"Darimana kamu tau ultah aku?" celetukku memakan kue tadi yang sudah dipotong.
"Aku kan stalker."
"Tante, anaknya nyebelin," ucapku langsung mengadu pada ibunya.
"Gebuk aja eonni. Emang ni orang kadang suka bikin emosi," tambah adiknya dari arah tangga. Bisa bisanya ia kembali turun hanya demi mengolok olok kakaknya.
"Ih apa si dek. Kamu tuh ga diajak. Shush sana ke kamar jangan bikin keributan," balas Jeonghan mengusirnya secara halus.
"Sas sus sas sus. Dikira gue tikus?"
"Emang."
"Gelud sini anjir," ia menunjukkan kepalan tinju sebelum ia kembali ke kamarnya sembari mengomel tentunya.
"Kakak sayang adek kokk!" Seru Jeonghan sembari tertawa melihat kelakuan adiknya yang mudah tersulut emosi.
"Memang begitu anaknya jadi semoga kuat ya. Ibu ga bisa bantu," tawanya hangat berhubung beliau sudah sangat paham dengan sifat anaknya itu.
"Nah loh eomma-ku aja gapapa kamu masa ga tahan sama jailnya aku?" Jeonghan menjulurkan lidahnya tanda memenangkan sesi adu mulut kali ini.
"Au. Jangan ngomong ma aku."
Aku melipat tanganku.
Iya biar dikira ngambek. Padahal emang ngambek. Yah beginilah yang namanya perempuan.
"Eyy jangan gitu ah. Jelek cil," luluh Jeonghan menepuk kepalaku.
"Ya makannya kasih tau dongg!" Ketusku memanyunkan bibir.
"Iye iyee aku tau dari Uji. Aku sampe rela beliin dia nasi 10 bungkus sama ramyeon 5 bungkus demi tau ultah kamu tau. Emang tuh anak ughh. Kalo ga nguntungin, kaga mau diajak kerja sama anjir," jelasnya sembari memijat kening mengingat uang yang harus ia keluarkan demi sebuah pernyataan tanggal.
"Serius dong Jii. Ayolahhh plissss," rengek Jeonghan mengguncang pundak Woozi terus menerus.
"Nope. No. Engga. Ga mau. Gak."
"AYOLAH JEBALLL."
"Beliin dulu nasi ama ramyeon."
"Oke. Satu bungkus masih masing ya."
"Hah? Ya enggalah. Sepuluh nasi trus lima ramyeon."
"GA MAU."
Woozi menatapnya seolah berkata 'ya udah kalo ga mau' lalu kembali berkutik dengan pekerjaannya.
"Aishhh. Ya uda iyaaa buat Uji apa si yang engga." Hela Jeonghan akhirnya menyerah lalu berlalu untuk 'menyogoknya' maksudnya membelikannya.
"NGAKAK BANGET!"
Aku tertawa lepas diakhir ceritanya sampai perutku sakit.
"Lagian kenapa kamu ceritanya menghayati banget sih? Jadi lucunya dua kali lipat aih."
"Ya abis mau gimana coba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Love || Yoon Jeonghan
Fanfiction"Sampai detik ini pun, aku tidak pernah menyesal telah menyayangimu sampai akhir." ~ Yoon Jeonghan "Maaf, ternyata hatiku seegois ini memintamu hadir dalam setiap doaku." ~ (y/n) Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitulah cara takdir menuli...