#9

114 16 14
                                    

Malam ini suasana rumah yang biasanya ramai akan suara gelak tawa, tergantikan dengan suara ketukan jari Haris pada meja, sudah lewat lima belas menit dia melakukannya.

Matanya tak henti memandangi semua gambar di atas meja tersebut, Azis dan Fahmi hanya diam, mereka tidak berani berkomentar tentang perdebatan ringan antara Haris dan Aqilla yang baru saja terjadi.

Apa masih bisa di sebut ringan?, karena perdebatan itu berujung dengan kepergian Aqilla dari rumah, tidak ada satupun yang menghentikan gadis itu.

"Aku rasa, kali ini kita terlalu berlebihan." ucap Fahmi seraya memandangi jam dinding.

"Kita harus mencari dia!" lanjutnya panik saat melihat jarum jam menunjuk ke angka sebelas.

Azis yang setuju tanpa banyak bicara segera meraih kunci motor yang berada di antara gambar hingga membuat lamunan Haris buyar.

Ia mengangkat kepalanya,
"Mau kemana kalian?."

Kedua saudaranya tidak menggubris pertanyaan Haris dan terus melangkah beriringan keluar rumah, lima menit kemudian terdengar suara mesin motor yang perlahan suaranya terdengar menjauh dari rumah dan melaju di jalan raya.

Cahaya rembulan malam itu tidaklah begitu terang karena awan menutupi setengah dari bentuk sempurna bulan, walaupun begitu masih ada sedikit sinar yang menyinari jalan.

Aqilla berjalan tanpa arah tujuan dan berakhir duduk di salah satu bangku taman, kepalanya menengadah menikmati pemandangan langit malam untuk meredakan emosinya.

"Huft~ harusnya aku gak ngomong gitu tadi, kan bisa di jelasin pelan-pelan biasanya juga banyak alasan yang bisa aku buat di waktu terdesak, apa mungkin karena aku habis ketemu sama kumpulan boneka itu emosiku jadi gak ke kontrol...... "

Kalimatnya terhenti karena kedatangan segerombolan pria yang mendekat kearahnya, sadar jika pandangan mereka tidak lepas dari dirinya, Aqilla memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu.

"Wow~ tunggu lah dulu canteek, janganlah pegi awal sangat, meh duduk ngan abang kejap," rayu pria berhodie merah seraya menghalangi jalan Aqilla.

"Betul tu, abang ada banyak duit, jom abang bawak blanje." pria lain mulai merapat ke punggung Aqilla.

"Hahaha, comelnya adek ni" pria yang berada di sisi kanan berusaha untuk menyentuh pipi Aqilla tapi tidak berhasil karena Aqilla menepisnya.

"Adek manis, cakap lah jangan diam." dan kini pria di sisi kiri menundukkan kepala yang perlahan mendekatkan wajahnya.

Aqilla mengangkat kaki kanannya dan sedetik kemudian ia menginjak kuat kaki pria yang berada di belakangnya, teriakan si pria pun mengejutkan teman-temannya.

Belum sempat mereka bereaksi kini giliran pria yang berada di sisi kiri Aqilla yang jatuh tersungkur sambil memegangi perutnya karena Aqilla mengayun kuat sikut kirinya.

Ketika pria di depannya perlahan melangkah maju, Aqilla memutar tubuhnya dan melakukan tendangan belakang yang tepat mengenai kepala si pria hingga membuatnya jatuh.

Tidak berhenti di situ, Aqilla kembali melakukan tendangan melingkar yang mengenai bagian samping wajah pria yang berdiri di sisi kanan, akibatnya ia jatuh terjerembab.

Begitu saja, dengan pergerakan yang ringkas ia berhasil menumbangkan ke tiga pria sekaligus dalam kurun waktu enam menit.

"Abang nak jugak?" Aqilla tersenyum iblis pada pria yang tadi kakinya dia injak dengan sengaja.

"T-tak... A-abang nak balek dah, hehe." si pria menyahut dengan cepat sambil melangkah mundur.

"Maaf sebab dah ganggu adek manis," lanjutnya dengan suara bergetar, perlahan namun pasti dia membantu teman-temannya lalu mengajak mereka untuk segera pergi.

Black Code (Lima)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang