ACDD 52# POLIGAMI ATAU PENJARA?

18.3K 1.2K 218
                                    

ACDD 52# POLIGAMI ATAU PENJARA?

"Ilmu itu jangan cuma dikaji, tapi diamalkan juga, karena siksaan orang yang tidak mengamalkan ilmunya itu lebih berat daripada orang bodoh."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Gus Alfatih tersenyum lebar mendapati istrinya di kamar sedang melaksanakan salat dhuha. Pemuda itu pun duduk di dekatnya, sebelah kiri. Nyaris membuat jantung Aisfa melompat dari tempatnya saat ia menolehkan kepala ke kiri hendak mengakhiri ritual salatnya malah melihat penampakannya.

"Kakak, astaghfirullah!" kagetnya seraya memegangi dada. Gus Alfatih tersenyum tanpa dosa.

Hari ini suaminya itu tidak pergi ke kafe karena sedikit tidak enak badan. Bukannya dibawa istirahat, ia malah memotong rumput yang memanjang di halaman belakang. Padahal bisa saja ia memanggil tukang kebun.

"Kakak, bau," ucap Aisfa mengendus bau keringat dari tubuh Gus Alfatih.

Gus Alfatih mencium aroma tubuhnya sendiri. Keningnya mengernyit ketika hidungnya mencium aroma tidak sedap.

"Oh, iya." Dia menyengir.

Aisfa menyentuh kening suaminya untuk mengecek suhu tubuhnya. Sudah tidak sepanas kemarin malam. Gadis itu menghela napas lega karena sempat khawatir Gus Alfatih demam tinggi.

"Cemas ya?"

"Sedikit kesal, karena Kakak gak mau dengerin omongan aku yang nyuruh kakak buat istirahat."

"Maaf, Habibati. Saya cuma bosan berdiam diri tanpa kegiatan apa pun. Lagipula saya hanya panas biasa, kamu tidak perlu khawatir berlebihan begitu."

Mendengar perkataan entengnya, Aisfa langsung menghadiahi tinjuan kecil di perutnya. "Khawatir berlebihan? Aku khawatir karena aku peduli sama kakak. Kalau aku gak peduli, udah aku biarin kakak sakit."

Gus Alfatih bergidik ngeri mendengarnya. Jangan sampai hal itu terjadi.

"Ya, jangan begitu. Saya gak bisa hidup tanpa kamu," candanya.

Aisfa memutar bola mata jengah. "Bohong banget. Kita tuh gak bisa hidup kalau Allah ambil nyawa kita dari tubuh."

Gadis itu membuka kain mukenanya dan mencepol rambutnya yang masih sedikit basah dengan asal, menyisakan beberapa helai rambut yang ia jadikan poni ala korean style.

Diam-diam Gus Alfatih memperhatikannya dengan lekat. Entah kenapa ia merasa bahwa semakin hari istrinya ini semakin cantik saja. Gus Alfatih tidak pernah bosan memandangnya.

Gus Alfatih terkesiap saat Aisfa menangkup wajahnya, menangkap basah dirinya sedang memperhatikannya.

"Ekhem, aku cantik ya?" centilnya mengedipkan sebelah mata.

Gus Alfatih menarik pinggangnya tak tahan gemas. Wajah mereka kini berdekatan. Bahkan Aisfa bisa merasakan deru napas Gus Alfatih.

"Sejak kapan istriku bisa menggoda, hm?" tanyanya dengan tangan yang merapikan poni di dahi Aisfa.

"Kakak bau! Lepas, nggak," alibi Aisfa yang sudah tidak tahan berada dalam jarak sedekat ini.

"Kenapa? Saya ingin melihatmu sedekat ini?"
Wajahnya semakin ia dekatkan dengan wajah Aisfa.

Wajah Aisfa memanas. Perempuan itu memberontak sehingga bisa terlepas dari kungkungan suaminya. Ia pun buru-buru pergi sambil berkata, "Aku lupa sekarang waktunya memberi Ali ASI."

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang