🌻🌻🌻
Terima kasih sudah ada, saat duniaku sedang tidak baik-baik saja. Setidaknya, sekarang aku punya alasan untuk hidup lebih lama.
-Krisan Putih-
¤¤¤
Hujan sudah reda sejak tadi, hanya menyisakan baunya yang khas, menyeruak sepanjang jalan. Malam pun terasa lebih dingin dari biasanya.
"Gue ga nyangka kalo temennya adek gue itu lo", ucap Narayan yang tetap fokus menyetir.
"Iya bang, gue juga sama. Ternyata dunia ini sempit juga ya".
"Dia pernah cerita ga kalo dia gapunya temen ?"
"Heem", Handaru mengangguk pelan.
"Makanya gue kaget pas dia bilang punya temen. Dia itu aslinya ramah sama orang, tapi ga semua orang, cuma orang-orang tertentu aja".
"Dia beneran udah sembuh ya bang ?", tanya Handaru sambil menatap ke arah luar mobil.
"Dia cerita ?", ucap Narayan dalam hati.
"Iya, dia udah sembuh, tapi kambuh lagi setelah sekian lama", jawab Narayan.
Handaru mengarahkan pandangannya pada Narayan sekarang, "Serius bang ?, dia bilang udah sembuh tapi gabilang kalo kambuh".
"Mungkin dia gamau lo khawatir (?), atau dia mungkin belum mau cerita"
"Hmm iya ya bang, mungkin"
"Han ?"
"Iya bang ?"
"Berhubung lo udah tau sedikit banyak tentang adek gue, gue titip ya sesekali, tolong jagain"
"Pasti Bang", Handaru mengangguk meski ia belum paham betul maksud Narayan.
"Makasih ya. Oh iya minggu depan gue mau ke panti asuhan yang biasa gue kunjungin sama Raja, lo mau ikut ?"
"Boleh bang ?"
"Boleh dong, nanti gue ajakin adek gue deh"
Handaru hanya tersenyum sedikit senang mendengarnya.
"Lo simpen nomer gue aja biar gampang ya, 08xx xxx", ucap Narayan.
Setelah itu tidak ada obrolan apa-apa lagi, sampai akhirnya Narayan menepikan mobil tepat di pekarangan rumah yang dulu sering ia kunjungi.
"Bang, gamau mampir dulu ?"
"Gausah deh, lain kali aja ya. Titip salam aja buat om sama tante"
"Yaudah iya Bang nanti disampein, hati-hati Bang dijalan"
"Siap ! Gue balik ya"

Seperti biasa, setiap pulang dari luar, Handaru akan disambut, minimal dengan tatapan tajam, pipinya sudah biasa menerima tamparan, telinganya pun sudah kebal dengan kata-kata menyakitkan.
"Kalau mau, gausah pulang sekalian. Udah kayak anak yang ga pernah dididik. Awas kalau nilai kamu nurun, gausah pulang lagi ke rumah ini".
Kata-kata itu masih terngiang-ngiang, meski ia sudah rapat-rapat menutup pintu kamarnya.
Jika bagi banyak orang, rumah adalah tempat yang nyaman, kali ini tidak bagi Handaru. Semua kelemah lembutan Mamanya entah pergi kemana, dan Papanya tak pernah tau kenyataan yang terjadi dirumah mereka.
Papanya hanya terus menerus berjuang untuk kelanjutan hidup mereka. Mempertahankan usaha keluarga yang selama ini baik-baik saja, namun makin kesini makin berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KRISAN PUTIH [END]
DiversosJangan lupa vote dan komen ya, walaupun ceritanya sudah selesai 💚 Di dunia ini, ada yang setengah mati ingin mati, dan ada yang mati-matian ingin hidup. Lalu, bagaimana jika takdir mempertemukan keduanya ? 🌻 Start : 21 Mei 2023 🌻 End : 11 Novemb...