Satria menatap chika yang sedang menonton film kartun sungguh sangat membosankan bagi satria. Mengambil remote yang tergeletak di meja satria Menganti siaran langsung film ke lebih yang seru dan menantang.
Chika menoleh melirik satria yang hanya mengangkat kedua alisnya seolah bertanya kenapa. Tidak mau berkomentar yang berujung bertengkar Chika menurut saja ia menunggu film yang menarik perhatian suaminya.
Senyum satria mengembang melihat film yang ia cari-cari ketemu. Sedangkan chika menatap polos film itu ia masih tidak paham dengan alur drama di televisi itu. "Film apa itu, kak?" Tanya chika.
"Lihat saja" jawab satria mengelus leher chika lembut.
Mata chika melotot sempurna melihat film yang di tonton suaminya. "K-kak itu film psikopat, a-aku takut ganti jangan itu" lirih chika memejamkan matanya.
Satria tersenyum miring. "Di sisi kamu juga psikopat kalau kamu lupa" bisik satria.
Chika menoelah ia hendak beranjak namun dengan sigap satria menarik tangan chika sampai duduk di pangkuannya. "A-aku mau masuk kamar aja, film nya enggak seru" gugup chika.
Satria terkekeh kecil. "Kenapa takut hmm?." Tanya satria mencium singkat bibir chika.
Chika menggeleng cepat. "A-aku tidak takut aku cuma mau tidur" elak chika.
Satria menarik chika sampai tubuhnya membentur dada bidang tegasnya. "Tidur seperti ini saja" ucap satria Menganti film ke lebih romantis. Satria menggeram tertahan merasakan hembusan napas chika yang menurutnya sangat seksi. "Kamu jangan goda saya Chika" lirih satria.
Chika mendongak menatap Satria. "Kak, aku ingin keluar rumah aku ingin menghirup udara segar" lirih chika.
Satria menatap tajam chika. "Jangan berani-beraninya keluar rumah tanpa izin dari saya" marah satria.
Chika menunduk takut. "Padahal---"
"TURUTI KEMAUAN SAYA JANGAN BANTAH" bentak satria marah.
Chika mengangguk takut. "I-iya, m-maaf" cicit chika takut.
Satria mengontrol emosinya menatap chika yang ketakutan. "Nanti malam kita ke mall beli pakaian kamu" ucap Satria.
***
Satria mengambil pakaian yang menurutnya cocok digunakan untuk chika, tidak ada pakaian yang di atas lutut. Menurutnya chika tidak cocok jika keluar rumah menggunakan pakaian terbuka lebih cocok jika di rumah berduaan dengan dirinya Chika tidak menggunakan sehelai benang pun.
Chika hanya mengikuti suaminya kemanapun suaminya pergi. Tidak ada komentar soal pakaian yang suaminya beli, toh suaminya ini yang bayar semuanya ia hanya tinggal pakai.
"Abis ini kita makan" ucap Satria terus mengambil pakaian tanpa melihat harga melirik saja tidak.
"Hmm" gumam chika.
Satria menoleh menatap tajam chika. "Saya tidak suka jawaban kamu seperti itu" tegas Satria.
Chika melirik ibu-ibu yang ada disampingnya menoleh kaget menatap mereka. "I-iya maaf kak" ulang chika tidak mau memperpanjang masalah.
Satria langsung membayar belanjaannya menarik chika keluar toko baju membawanya ke restoran yang ada di sana. "Pilih makanan yang kamu suka" suruh satria menyodorkan menu makanan.
Chika mengangguk ia menatap makanan yang sangat menggoda baginya, matanya membulat sempurna melihat harga makanan yang sangat mahal satu porsi harganya bisa untuk makan selama satu minggu. "Kita jangan makan di sini, harganya sangat mah---"
"Makanan termahal di sini" ucal satria pada pelayan yang langsung mengangguk dan pergi meninggalkan mereka berdua. "jangan bikin saya malu, harga makanan ini tidak mahal bagi saya" ucap satria.
Chika menatap Satria. "Boros banget jadi orang" sinis chika.
Satria tidak merespon ia menatap chika yang sedang memainkan sendok yang ada di atas meja. Menghitungnya dengan polos, tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis. "Cantik" ucap satria tanpa sadar.
