Dua Minggu Kemudian
Di Halte
Teresha: Assalamualaikum, El. (Elina berdiri)
Elina: Wa'alaikumussalam. Ini, kamu, Sha?
Teresha: Iya. Kenapa? Kok, lo, eh, kamu, tiba-tiba berdiri, El? Wajah kamu juga seperti kaget gitu.
Elina: Sha, kamu tidak lupa kan? Hari ini tidak ada jadwal pengajian.
Teresha: Iya, gue... Eh, aku tahu. Hari ini tidak ada jadwal pengajian. Tapi, aku mau hijrah, El. Karena itu, aku belajar agar terbiasa memakai hijab dan gamis seperti ini.
Elina: Maa Sya Allah, kamu hijrah, Sha! Alhamdulillah, aku senang banget. (Elina memeluk hangat Teresha)
Jika biasanya Teresha memakai hijab dan gamis hanya untuk berangkat ke pengajian. Tetapi sekarang dia memakainya untuk kuliah. Itu sebabnya, Elina merasa kaget. Walaupun sejujurnya dalam hati dia teramat bersyukur akhirnya hati Teresha mantap untuk menutupi auratnya.
Teresha: Tolong bimbing aku yah, El. Aku ingin menjadi muslimah yang lebih baik seperti kamu. (Elina melepaskan pelukannya)
Elina: Kita sama-sama belajar, Sha. Saling tegur saat ada yang salah dan saling support saat ada masalah. (Teresha mengangguk pelan)
Teresha: Elina. Dia adalah sahabat sejati yang aku cari selama ini. Dia yang mampu menjawab pertanyaanku tentang adakah sahabat sejati? Ya, ada. Memang benar-benar ada. Makasih Ya Allah.
Kenzi: Assalamu'alaikum. Elina, di sebelah lo siapa? Gue nggak salah lihat, ada bidadari surga, di sini? Kenapa mirip sekali sama calon istri gue? (Elina tersenyum sambil menatap wajah Teresha yang memerah)
Elina: Wa'alaikumussalam. Iya, Kenzi, kamu tidak salah lihat. Di sebelah aku memang bidadari surga. Maa Sya Allah, cantik sekali. Kamu harus menundukkan kepala. Belum halal, soalnya. (Teresha menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan)
Teresha: Kenzi! Elina! Jangan bicara seperti itu! Aku kan jadi malu! (Elina pelan-pelan membuka kedua telapak Teresha)
Elina: Jangan malu, Sha. Kenzi kan calon suami kamu. Aku, sahabat kamu. Kita itu bahagia melihat kamu di jalan yang lebih baik. (Teresha menatap Elina)
Teresha: El! aku sama Kenzi baru taarufan satu minggu. Dia belum lamar aku. Karena itu, aku---
Kenzi: In sya Allah, Sha. Besok, tepat di hari ulang tahun kamu. Aku akan melamar kamu bersama kedua orang tua. (Teresha menundukkan kepala)
Teresha: Kamu, serius, Kenzi, dengan ucapan kamu? Aku tidak mau kamu terlalu buru-buru mengambil keputusan. Aku masih memantaskan diri.
Kenzi: Aku, serius, Sha. Sejak awal kita bertemu, aku mulai menaruh rasa kepada kamu. Aku berusaha untuk menyimpannya hingga sampai detik ini. Aku tidak bisa terus menerus zina hati, Sha. Karena itu, aku ingin segera memilikimu karena Allah. Mari kita bersama-sama memantaskan diri meraih cinta-Nya. (Elina lagi dan lagi memeluk Teresha)
Elina: Selamat yah, Sha. Aku bahagia sekali mendengar ucapan Kenzi. Semoga, besok, lancar yah. Aamiin.
Teresha: Aamiin. Makasih, El. Besok, kamu wajib datang! Kamu adalah sahabat sejati aku. Aku mau, kamu menjadi saksi hari bahagia aku. (Elina melepaskan pelukannya. Dia mengangguk dengan di iringi senyuman)
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories Of Heart
EspiritualTentang kumpulan cerita pendek yang membahas mengenai hati