🍭 Sebuah Nama (Satzu)

413 38 18
                                    

*Sana POV

"Berapa kali aku katakan jangan pernah muncul lagi di hadapanku!" Marahku hingga melemparkan vas bunga yang tak bersalah itu. Aku benar-benar sangat membenci pria ini. Dia lah yang menghancurkan impian masa depanku.

"Kau seharusnya berada di penjara Chou Tzuyu!  karena kau lah yang membunuh Dahyun!" Teriakku.

"Dan seharusnya pula kau juga yang mati pada saat itu, bukan Dahyun kekasihku!" Kataku.

"Dunia benar-benar tidak adil bagiku, mengapa harus Dahyun meninggalkanku? mengapa aku harus kehilangan orang yang kucintai?" Ujarku hingga satu tetesan air mata menetes di pipiku.

Aku tidak ingin menangis lagi, mataku terasa sangat perih. Siang dan malam aku menangisi Dahyun. Dia telah tiada, dia meninggalkanku hanya sebuah nama. Dan itu semua karena Tzuyu.

Aku menatap lelaki yang menyebabkan kematian Dahyun. Ia menunduk dengan wajah polosnya. Aku berdesis kesal padanya. Bisa-bisanya ia tetap hidup dengan tenang setelah melenyapkan Dahyun, yang tak lain dan tak bukan juga sahabatnya.

Aku juga sudah melaporkannya ke pihak polisi. Nyatanya pihak polisi lebih mempercayainya. Dan yang lebih parahnya lagi orang tuaku juga mempercayainya bahwa kematian Dahyun murni kecelakaan. Aku tak bisa berbuat apa, tak ada yang mau mendengarkan keluhanku. Aku benar-benar tidak bisa menerima kematian Dahyun.

Dan Pria ini semenjak kematian Dahyun 6 Bulan yang lalu, ia selalu berusaha membujukku agar aku memaafkannya, selalu muncul di kehidupanku seakan-akan ingin menjagaku.

"Jika kau ke sini hanya untuk meminta maaf, kau hanya mengganggu waktuku. Aku bosan mendengar kata maaf dari seorang pembunuh! lebih baik kau pergi!"  Kataku.

"Ta-tapi aku benar-benar minta maaf!" gugupnya.

"Aku tidak akan memaafkanmu Chou Tzuyu! Kau lah penyebab kematian Dahyun!" geramku hingga membuatku menangis, dadaku terasa sesak. Berhadapan dengan pria ini sama saja melukai hatiku.

"Seharusnya kau lah yang mati Chou Tzuyu, bukan Dahyun!" Kataku.

"Aku tidak sanggup kehilangannya. Aku tidak sanggup kehilangan orang yang kucintai" Keluhku. Aku pun menangis lebih keras.

"Aku pun juga tidak ingin kehilangan Dahyun. Aku juga tidak ingin kehilangan sahabatku" Ucapnya setelah hening cukup lama.

"Omong kosong!"

"Semua ini takdir Sana-ya. Kematian sudah menjadi ketetapan Tuhan" Jelasnya.

"Ya, dan takdirnya mati ditanganmu Chou Tzuyu!" Kataku tidak terima.

"Apakah kau puas?" Tanyaku sedikit mendekatinya.

Tes

Satu tetesan mengalir di pipinya. Entah kenapa aku merasakan kesedihannya? Bukankah selama ini ia sudah mendengar ocehan dariku? sudah sering mendengarkan aku mengatakan bahwa ia adalah seorang pembunuh? ini sedikit aneh. Rasanya aku menunduh orang yang tak bersalah.

"Aku tak tahu ke berapa kali aku meminta maaf padamu? Aku tak tahu hal apa yang harus kulakukan agar kau bisa memaafkanku? tapi sungguh Sana-ya aku tak pernah membunuh Dahyun" Ujarnya dan aku hanya terdiam. Entah kenapa kali ini aku ingin mendengar penjelasannya lebih lanjut?

"Aku memang mengendarai mobil itu. Namun, tiba-tiba dari arah lawan kendaraan terlalu kencang hingga aku tidak berhasil untuk mengelaknya" Jelasnya lalu menarik napasnya dengan kasar.

"Jika saja aku bisa memilih takdir, tentu saja aku sangat ingin menggantikan Dahyun" Katanya dengan nada bergetar.

Tes

ONESHOT (SATZU/MITZU/JITZU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang