Chapter 13 : Kerajaan Avvileyn

10 6 0
                                    

Ready for another adventure?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ready for another adventure?

***

"Kenapa isinya gaun semua-" Vallen menghela nafas. Matanya fokus melihat setelan baju yang dimiliki pemilik tubuh yang ia tempati sebelumnya.

Mau tak mau ia mengenakan gaun yang paling simpel diantara semuanya kemudian tanpa ragu ia keluar dari kamarnya sebab rasa penasaran yang menggebu.

Clue pertama yang ia dapatkan adalah dari bingkai foto yang tergeletak begitu saja di atas meja rias. Bagian kacanya terdapat retakan. Di dalam fotonya terdapat foto dirinya dengan wanita yang memiliki rambut blonde sama seperti dirinya. Kesimpulannya untuk sementara, wanita yang ada di foto tersebut adalah sosok Ibunya.

Vallen juga sempat mengecek kemampuan helaer yang dijanjikan Vlaureen padanya dan cukup terkejut dengan kemampuan regenerasi sang Putri yang 10x lebih cepat dari dirinya di masa lalu.

TAK TAK TAK
Tak perduli dengan tatapan sekitar, Vallen tetap berjalan maju sambil mengamati sekitar, tak bisa menggunakan kemampuan teleportasi yang telah memudahkannya hidupnya selama ini.

Entah kenapa beberapa pelayan menatapnya dengan tatapan berbeda.

Apa Dewa Dewi sengaja tak memberikannya akses untuk mengingat ingatan pemilik tubuh ini yang sebenarnya supaya Vallen benar-benar merasakan kehidupan baru?

Di depan Vallen terdapat laki-laki berbadan kekar. Rambutnya berwarna hitam dengan mata berwarna merah pekat. Rahangnya dan tatapannya tajam, wajahnya datar bahkan tak menyalangkan senyuman selama perjalanan.

"Maaf-" cicit Vallen, ia menciptakan guratan ekspresi bersalah pada wajahnya. Sesuai prediksinya, mereka bertabrakan. Ini semua memang karena salahnya dan disengaja.

Laki-laki itu menatap Vallen dengan tatapan merendahkan. "Ayah mengizinkanmu keluar kamar?"

Vallen terkekeh dalam hati.

"Memangnya salah jika aku ingin menghirup udara segar?" tanya balik Vallen berhasil membuat pupil mata laki-laki itu mengecil sedikit ukurannya dengan ekspresi yang masih datar.

Tanpa menjawab, Laki-laki itu melanjutkan jalannya. Apa-apaan dengan penghuni Istana ini, semuanya aneh.

Vallen kembali berjalan, tak tahu tujuannya hendak kemana. Untungnya otak cerdas milik Vallen memberikannya ide. Tanpa basa-basi Vallen memberhentikan pelayan yang sedang bekerja, menanyakan letak perpustakaan.

Tak mungkin Istana sebesar ini tak memiliki perpustakaan. Vallen juga yakin dapat mengumpulkan banyak informasi tentang Klan ini.

Lost Grace In a Complex World [Terbit].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang