Pagi ini aku melihat fariz tengah latihan dilapangan. Sempat ia tersenyum kearahku. Tidak seperti biasanya ia tersenyum seperti tadi. Aku merasakan hal yang berbeda dengannya. Bisa saja ia sudah mau berteman dengannku.
Aku memperhatikannya dari jauh. Ia sangat tampan jika berpakaian jersey seperti itu. Penampilannyandari dulu juga tidak berubah, masih saja menjadi idola sekolah. Aku membuka ponselku. Ada pesan dari putra .
-Putra -
Hei, kamu udah dikampus ya? Baru aja aku mau jemput kamu.
-Tyas -
Kamu gak usah repot-repot setiap pagi harus jemput aku. Aku akan selalu baik-baik saja. Kamu mendingan pikirin pertandingan besok.
-putra -
Aku males ikut pertandingan. Ada fariz . Dia sama sekali gak pernah kasih aku bola. Mendingan aku jalan sama kamu.
-tyas -
Jangan gitu. Fariz kan seppupu kamu juga. Lagipula dia kapten. Jadi dia tau apa yang harus ia lakukan. Besok aku nonton kamu deh.
-putra -
Beneran? Yaudah nanti sore aku mau kerumah tante renata. Kamu ikut ya?
-Tyas -
Iya.. Sampai ketemu nanti putra.
Aku melangkahkan kaki menuju kantin untuk membeli minuman. Dengan sengaja fariz datang dan langsung mengambil minum yaang baru saja aku beli. Aku membelalakan mata melihat tingkahnya.
Aku yang kesal menginjak kakinya dengan sepatuku yang cukup keras ini. Kudengar ia merasakan kesakitan karena ulahku. Biarkan saja. Lagipula siapa suruh untuk meminum air yang bukan miliknya.
"Maaf ya, gue tadi haus banget"katanya dengan santai.
"Tapi kan itu punyaku. Bukan punyamu! Fariz beliin aku lagi! Gamau tau"balasku dengan kesal.
"Hehe.. Gue udah lam gak liat lo cerewet kayak gini. Masih aja kayak anak kecil"ledeknya kembali.
"Fariz !!!!"kataku yang kemudian mengejarnya. Dia memang sangat menyebalkan.
***
Aku sudah dijemput putra dan kini aku tengah berada dirumah fariz. Suasana rumah nampak sepi, sepertinya tante renata tidak ada dirumah. Ku ketuk pintu itu beberapa kali dan yang keluar adalah fariz dengan rambut yang masih acak-acakan.
Kurasa ia baru saja bangun tidur.
Aku tersenyum kearahnya , namun sepertinya tatapan tidak suka ia arahkan kepada putra yang berada disampingku. Aku mencoba untuk mencairkan suasana diantara keduanya yang sangat panas.
Aku melihat fariz seperti tidak suka dengan putra , aku duduk diantara mereka, aku tidak mau hal yang tidak diinginkan terjadi seperti keributan dirumah ini. Aku sempat berbincang dengan fariz agar mengajak putra masuk kedalam timnya.
"Gue mau kok kalo lo balik lagi"kata fariz santai. "Tapi gue bolehkan jadiin tyas sebagai asisten tim kita?"tanya fariz dengan santai.
aku menatap wajah putra seakan memikirkan sesuatu. Kurasa fariz memliki rencana lain untuk membuatkuntersesat bahkan sebagai pembantunya.
"Kau mau?"tanya putra kepadaku.
"Aku mau saja, asalkan kau main didalam pertandingan itu. Aku ingin melihat kau dan fariz akur dan dekat seperti dulu."lirihku sejenak.
"Baiklah. Kalau begitu, tyas Besok jam tujuh pagi udah ada dilapangan. Jangan lupa siapin bola buat latihan!"kata fariz dengan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beating Of Love [selesai]
Teen FictionAku tidak tau sampai kapan semua ini akan berakhir. Copyright © 2015 by Moonlittype