ACDD 50# KEJANGGALAN

17K 1.2K 113
                                    

ACDD 50# KEJANGGALAN

"Menjauh agar tidak tersakiti itu lebih baik daripada dekat tapi tersiksa."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Setelah di ASI-hi, Ali jatuh terlelap. Aisfa menidurkannya ditempat tidur. Kemudian, ia pergi ke dapur untuk memasak karena perutnya terasa lapar meski dua jam yang lalu ia sudah sarapan. Mungkin, karena ia sedang menyusui. Apalagi Ali yang terlahir sebagai bayi prematur membutuhkan banyak asupan.

Begitu sampai di dapur, Aisfa melihat Gus Alfatih tengah sibuk melakukan sesuatu. Aisfa mendekatinya dan mengintipnya. Ternyata Gus Alfatih tengah menghias sebuah kue. Aisfa tergelak pelan saat melihat wajah suaminya sudah berlumuran tepung dan butter cream.

"Wah, Kakak bisa bikin kue ternyata." Aisfa sedikit tak percaya.

Mendadak ia tergiur ingin mencicipinya. Dengan isengnya, ia mencolek sedikit krim di atas kue yang hampir selesai dihias.

"Sedikit bisa, karena pernah bantu Umi buat. Yang susah itu bagian menghiasnya. Lihatlah! Hiasan kuenya tidak bagus," kekehnya sambil menunjukkan hasil eksperimennya.

"Bagus kok. Aku aja gak bisa bikin," ucap Aisfa menghargai karya suaminya.

"Sanah helwah, Zaujati. Hari ini ulang tahunmu bukan? Saya sengaja membuat kue sendiri biar spesial."

Aisfa mematung di tempatnya. Ia sendiri bahkan lupa hari ini adalah hari ulang tahunnya.

"Sekarang tanggal berapa?"

"Tanggal satu Februari."

Mata Aisfa memanas. Perempuan itu langsung berhambur memeluk suaminya. "Aku lupa tahu. Makasih ya udah ingat."

Gus Alfatih meletakkan kuenya dan membalas pelukan istrinya. "Tentu saja saya mengingat semua hal yang berhubungan dengan kekasih hati saya." Aisfa tersipu.

"Barakallah fii umrik, Habibati. Semoga menjadi hamba yang lebih ta'at lagi. Semakin cinta kepada Allah dan Rasulullah. Makin cinta juga ke saya." Gus Alfatih tertawa kecil di akhir kalimatnya membuat Aisfa yang sedari tadi mengangkat tangannya mengamini doanya juga terkekeh mendengarnya.

Keduanya pun mulai memotong kue bersama. Gus Alfatih dengan romantis menyuapi istrinya. Dia terlihat sangat lahap memakan kue buatannya.

"Bagaimana kue buatan saya? Semoga rasanya tidak mengecewakan."

"Enak, tapi..." Aisfa pura-pura mengernyit.

"Tapi apa?" Gus Alfatih menunggu tidak sabaran.

Aisfa yang tak tahan melihat ekspresinya jadi tidak tega untuk mengerjainya.

"Gak ada. Kue buatan kakak sempurna." Gus Alfatih bernapas lega.

"Sekarang gantian aku yang suapi kakak. Aaa..." Gus Alfatih membuka mulutnya.

"Selain membuat kue, saya juga sudah memasak untuk kamu."

Netra Aisfa berbinar. "Tahu aja aku lagi lapar," celetuknya.

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang