Jeffrey, anak laki-laki berlesung pipi ini tampak sedang membuka gerbang. Lalu menatap wanita paruh baya dan anak perempuan yang seusia dirinya dengan kebingungan. Membuat tubuh kurusnya mulai mundur perlahan. Kemudian mempersilahkan mereka memasuki rumah."Silahkan masuk!"
Jeffrey berlari kecil sembari memanggil Jessica, ibunya yang kini sedang merangkai bunga di taman belakang. Ditemani kicauan burung camar milik Sandi, ayahnya.
"Mama! Ada tamuuu!"
Seru Jeffrey hingga tiba di depan ibunya. Membuat wanita cantik itu bangkit dari kursinya. Lalu menatap si anak dengan tatapan tidak suka.
"Ini bukan di hutan! Sudah Mama bilang jangan teriak-teriak! Apalagi ada tamu datang, malu!"
"Ya, sorry. Habisnya rumah sepi."
Jeffrey mengerucutkan bibirnya. Lalu meminum teh di gelas ibunya. Kemudian berlari dan menceburkan diri ke dalam kolam. Membuat Jessica langsung menggeleng pelan. Sebab agak heran dengan kelakuan anaknya.
"Dasar!"
Jessica langsung menuju ruang tamu. Di sana, dia melihat wanita paruh baya berbaju lusuh. Dengan anak perempuan yang agak familiar bagi wanita itu.
"Anna, ya?"
Anak kecil ini mengangguk kecil. Lalu menyalami Jessica dengan senyum yang mengembang sedikit. Senang karena masih dikenali.
"Ya Tuhan! Kamu sudah besar sekarang!"
Jessica memeluk Anna, atau anak bernama Joanna yang kini baru saja kehilangan orang tua. Sehingga kini hidupnya sebatang kara dan berniat mencari tempat tinggal baru di kota. Sebab para saudara di desa tidak ada yang mau menampung dirinya.
"Jeffrey! Kemari!"
Jeffrey yang sedang asyik berenang mulai menepi. Menyipitkan mata dan menatap ibunya yang sedang berjalan bersama anak perempuan tadi. Membuat Jeffrey langsung keluar dari kolam dan mendekati.
"Ada apa, Ma?"
"Kamu pasti sudah lihat dia, kan? Kenalan! Namanya Anna, dia akan tinggal bersama kita mulai dari sekarang."
Jeffrey mengulurkan tangannya yang basah. Lalu dijabat oleh Joanna yang kini sudah tersenyum lebar. Senang karena telah memiliki keluarga baru sekarang.
"Jeffrey!"
"Joanna."
Setelah berkenalan, Jeffrey lanjut berenang. Sedangkan Joanna dibawa Jessica menuju lantai dua. Mereka sama-sama membersihkan kamar tamu yang sudah lama tidak digunakan. Karena kamar ini akan menjadi kamar Joanna hingga dia bisa mandiri dan memiliki tempat tinggal lain di masa depan.
Beberapa bulan kemudian.
Joanna sedang tersenyum lebar saat melihat kue dengan angka delapan yang telah tersaji di meja makan. Karena jelas kue ini untuk dirinya. Mengingat besok adalah hari ulang tahunnya.
"Yah!!! Mama! Kita ketahuan!"
Seru Jeffrey dari arah dapur. Dia yang sedang memakan anggur langsung melirik jam tangan dengan wajah kesal. Sebab ini masih jam sebelas malam lebih delapan. Namun Joanna masih terjaga dengan mata segar. Padahal seharusnya, dia tengah tidur sekarang. Agar Jeffrey dan kedua orang tuanya bisa memberi kejutan pada jam dua belas.
"Hehehe."
Joanna terkekeh pelan. Lalu menatap kue dengan perasaan senang. Sebab baru kali ini ulang tahunnya dirayakan dengan kue yang berukuran besar. Karena biasanya, dia akan dibuatkan nasi tumpeng oleh ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING TAKES TIME [END]
RomanceJust ordinary story about Joanna and Jeffrey.