisa ikut menginap dirumah Bunda. Kalau Mas gak ikut pulang nanti Bunda bertanya-tanya kenapa anak cantiknya ini dibiarin pulang sendirian. Kamu mau Mas dimarahin Bunda?" ucap Nabhan dengan wajah memelas.

Arsy tersenyum geli melihat kelakuan suaminya. "Apaan sih kamu Mas, mana pernah Bunda marah sama Mas." ucap Arsy mengelus pipi Nabhan.

"Bunda emang gak pernah marah tapi Ayah? Udah kebayang Mas sama wajah Ayah. Duduk tegap di kursi singgasana nya, diam dengan tatapan matanya kayak mau nerkam orang." ucap Nabhan seraya mempraktekkan kebiasaan Ayah yang membuat Arsy tertawa.

"Ayah sama Mas kan sebelas dua belas kalau marah, diam dingin dan penuh intimidasi."

"Masa sih? Kata siapa Mas begitu. Mas loh selalu sabar ngadepin moodswing kamu, ngambeknya kamu, permintaan apapun yang serba harus."

"Mas lupa kalau lagi marah sama Arsy? Di diemin kayak Arsy itu tembok meskipun ada di hadapan Mas juga. Sebal." ucap Arsy dengan memanyunkan bibirnya.

Nabhan tidak marah dengan pernyataan istrinya, ia justru sangat gemash dengan Arsy seraya mengelus puncak kepala Arsy. "Iya maaf, karena Mas kan gak mau terbawa emosi yang bisa membuat kamu nangis akhirnya. Setelah Mas berkepala dingin kan tetap meminta maaf."

"Hmmm iya." ucap Arsy.

"Ya udah sekarang sayang tidur ya, Mas ke ruang kerja ya karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan." ucap Nabhan mengelus puncak kepala Arsy kemudian mencium keningnya.

"Boleh gak ke ruang kerja nya setelah Arsy tidur? Aku mau tidur tapi sambil meluk Mas. Boleh kan Mas?" ucap Arsy dengan mengembungkan pipi nya yang chubby.

"Manja nya sayang nya Mas ini ya, yaudah iya boleh sayang." ucap Nabhan mengelus kepala Arsy.

"Makasih Mas, love you." ucap Arsy mencium pipi suaminya.

"Love you too sayang." ucap Nabhan mencium pipi dan kening Arsy.

My Husband is MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang