Di hari cerah dengan matahari bersinar, ya mungkin itu yang akan saya katakan ketika pada hari biasa. Hari ini adalah hari penerimaan siswa baru pada sekolah ini, sebagai calon siswa yang baik dan rajin menabung aku menghadiri upacara pembukaan agar tidak mendapat masalah kedepannya.
"Panas..." Kudengar orang di kiriku mengeluh pada suasana pagi ini.
Di saat seperti inilah saya berharap untuk pulang dan melanjutkan kehidupan tenang dikamar tanpa memikirkan hal-hal yang merepotkan, sayangnya kamarku sudah tidak bisa digunakan karena belum bayar uang kos.
"Selamat datang di sekolah Budi bakti." Kepala sekolah memulai berbicara di atas mimbar dengan tenang. Cukup mengejutkan mengingat bahwa kepala sekolah berpidato di depan orang-orang yang dia tidak kenal. Tunggu mungkin karena itu ia tenang karena kita tidak mengenalnya jadi dia tidak merasa panik di depan orang banyak. Atau mungkin dia hanya punya banyak pengalaman dengan berpidato hingga ia bisa sebegitu tenang, ya mungkin yang akhir lebih masuk akal.
Pidato kepala sekolah hanya berisi hal-hal yang membosankan, tetapi ternyata para siswa khususnya yang laki-laki terlihat fokus, ya mereka mungkin bukan terfokus pada isi pidatonya tetapi pada penampilannya. Siapa yang bakalan menyangka bahwa seseorang yang mungkin dapat menjuarai kompetisi miss beauty ini adalah kepala sekolah di sebuah sekolah.
Ahhhh, sekolah, sebuah hal yang merepotkan. Anda belajar banyak hal tidak berguna di sini. Menjadi alasan banyak orang bunuh diri pada usia muda. Akan tetapi tetap penting dilakukan karena itu yang di inginkan oleh masyarakat. Dan di sini saya memasuki sekolah yang terbilang elite yang menjanjikan alumninya mendapatkan seluruh pekerjaan yang mereka inginkan. Sekolah ini menjanjikan sebuah masa depan yang terjamin jika menjadi salah satu alumninya, mulai dari pekerjaan yang dijamin, hingga jaminan beasiswa untuk yang menginginkan melanjutkan pendidikan.
Mencurigakan adalah kata yang pertama kali kupikirkan ketika mendengar apa yang dijanjikan sekolah ini. Untuk kalian yang sedang membaca isi pikiranku ini apakah kalian adalah orang yang mudah curiga? Atau kalian adalah orang yang mudah percaya pada orang lain? Sebenarnya saya ingin tahu apakah aku harus percaya pada orang lain atau tidak. Mungkin memang saya harus percaya pada orang lain tetapi sampai batas mana aku harus mempercayai mereka. Hal ini mungkin adalah hal yang aku ingin tahu jawabannya.
"Selamat pagi teman-teman" sesosok wanita dengan paras cantik berbicara dengan jelas di atas mimbar. Wanita itu menggunakan seragam yang sama dengan para siswa yang sedang berbaris. Setelah kuamati dengan baik ternyata ada sedikit pembeda setiap siswa dalam atribut di lengan seragam. Beberapa siswa memiliki atribut tambahan sedangkan beberapa siswa lain lengan bajunya tidak terlihat satu pun atribut. aku adalah salah satu siswa yang tidak memiliki atribut apa pun. Mungkin atribut adalah sebuah penanda untuk setiap siswa.
Jika memang atribut itu adalah penanda, sebenarnya apa yang sekolah tandai. Kenapa sekolah menggolongkan murid-muridnya. Bukanya semua murid sama dimata sekolah. Lagian juga jika memang sekolah ini membedakan muridnya, apa alasannya? Bukanya sekolah harus memiliki alasan yang jelas untuk mengelompokkan muridnya.
Huh apa yang sedang aku lakukan. Memikirkan hal yang tidak jelas dan tidak berguna. Aku di sini hanya menginginkan kehidupan yang tenang dan nyaman. Lagi pula aku tidak memiliki kewajiban untuk menganalisis sebuah seragam sekolah.
"Nama saya adalah Nurviana Handayani, saya ditunjuk untuk mewakili angkatan ini pada upacara pembukaan." wanita cantik itu yang bernama Via menyuarakan pidatonya di depan para siswa. Sosoknya sudah dapat menggambarkan murid teladan yang rajin dan dapat dipercaya.
Dengan berakhirnya pidato tersebut, berakhir sudah upacara pembukaan yang merepotkan ini. Kegiatan selanjutnya seharusnya adalah mengecek kelas masing-masing. Aku sudah diarahkan untuk menuju kelas 1-D. Cukup aneh untuk sekolah elite seperti Budi Bakti untuk hanya menyediakan 4 kelas dalam 1 tahun. Mengingat sekolah negeri yang lain bisa mencapai kapasitas 6 kelas atau lebih, khususnya sekolah di kota-kota besar. Ya memang bukan urusanku sih, tidak perlu dipikirkan.