"Papa, Mama kenapa nggak ikut?" Naveen kecil bertanya. Namun orang yang ditanyai justru memilih untuk membungkam mulutnya.
Anak kecil itu kemudian hanya duduk diam, seraya memandangi lalu lalang orang-orang di sebuah bandara. Dalam hati, ia bertanya-tanya apa sebenarnya yang dipikirkan orang dewasa, kenapa mereka seperti tak pernah menikmati hidup mereka sendiri? Padahal baginya, semuanya tentang kehidupan itu tidaklah sulit. Bukankah dia hanya cukup beraenang-senang dengan orang yang ia sayangi, maka dengan begitu ia bisa merasakan kebahagiaan apapun yang ia diinginkan. Semudah itu, tapi kenapa orang dewasa selalu membuatnya terlihat rumit?
Dia hanya perlu bermain-main, kan? Bermain yang dalam artian dewasa adalah bersenang-senang dengan orang yang disayangi.
"Naveen kangen Mama..." Anak manis itu mencoba bersuara sekali lagi. Namun untuk yang kedua kalinya pula, ia tak mendapat respon apapun dari orang yang diajak bicara.
Sampai untuk kesekian kalinya, anak itu memberanikan diri untuk menarik ujung jas orang yang ia sebut sebagai Papa.
"Papa... Naveen sayang Papa." Lagi-lagi anak itu tak mendapat balasan apapun selain tatapan dingin dari laki-laki dewasa tersebut.
Pesawat telah tiba, dan dengan cepat laki-laki itu mencekal kasar tangan anak itu untuk ia bawa bersamanya.
"Seharusnya waktu itu Fania menurut saat disuruh untuk menggugurkan kandungannya."
Meski lirih, anak itu dapat mendengar dengan jelas apa yang digumamkan laki-laki di sampingnya. Saat itu, ia tak tahu apa makna dari perkataan yang dilontarkan Papanya. Namun, kedepannya kata-kata itu berhasil menjadi pengaruh anak kecil itu kedepannya.
Pagi itu, saat matahari malu-malu menampakkan jati dirinya. Aku termenung di sebuah halte terdekat dari tempat tinggalku. Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah lagi seusai libur panjang. Di hari ini pula aku resmi menjadi anak kelas 12 yang tengah bersiap dengan berbagai ujian akhir nantinya.
Gadis yang kutemui semalam... sekaligus gadis yang akhir-akhir ini berhasil menyita sebagian besar pikiranku. Aku sangat yakin jika gadis itu adalah orang yang selama ini kunanti kehadirannya kembali dalam hidupku.
Sudah hampir satu jam aku hanya berdiam diri di terminal ini. Bimbang dengan sebuah keputusan apakah hari ini akan berangkat ke sekolah atau melarikan diri menuju panti itu.
Namun jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat saat mendengar sebuah suara langkah kaki yang sangat lirih sampai hampir tak terdengar. Aku sangat hapal siapa suara pemilik langkah kaki ini. Semoga perkiraanku kali ini tidak meleset, dan itu terbukti dengan kehadirannya di sisiku.
"Oh, lo juga sekolah di sini? Kelas berapa?" Tanyaku spontan saat mengetahui Sahara mengendap-endap. Maaf, aku tak bisa menyembunyikan rasa senangku saat berpapasan dengannya.
Sayangnya bus yang seharusnya kutunggu itu tiba. Sehingga membuat gadis cantik itu hanya melirikku sebentar, lantas berjalan memasuki bus sekolah di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Hydrangea Love | [TERBIT]
Teen Fiction❗Pemberitahuan❗ Cerita ini adalah spin-off dari novel pertama berjudul "KENANGA(N)" yang juga masih banyak sekali kekurangan. Meski sudah diterbitkan cerita ini masih perlu revisi lagi kedepannya. Tidak disarankan untuk membaca cerita ini sebelum r...