Chika mendongak menatap polos satria. "Hah? Kakak bilang apa tadi?" Tanya chika polos.
Satria tersadar dari lamunannya, menggeleng cepat. "E-enggak. Lo jelek kaya badut" jawab satria asal.
Chika cemberut ia menatap kesal suaminya. "Aku memang jelek, kak. Tapi kenapa kakak nikahin aku?" Lirih chika sedih.
Satria menatap wajah istrinya yang sedih. "Karena lo udah bikin laptop gue rusak, dan baju mahal gue kotor kalau lo lupa" sinis satria.
Chika mengangguk ia tersenyum tipis. "Aku ingat ko" cicit chika sedih.
"Permisi, silahkan dimakan" ucap pelayan membawakan semua makanan ke meja mereka dan langsung beranjak dari sana.
"Makan" suruh satria.
Chika mengangguk pelan ia melahapnya dengan ogah-ogahan. "Biasa saja ko rasanya" gumam chika.
"Mulut lo rusak" sahut satria.
Chika tidak menjawab ia hanya melirik satria yang fokus makan. "Ganteng sih, tapi sombong, gila, galak" batin chika.
Selesai makan mereka langsung pulang diperjalanan pulang chika terus tidur membuat satria kesepian, ditambah lampu merah tidak kunjung berubah. Menoleh menatap chika yang tidur pulas dan mulutnya sedikit terbuka, ia memajukan wajahnya menarik kepala chika lebih dekat, mencium bibir chika dengan rakus membuat Chika terbangun dari tidurnya dan melotot sempurna.
Satria melepaskan ciumannya saat melihat chika kesulitan bernapas, mengusap sudut bibir chika yang basah. Melakukan mobilnya setelah lampu merek berganti bahkan tanpa rasa bersalah telah membuat chika kaget dan terbangun dari tidur.
"Kenapa mesum banget, sih.?" Tanya chika kesal.
Satria terkekeh kecil. "Normal" jawab satria asal.
Chika mendengus kesal ia menatap luar jendela menatap pemandangan Jakarta yang sangat indah dimalam hari. "Jadi kangen jalan kaki malam-malam sambil lari-larian" cicit chika.
Satria memarkirkan mobilnya asal, biarlah anak buahnya yang merapihkan. "Turun" ucap satria membukakan pintu mobil untuk chika. "Malam Minggu ini enaknya bersenang-senang di kamar" bisik Satria merangkul pinggang chika posesif.
"Enggak mau" tolak chika cepat.
Satria mencengkeram pinggang chika. "Saya tidak suka di tolak, chika" marah satria.
Chika memberhentikan langkahnya merasakan perutnya sakit. "K-kak perut aku s-sakit" lirih chika.
Satria terkekeh kecil. "Kau banyak alasan, cepat bersiap-siap saya ingin bersenang-senang" suruh Satria tersenyum miring.
Chika memeluk perutnya yang semakin sakit. "T-tanggal berapa sekarang?" Tanya chika lirih.
"Chika saya tidak suka kam----"
"Mbok sekarang tanggal berapa?" Tanya chika menghampiri pelayan paruh baya.
"20, kenapa memangnya non?" Tanya mbok.
"S-saya datang bulan sepertinya soalnya tanggal segini saya datang bulan" jawab Chika. "Kalau gitu saya pamit ke kamar dulu" pamit chika langsung berjalan menuju kamarnya yang ada dilantai dua meninggalkan satria yang menatapnya tajam.
"Chika kamu beran----"
"Kak aku mohon jangan marah-marah dulu, perut aku sakit aku datang bulan" potong chika lirih.
"Hah?" Kaget satria.
Chika terisak. "Hiks, perut aku sakit kak, hiks" isak chika.
Satria menganalisis chika menatap chika yang menangis jujur ia tidak suka chika menangis kalau bukan karena dirinya. "Saya panggilkan dokter" ucap satria langsung menelpon dokter pribadinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
protective Devil [TAMAT]
Ficção AdolescenteSatria Kalandra biasa dipanggil satria pria berprofesi sebagai CEO muda di perusahaan miliknya, Satria official. Sekaligus mafia terkejut. Terobsesi dengan gadis cantik yang tidak sengaja ia temui. Chika kayara gadis berusia 21 tahun harus menerima...