SATU | Dulu yang Tercinta
"Seenggaknya, sekali aja, apa dia pernah memikirkan aku saat bersama cintanya yang lain?"
🌸🌸🌸
Dulu, ruang makan adalah tempat favorit keluarga kecil itu berkumpul. Menikmati makanan yang Kanaya hidangkan dengan wajah ceria sembari membahas hal-hal yang pasti selalu seru.
Dulu, kursi di ujung meja makan itu adalah milik Jevano, dan Kanaya di sebelah kirinya. Berhadapan dengan anak sulungnya, di sebelahnya adalah si bungsu.
Dulu, Jevano tidak pernah melewatkan sarapan bersama. Dia tidak pernah rewel apapun menu makanannya. Selalu mengucapkan terima kasih atas kerja keras istrinya bangun di pagi hari untuk menyiapkan sarapannya dan anak-anak.
Dulu, pria itu selalu mengecup keningnya sebelum berangkat bekerja. Melambaikan tangan pada Kanaya yang berdiri di depan gerbang sembari menyaksikan mereka menghilang di tikungan.
Ya, itu dulu.
Sekarang, di meja makan itu hanya ada mereka bertiga. Kanaya dan kedua anaknya yang sedang sarapan sebelum mengantar mereka ke sekolah.
Sekarang, hanya dua buah hatinya yang mengucap terima kasih atas sarapan yang dibuatnya.
Sekarang, hanya kedua anaknya yang akan mengecup pipi kanan dan kirinya sebelum berangkat.
Sekarang, hanya Kanaya yang mencoba bertahan dalam pernikahan tanpa harapan itu.
Jevano sudah sejak lama menyerah pada pernikahannya. Membuang Kanaya dari hatinya. Tidak ada yang tersisa diantara mereka selain kerenggangan dan kekecewaan. Satu-satunya yang mengikat mereka hanya pernikahan yang bagai cangkang kosong itu.
Jevano semalam tidak pulang. Kanaya tidak tahu di mana pria itu bermalam. Mungkin di rumah kekasihnya atau entah siapa. Sudah bukan urusannya lagi--lebih tepatnya dia tidak ingin mengurusi.
Sebab bertanya pun tak akan mendapat jawaban dari Jevano.Kanaya tarik napasnya. Menaruh kunci mobil di gantungan setelah mengantar kedua anaknya ke sekolah. Sejenak dia memaku melihat taman belakang yang gersang, padahal dulu di sana ada berbagai bunga yang bermekaran. Jevano suka berkebun, dan dia akan selalu menanam bunga daisy kesukaan Kanaya.
Kanaya menggeleng untuk menghapus kenangan itu, dia segera bergerak membereskan piring kotor ke cucian. Membuat busa sabun sebelum menyapukan di atas piring-piring itu. Satu-satunya suara yang menemaninya di antara kesunyian hanya gemericik air.
Rumah besar itu sangat sepi tanpa kebisingan dari dua buah hatinya. Tapi dulu saat ada Jevano, setidaknya dia masih bisa mendengar ketikan keyboard pria itu di ruang kerjanya.
Terkadang juga terdengar suara nyanyian dari Jevano meski sumbang. Kanaya akan meledeknya, Jevano tak terima. Lalu akan menggelitiki istrinya sampai minta ampun. Kemudian keduanya akan terguling di sofa sambil berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
After October
RomantikPernikahan Kanaya dan Jevano berada di ujung tanduk. Perpisahan siap menyambut keduanya. Bagai gedung tua yang sudah lapuk, dinding-dinding kepercayaan di antara mereka telah terkikis perlahan. *** Sepuluh tahun pernikahan membawa Jevano pada titik...